Part 1

142 10 2
                                    

Langkah kecil sepasang kaki seorang gadis memasuki sebuah gedung sekolah elite nan megah yang ada di hadapannya, ia melihat sekilas nama sekolah yang tertera besar di atas gerbang masuk, SMA KEJORA. Sekolah baru yang akan menjadi tempatnya menimba ilmu mulai sekarang.

"Hei.. hei.. lihat! Siapa dia?"

"Anak baru mungkin,"

"Iuhh.. penampilannya gak banget dah,"

"Kok bisa ya dia sekolah di sini?"

"Pasti dari beasiswa tuh,"

"Dekil, kampungan gak level banget,"

"Kok bisa nyasar di sini ya miskin ini?"

Cibiran-cibiran ia dapatkan dari seluruh murid-murid SMA KEJORA yang ia lewati di sepanjang koridor. Ia tahu alasan mereka mencibir dirinya, hal tersebut di karenakan penampilannya. Rambut kuncir dua, baju kebesaran, tas yang lusuh dan satu lagi yang paling menonjol, kacamata min yang bertengger manis di pangkal hidungnya.
Menggambarkan sekali kriteria gadis cupu, nerd girl dan miskin.

Ia tak menghiraukan cibiran dan tatapan tajam dari murid-murid tersebut, toh hal itu tidak kenyataan yang ada pada dirinya. Terus melangkah mencari di mana ruang kepala sekolah berada. Mata indahnya menelisik setiap ruangan yang di lewatinya, berharap ia cepat menemukan ruang kepala sekolah.

Brukk ...

"Aduhhh ..."

Pantatnya mendarat mulus di lantai koridor akibat menabrak dada bidang seseorang.

"Ehh ..., Sorry!, Sorry!, gue gak sengaja." Suara bariton laki laki memasuki Indra pendengarannya, membuatnya dengan cepat mendongak siapa yang menabraknya tadi.

Dapat ia lihat wajah tampan, rahang yang tegas, alis hitam tebal seorang pemuda tepat berdiri di depannya. Tangan pemuda tersebut terulur untuk membantunya berdiri. Dan iapun menerima dengan senang hati tangan yang terulur untuknya.

"Terimakasih," cicit pelan gadis itu sambil menundukkan kepalanya setelah ia berhasil berdiri.

"Hmm ..., maaf ya gue gak sengaja tadi nabrak lo, soalnya gue lagi buru-buru," ucap pemuda tersebut.

"Iya, gak papa kok," balas gadis itu, pasalnya hanya jatuh saja masak gak di maafin.

"Ohh ya ... gue gak pernah lihat lo. Lo murid baru ya?" tanya pemuda tadi penasaran dengan gadis di hadapannya.

"I ... iya." Ia menjawab dengan gagap pertanyaan pemuda tersebut, karena ia memang dari kecil tidak terbiasa berbicara dengan orang yang baru di kenalnya.

"Kenalin nama gue Algara Bintang Geraldin, lo bisa panggil gue Gara," ucap pemuda yang memiliki nama Gara, memperkenalkan dirinya dengan menjulurkan tangan kanannya.

"Lafa," balas singkat gadis itu, yang ternyata adalah Lafa sambil membalas uluran tangan Gara.

"Nama yang bagus. Yaudah gue pergi dulu ya," puji Gara dan setelah itu ia melangkah untuk pergi.

Namun baru beberapa langkah Gara melangkah, Lafa memanggilnya kembali.

"Gara ..." teriak Lafa memanggil, dan di susul lari kecilnya menghampiri Gara yang sudah menoleh menatapnya.

Gara menaikkan satu alisnya seolah bertanya 'Ada apa?'.

"Ruang kepala sekolah di mana ya?" tanya Lafa kepada Gara, menanyakan sebuah ruangan yang sedari tadi di carinya.

"Lo mau ke ruang kepala sekolah?" Pertanyaan Lafa yang malah di balas dengan pertanyaan oleh Gara. Dan Lafa hanya mengangguk membenarkan.

"Wahh kebetulan sekali, gue juga mau ke ruang kepala sekolah, bareng yuk!" ucap Gara memberitahukan tujuannya yang sama.

L A F ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang