5. Different

113 9 0
                                    

Abby berlari di koridor dengan wajah panik karena ia sudah hampir terlambat menghadiri kelas Fisika pagi ini. Ini terjadi karena Leon tiba-tiba saja sakit dan seperti biasanya saat pemuda itu sakit, Leon akan menjadi sangat manja padanya. Apapun keperluannya yang mengurusi harus Abby, kecuali urusan kamar mandi. Akhirnya mau tak mau Abby harus mengurusi bayi besar itu sebelum berangkat ke sekolah. Ia juga harus rela bersepeda ke sekolah karena ayahnya sudah berangkat bekerja lebih dulu.

Yah, dan akhirnya Abby benar-benar telat karena pintu kelasnya sudah tertutup rapat. Dari kaca kecil yang terpasang di pintu bercat hijau itu, ia bisa melihat Mr. Frank yang berdiri di depan kelas sembari menjelaskan materi hari ini. Ia melirik arloji di pergelangan tangannya. Shit! Ia telat lima menit dan sudah dipastikan Mr. Frank akan mengusirnya dari kelas mengingat guru itu begitu menghargai waktu. Baginya, waktu bukan lagi uang, tapi tambang berlian.

Abby mengembuskan napas berat lalu berbalik, berniat menunggu kelas selanjutnya di kafetaria saja sekaligus mengisi perutnya yang belum sempat diisi. Namun, ia tersentak kecil saat dirinya hampir saja menabrak seseorang, si mata sapphire.

"Sorry."

"Sorry."

Keduanya tersentak saat mengucapkan kata yang sama kemudian saling melempar senyum canggung.

"Terlambat?" tanya si mata shappire mencoba menghilangkan situasi awkward itu. Abby mengangguk pelan. "Ah, kita senasib ternyata." Pemuda itu terkekeh kecil dan Abby hanya bergeming, bingung harus melakukan apa.

"Aaron." Pemuda itu tiba-tiba saja mengulurkan tangannya dan memperkenalkan diri. "Namamu ... Abbigail bukan?"

Abby terkejut mendengar pertanyaan retorik dari Aaron. Bagaimana pemuda itu tahu namanya? Sedangkan mereka baru pertama kalinya saling bercakap. Ah, Abby baru ingat. Mungkin Xander yang memberi tahukannya. Tapi, memang apa pentingnya mengetahui namanya?

Abby tersenyum kemudian menyambut uluran tangan itu. "Ya, Abbigail Bragy," balasnya.

Aaron tersenyum kemudian mengurai tautan tangan mereka. "Ingin ke kafetaria bersama?" tawarnya yang dibalas anggukan singkat oleh Abby. Selama berjalan menuju kafetaria, mereka saling diam. Hal itu membuat Aaron mendesah kecil karena tidak menyukai suasana ini. Entah mengapa ia ingin mengobrol seru dengan gadis Asia di sampingnya ini.

"Apakah dia mate kita?"

Aaron tersentak ketika suara dari pikirannya itu terdengar. "Aaric, apa itu kau?"

"Ya."

Aaron diam-diam tersenyum kecil karena Aaric, serigalanya, akhirnya muncul setelah lima tahun semenjak ia dipindahkan ke dimensi manusia. Ia sangat senang karena bisa melakukan mindlink dengan Aaric yang lebih sering tertidur. "Syukurlah kau sudah bangun dari hibernasimu itu."

Aaric berdecak. "Jawab pertanyaanku Aaron!"

Aaron terkekeh. "Kalau kau tidak mencium aroma memabukkan darinya, itu tandanya apa?"

"Aku memang tidak mencium apa-apa, tapi aku merasakan nyaman di dekatnya dan aku yakin kau juga merasakannya. Itu juga yang membuatku bangun," balas Aaric.

"Itu bukan berarti bahwa dia mate kita, Aaric. Kau tahu sendiri bagaimana cara werewolf mengenali pasangannya."

"Kau sendiri juga tahu kalau kita ini berbeda."

ARGENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang