Luka

216 15 0
                                    

Awali bacaan dengan basmallah dan akhiri dengan hamdallah. Utamakan membaca Al-Qur'an dalam segala hal.

***

    Aku seakan-akan dipaksa berusaha untuk menganggap semuanya baik-baik saja, padahal ada puzzle kenangan yang belum menyatu.
 
        - Khanza Rinjani Mufida -

   Hawa dingin kini merasuk ke dalam kulitku. Jujur saja, aku senang bukan main. Yang lainnya bergembira lalu melihat pemandangan dari kejauhan.  Disinilah aku meyakini atas kebesaran kuasa Allah.

   Aku pun meminta tolong pada Kak Julian untuk memotretku di puncak gunung. Rasanya menyenangkan bisa di atas sini. Kemudian aku dan teman-temanku berpose di puncak gunung kemudian secara bergantian agar semuanya kebagian bisa di foto.

    Aku lihat Aruni meneteskan air mata. Mungkin saja Aruni sungguh terharu.

"Aruni, kamu kenapa?"

"Aku hanya sangat bahagia, aku bahagia mengenal kalian. Aku harap kalian juga bahagia mengenal aku,"balas Aruni.

"Pasti Aruni, aku bahagia mengenal kamu."

   Entah kenapa aku merasa ada yang aneh dari sikap Aruni. Ia sungguh excited. Mungkin hanya perasaanku saja.

    Tak lama kemudian aku dan teman-temanku kembali turun gunung. Kata Kak Julian disini tidak bisa lama-lama. Karena Kak Julian memang paling berpengalaman disini aku dan yang lainnya menurut perkataan Kak Julian.

      Saat aku dan yang lainnya turun perlu waktu beberapa jam baru sampai. Momen ini tidak akan pernah kulupakan dalam hidupku.

   Beberapa jam kemudian...

  Aku dan teman-temanku sudah turun ke bawah. Hari sudah mulai gelap. Aku dan yang lainnya memutuskan untuk membangun tenda kembali di dekat danau.

   Saat di tenda seperti biasa pastilah membuat api unggun untuk menghangatkan tubuh. Aku bersyukur karena hari ini berlalu dengan lancar.

   Namun tetap saja, aku sekarang belum menyapa sama sekali dengan Aksa. Aku bingung dengan Aksa. Wajah Aksa memang tersenyum, namun aku rasa ada yang disembunyikan oleh Aksa.

    Aku sendiri tidak berani menanyakan hal apa yang terjadi tentang Aksa. Aku memilih untuk merebahkan badanku di dalam tenda.

   Entah kenapa aku tidak bisa tertidur, padahal saat di perjalanan aku merasa ngantuk sekali. Aku membalikkan badanku ke kiri lalu ke kanan. Tetap saja sulit tidur, lantas aku membaca doa tidur. Namun saat aku memejamkan mataku. Aku mendengar suara dari luar. Ternyata ada Aksa yang bercerita dengan Darren.

"Jadi sekarang kamu bisa ngelupain sih Risda?"tanya Darren.

"Iya, aku udah lupain dan sekarang aku suka sama Rinjani."

"Ciee, benerkan dugaanku. Semoga dia punya perasaan yang sama kayak kamu,"balas Darren.

   Mendengar percakapan tersebut membuat aku terkejut. Aku tidak menyangka ternyata Aksa sudah menyukaiku secepat itu. Jujur saja, aku juga sudah mulai melupakan Kak Rafan dan mulai membuka hati untuk Aksa. Tapi, aku terlalu takut jika nantinya ada yang terluka kemudian menghilang.

   Semenjak hal tersebut aku tidak tenang. Kali ini aku pura-pura tidur dalam tenda. Meskipun tentu saja aku kepikiran dengan ucapan Aksa.

   Saat pagi harinya. Aku dan teman-teman lainnya bersiap-siap untuk pulang. Semenjak kejadian itu aku belum sempat menegur Aksa. Aku jadi gugup dan salah tingkah saat ada Aksa di dekatku.

   Bagiku, ini adalah hari terbahagia menurutku. Karena aku bisa mengetahui perasaan Aksa. Aku jadi paham kalau ia juga mencintaiku.

    Saat itu aku merasa semesta seakan ikut bahagia, entah hanya perasaanku saja rasanya aku ingin jungkir balik. Ternyata sebahagia ini rasanya.

"Jadi begini rasanya dicintai oleh orang yang kita cintai?"batinku dalam hati.

     Perjalanan yang cukup panjang juga jauh. Akhirnya aku dan teman-temanku sudah sampai di bis dan setelah ini kami akan kembali ke rumah masing-masing dengan tenang.

   Di dalam bis aku duduk di samping Kak Julian sedangkan Desty duduk berdua dengan Aruni, Kak Rafan duduk dengan Dendra sementara Aksa duduk bersama kakek tua di sampingnya.

   Selama dalam bis, banyak sekali yang kelelahan hingga tertidur. Aku juga tengah mengantuk. Sesekali aku terbangun. Kulihat Aksa juga tengah terbangun, sedangkan Kak Julian tidur dengan pulasnya di sebelahku.

"Rinjani, apa kamu senang?"tanya Aksa.

"Iya, aku bahagia."

"Sekali lagi, nanti kita akan ke gunung rinjani bersama."

"Janji yah?"

"Aku janji."

   Saat itu aku hanya bisa mengingatnya bahwa janjinya akan selalu aku ingat. Dirinya akan sangat berkesan dalam hidupku.

   Aku kembali melanjutkan tidurku. Namun aku lantas terbangun saat mengetahui bis ini tiba-tiba tergoncang, aku sungguh terkejut semuanya juga terbangun.

    Bisnya tiba-tiba terjatuh dalam jurang. Aku sungguh panik, yang kuucapkan adalah dzikir dan berdoa memohon pertolongan kepada Allah.

****
  

Beberapa bulan kemudian...

    Aku harus menerima takdirku, semenjak kejadian itu. Aku sungguh sedih menceritakannya.

    Aku bersyukur karena Desty, Kak Rafan, Dendra, Aska dan Kak Julian semuanya baik-baik saja.
  
   Namun sayangnya, aku menyesali karena Aruni yang sering sekali memberikanku roti harus pergi selama-lamanya.

    Aku benar-benar sedih atas kepergiannya. Semenjak itu juga aku tidak pernah melihat Aksa. Aku dengar Aksa pindah sekolah. Dan aku kesulitan bertemu dengan Aksa. Saat aku tanya yang lain semuanya bungkam, bahkan Kak Julian sekalipun.

    Awalnya aku tidak bisa menerima takdir ini karena sekarang kakiku tidak bisa digunakan dengan baik. Kata dokter semenjak kecelakaan bus itu kaki aku mengalami patah tulang. Mau tidak mau aku harus menggunakan tongkat untuk berjalan.

   Yah, aku harus ikhlas atas ketetapan dari Allah. Aku sangat bersyukur masih bisa diberikan kesempatan untuk hidup oleh Allah.

   Sejak kejadian itu Kak Rafan juga sering sekali mengunjungiku di rumah. Namun kebahagiaanku bukanlah Kak Rafan melainkan Aksa.

    Bukan hanya Kak Rafan, tetapi da Kak Julian juga Desty menjengukku sembari memberikan buah-buahan.

"Aksa dimana? Kenapa kalian diam?"tanyaku pada mereka.

"Rinjani, semoga kamu lekas sembuh yah, Aksa baik-baik aja kok. Jadi kamu gak perlu khawatir sama dia. Dia pindah keluar kota. Kita juga jarang dapat kabar tentang dia,"balas Desty.

"Des, aku mau tanya semenjak kejadian itu apa orang tuamu marah?"tanyaku.

"Tidak, mereka gak marah. Mereka malah sangat mengkhawatirkanku."

"Baguslah, ohiya aku belum bertemu kedua orang tua Aruni. Mereka bagaimana?"tanyaku lagi.

"Sudah, Rin. Kamu gak perlu mengkhawatirkan itu. Pikirkan dulu kesehatan kamu. Orang tua Aruni juga sudah ikhlas akan meninggalnya Aruni."

"Iya, itu benar, sekarang kamu harus banyak istirahat,"balas Kak Rafan.

   Walaupun seberapa keras pun mereka mengatakan untuk tidak memikirkan tetapi tetap saja aku pasti kepikiran tentang Aksa.

   Aku seakan-akan dipaksa berusaha untuk menganggap semuanya baik-baik saja, padahal ada puzzle kenangan yang belum menyatu.

   Namun mana mungkin aku membiarkan semuanya tejadi begitu saja. Sampai kapanpun aku harus bertemu Aksa.

*BERSAMBUNG

Kamu dan Kenangan (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang