Bagian 5

4.8K 211 1
                                    

Bagian 5

Anton dan Sesil berdiri di depan kafe seraya menikmati rintik hujan, waktu sudah menunjukkan hampir sembilan malam. Wanita itu menolak dijemput, dan memilih menggunakan taksi online.

Pandangannya gamang menatap lurus ke depan tanpa ekspresi yang berlebihan, bahkan nyaris datar. Ia merasa kehilangan separuh ruhnya. Benaknya nyaris pecah dicecar banyak tanya, semabuk apa yang membuat dirinya benar-benar kehilangan kesadaran.

"Jangan banyak berpikir, kita pecahkan sama-sama ya. Kamu gak sendirian ada aku dan Sean."

Sesil melirik sesaat seraya mengulas senyum tipis. Ia baru saja teringat, Sean akhir-akhir ini sulit membalas pesan. Tapi, dia bukan tipe sahabat yang mengabaikan sahabatnya sendiri, Sean pasti membalas pesan walaupun  beberapa jam kemudian.

"Jangan ceritakan pertemuan kita sama Kak Rega ya, Kak," pinta Sesil.

"Kenapa? Takut Rega cemburu ya," goda Anton.

Sesil sedikit tertawa, sebuah hal yang tidak mungkin.

Beberapa saat kemudian mobil datang, Sesil bergegas masuk ke dalam setelah pamit pada Anton.

"Jaga kesehatan, kalau ada apa-apa hubungi aku ya," ucap Anton.

"Oke, Kak."

Sedetik kemudian mobil berlalu meninggalkan deru mesin yang perlahan menghilang. Seiring dengan itu hujan semakin deras mengguyur bumi. Anton memperhatikan mobil itu sampai benar-benar hilang dari pandangan, kemudian ia bergegas masuk ke dalam mobilnya.

****

"Darimana?" tanya Rega yang masih berkutat dengan pekerjaannya.

"Tadi nyari sesuatu, tapi gak ketemu."

"Sudah makan?" tanya Rega lagi. Ia tidak pernah benar-benar bisa memendam kemarahannya berlama-lama. Apalagi pada seorang wanita, ia memang kecewa, tapi tidak membenci.

Sesil menggeleng pelan.

"Mau pesan?"

"Tidak usah. Kakak sudah makan?"

Rega hanya menggeleng pelan.

"Kalau begitu aku mandi dulu, setelah itu aku masak buat makan malam."

Rega mengangguk pelan. Egonya ingin menolak dan memilih untuk memesan saja, tapi mencicipi makanan Sesil kemarin, ia merasa cocok di lidahnya.

Sekitar setengah jam kemudian, Sesil turun dengan wajah lebih segar. Rambut panjangnya tergerai indah dan sedikit basah.

"Hey apa-apaan kamu," teriak Rega saat Sesil mendekatinya untuk bertanya ingin dimasakkan apa.

Sesil kebingungan dan menatap heran pria di hadapannya.

"Balik ke kamar, dan ganti bajumu!"

Sesil merasa tidak ada yang salah, ia mengenakan baju tidur yang dibawa Rega ketika seserahan. Rega sendiri tidak sadar akan bawaannya ini, sepertinya Emak yang membelinya. Sebuah baju tidur dengan atasan yang sedikit terbuka dan pendek di bagian bawah.

"Kenapa sih, Kak? Aku suka baju ini, adem."

"Cepat ke atas, dan ganti bajumu itu." Rega kembali memerintah seraya mengalihkan pandangan ke arah lain.

Dengan sedikit menggerutu Sesil membalikkan badan dan naik ke kamar. Kemudian turun kembali dan memakai kaus serta celana training panjang. Sementara Rega merasa ruangan ini seketika menjadi panas, pemandangan seperti ini cukup aneh baginya, Rega memang berbanding terbalik dengan Anton, ia cenderung menutup diri dan menghabiskan waktunya untuk bekerja, tidak heran posisinya di kantor saat ini cukup bagus. Bila hari libur tiba, Rega lebih senang menghabiskan waktu untuk beristirahat, kalau tidak pulang ke Bandung.

After The Wedding DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang