Part 7

93 12 2
                                    

Drettt ... drettt ...

Bunyi getar ponsel membuyarkan Farel dari dunianya, dengan segera ia merogoh sebuah benda pipih berwarna putih yang berada di saku celana, dapat ia lihat  di layar ponsel tertera nama Lafa yang sedang menelpon.

"Hallo Rel," suara Lafa terdengar setelah ia memencet  icon hijau di layar ponsel tersebut.

"Hallo Kak, Kakak sekarang di mana? Kenapa aku di tinggal di sini sendiri? Aku gak tahu jalan keluar nih kak!" Farel memberondong Lafa dengan banyak pertanyaan sambil tetap berjalan tanpa arah di koridor SMA KEJORA yang panjangnya keterlaluan, membuat Lafa yang berada di seberang sana terdengar menghembuskan nafas kasar.

"Aduh Dek kalo tanya satu-satu!" Gerutu Lafa kesal dengan berbagai pertanyaan sang Adik.

"Hehe ... maap, maap," kekeh Farel ketika mendengar gerutuan Kakaknya yang terdengar lucu saat mendengarnya.

"Udah, Dek sekarang kamu segera keluar dari sekolah itu, lewat jalan yang kita lewati tadi, tapi hati-hati karena pengurus OSIS sedang patroli hari ini, ok! Kakak tunggu di halte dekat sekolah"  ucap Lafa panjang lebar menjelaskan apa yang harus di lakukan Farel agar segera keluar dari sekolah.

"Ok Kak!" Sanggup Farel dengan menganggukkan kepalanya walau tak dapat di lihat oleh Lafa.

Setelah memutus sambungan telepon, Farel segera mengikuti apa yang di ucapkan Kakaknya tadi.

**********

Dengan mengayun-ayunkan kaki, duduk risau di halte dekat SMA KEJORA, Lafa menatap cemas ke arah kanan jalan raya yang sepi, mungkin efek hari libur. Apalagi mendung hitam yang memayungi bumi di siang hari, bersiap menumpahkan apa yang di kandungnya.

"Kenapa Farel lama banget ya?" gumam Lafa dengan harapan agar Adiknya itu segara muncul di depan matanya.

Ia sangat merasa bersalah karena meninggalkan Farel sendirian di sekolah. Andai saja tadi Gara dan Rendy tidak memergokinya, pasti rencana yang ia susun tidak berantakan seperti sekarang.

"Doorrrrr!!!"

"Aaaaaaa ..."teriak Lafa terkejut, jantungnya seakan-akan ingin meloncat dari tempatnya berada.

"Hahahaha." Ledakan tawa terdengar sangat keras di gendang telinga Lafa.

Membuat Lafa langsung melihat siapa orang yang berani mengejutkannya hingga hampir hilang kesadaran.

"Farellll ...!!!" teriak Lafa kesal setengah mati setelah tahu siapa orang yang membuatnya jantungan seketika. Farel, dialah biang keroknya.

"Akhhhh ... aduh ... aduh sakit Kak!, lepasin itu tangan!" rintih Farel kesakitan ketika mendapat sebuah jeweran di telinganya sampai memerah.

"Salah sendiri bikin Kakak hampir jantungan!" Marah Lafa kesal dengan tingkah Adiknya.

Tangannya ia lepaskan dari telinga Farel, ia tidak akan tega jika menyakiti sang Adik tercinta. Walaupun ia marah besar kepada Farel, tak berani ia harus bermain fisik dengan keras. Paling-paling cuman jeweran kecil serta cubitan di perut, jika untuk menampar ataupun memukul, tak pernah berani ia lakukan.

"Uuhhh ..., salah sendiri aku di tinggalin sendirian!" ucap Farel mengulang perkataan sang Kakak dengan kalimat berbeda.

"Gak kreatif amat milih kata," ejek Lafa mencoba menjahili Farel yang sedang merajuk.

"Bodo amat!" ucap Farel singkat, sambil berjalan cepat meninggalkan sang Kakak. Ia sungguh benar-benar kesal dengan tingkah Lafa hari ini, tadi membekap mulutnya sangat lama, lalu di tambah meninggalkannya sendirian di sekolah yang menurutnya seluas bandara Soekarno-Hatta, lengkap sudah kekesalannya.

L A F ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang