Part 2

109 9 0
                                    

Sepasang mata kecil berkaca kaca memandang bulan purnama yang bersinar indah menemani gelapnya langit malam tanpa bintang.

"Kakak ingat gak dulu kita sering banget melihat bulan purnama bersama, dengan segala impian-impian kita ..." lirihnya sendu sambil terus menatap sang bulan purnama.

Lafa, malam ini ia terduduk di tengah tengah jendela besar yang ada di kamarnya, mengenang masa masa indah bersama Kakak yang ia rindukan. Angin menyapu wajah sendunya, membelai lembut rambut panjangnya, seolah menenangkan suasana hati yang muram gadis itu.

Ingatannya berlayar kembali menuju di mana kenangan indah itu berada.

Flashback on.

"Kakak ... Kakak ..., Lihat Kak indah banget ya itu" ucap imut seorang gadis kecil sekisar umur 5 tahun sambil menunjuk sebuah benda langit bercahaya yang biasa di sebut bulan.

"Kamu suka Dek?" tanya laki laki kecil yang umurnya hanya terpaut satu tahun lebih tua dari gadis yang memanggilnya Kakak.

"Iya aku sukaaaa banget!" jawaban lucu yang di berikan si gadis kecil itu sambil merentangkan kedua tangannya ke udara.

"Kamu tahu gak itu namanya bulan apa?" tanya kembali Kakaknya.

"Emmm ... apa ya?" gumam gadis itu sambil meletakkan jari telunjuknya di dagu, seolah ia sedang berfikir. "Aku tahu namanya, itu namanya adalah bulan botak Kak!" jawaban aneh gadis tersebut, membuat sang Kakak tertawa terpingkal-pingkal.

"Hahaha ... mana ada bulan gak botak, semua bulan kan botak Dek,"

"Itukan memang botak, kayak bola," elak gadis kecil itu seraya mengerucutkan bibirnya kesal akan ejekan Kakaknya.

"Itu namanya bulan purnama Dek, kata orang kalau kita melihat bulan purnama, kita harus punya mimpi yang kita tujukan untuk esok hari, bulan pasti mendengar semua mimpi kita," ucap sang Kakak sambil merangkul bahu sang Adik dan memandang bulan purnama di atas sana.

"Bulan dapat mendengal mimpi kita ..." lirih gadis kecil itu. "Bulan aku punya mimpi semoga esok hali aku dan Kakak akan tetap belsama selamanya."  Gadis itu menyuarakan impian yang di pintanya dengan suara cadel.

"Bulan aku juga sama, aku punya mimpi semoga esok hari aku dan Adek akan tetap bersama selamanya."  Ulang perkataan sang Adik, namun ia memang mempunyai impian ingin bersama sang Adik tercinta selamanya.

Malam itu adalah momen terindah bagi kakak beradik tersebut.

Flashback off.

Setetes demi setetes air mata jatuh, mengalir tenang di pipinya. Lafa hanya bisa mengenang masa masa di mana ia masih bersama Kakaknya.

"Kakak kenapa bohong?, Kata Kakak ... Kakak akan selalu bersamaku selamanya, tapi apa? Kakak mengingkari impian itu, hiks ... hiks ... aku rindu Kakak, kembalilah kak ..." lirih Lafa dengan harapan besar supaya ia cepat di pertemukan dengan Kakaknya.

Lafa lalu bangkit dari duduknya, melangkahkan kaki menuju ranjang untuk tidur dan menenangkan fikirannya yang kacau.

"Di manapun kau berada, good night Kak," gumam Lafa setelah ia dapat merebahkan tubuhnya di ranjang dengan nyaman.

Perlahan Lafa menutup matanya hingga kegelapanlah yang menguasai.

**********

Sedangkan di tempat lain, seorang pemuda asyik memandangi bulan purnama di tepian kolam renang yang ada di belakang rumahnya.

"Gue kangen lo Dek, tapi gue juga benci sama lo ..." lirih pemuda tersebut sambil memandangi bulan purnama yang bersinar indah di atasnya, dengan perasaan yang tidak bisa di artikan, antara marah, rindu, kecewa yang bercampur jadi satu di dalam hatinya.

L A F ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang