Pergi ke Malang

156 12 0
                                    

Beberapa minggu kemudian..

   Tiba saatnya aku akan bertemu sama Aksa. Aku, Desty, Dendra dan Kak Rafan akan kesana. Rasanya aku benar-benar terharu bisa bertemu pada Aksa.

    Kini aku akan bersiap-siap ke Malang. Sebelum keberangkatan ku aku berpamitan dengan Mamah Sur. Berharap semuanya baik-baik saja.

"Mah, aku pamit yah. Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu. Aku akan menemui Aksa."

"Iya, Nak. Semoga kamu segera memperbaiki hubunganmu dengan Aksa."

"Aamiin."

    Mamah Sur menjaga rumah. Aku juga sempat berteleponan dengan Hanin. Yang kubingungkan adalah kalau Hanin dekat dengan Aksa. Kenapa Hanin tidak memberikanku nomornya? Kenapa dia terus-terusan menjadi perantara? Ah, sudahlah. Yang penting aku sudah sangat percaya dengan segala yang dilakukan oleh Hanin.

    Sekarang supir Kak Julian membawakan beberapa barangku. Aku masuk ke dalam dan bertemu dengan Desty, Dendra dan Kak Rafan. Wajah mereka berbinar penuh harapan. Senang sekali bisa menemui Aksa nantinya.

"Kalian sudah siap ketemu Aksa?"tanyaku.

"Sangat siap,"jawab Kak Julian.

"Gak terasa sepertinya waktu cepat sekali. Sekarang aku harus menemui Aksa,"ucapku.

"Wah, sebentar lagi nih kangennya terobati,"ucap Desty.

  Aku terlalu senang hari ini. Sebenarnya waktu kesana tidak memakan waktu cukup lama. Hanya sekitaran 2 jam. Cuman kali ini aku belum siap jika harus sendiri dan menunggu teman-temanku mau liburan kesana.

   Aku dan teman-temanku memutuskan disini selama 2 Minggu. Sekalian jalan-jalan. Ah, walau jaraknya cuman 2 jaman aku harus jarang kesini mengingat kondisi kakiku yang tidak baik. Aku sekarang bersebelahan dengan Desty di bis. Sementara Kak Julian bersebelahan dengan Kak Rafan dan Dendra dengan orang asing disebelahnya.

"Coba aja Aruni masih ada disini. Aku kangen banget sama roti buatan dia, Rin,"ucap Desty

"Ia, Des. Cuman Allah lebih sayang sama Aruni. Allhamdulillah yah kita masih solid. Kita masih bisa sama-sama walau gak selengkap dulu."

"Mungkin pertanyaan ini agak membuatmu kesal, Rin. Bagaimana perasaanmu kalau misalnya Aksa beda. Kamu yakin dia bakal tetap sama?"tanya Desty.

"Udah, jangan mikir yang nggak-nggak. Kita optimis aja."

"Cie, bicarain apa nih? Duh, kangen banget aku sama Aksa. Memang gabisa yah nomor handphone-nya diminta gitu?"tanya Dendra yang posisinya di belakangku.

"Aku juga gak tau kenapa, mungkin nanti kita bakal dapat jawaban banyak dari Aksa."

"Ohiya, kita bakal nginap dimana?"tanya Dendra.

"Aku udah nyiapin buat kita semua. Ada dua kamar."

"Okedeh, mantap. The best deh, Kak Julian,"balas Dendra.

****

   Setelah perjalanan dua jam aku dan teman-temanku naik taksi lalu menuju hotel. Rasanya menyenangkan sekali bisa sampai hotel. Aku di dalam kamar hanya berdua dengan Desty. Badanku rasanya bau aku segera mandi dengan air panas.

    Selesai aku mandi lantas aku melihat Desty tertidur pulas tanpa melepas pakaiannya. Masih rapi dengan kerudungnya.

    Aku mengambil handphone-ku lalu menelepon Hanin. Rasanya deg-degan. Sebentar lagi aku akan menemuimu.

"Assalamu'alaikum, Hanin."

"Wa'alaikumussalam. Gimana? Kamu udah sampai di Malang?"

"Iya, aku sudah di hotel ini. Jadi kapan aku dan teman-temanku bisa ketemu Aksa?"tanyaku dengan penasaran.

Kamu dan Kenangan (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang