Bagian 12

8.5K 530 161
                                    

#Korban_Kenikmatan_yang_Dicabut

Pengantin Tanpa Mahkota (Versi Novel)

Bagian 12

*

*

Intensitas teror pesan itu semakin hari terasa semakin mengganggu. Orang tersebut seperti tahu gerak gerik yang dilakukan Sesil. Puncaknya, pagi tadi sebuah paket datang, foto-foto tempo hari dalam bentuk cetak ia kirimkan. Dapat disimpulkan bila si peneror mengetahui keberadaannya, itu sungguh membuat Sesil ketakutan.

Tanpa berpikir panjang, Rega membawa bungkusan itu ke belakang rumah dan langsung membakarnya. Ia terlihat frustasi, karena hingga detik ini belum bisa melacak si pengirim.

Sementara Sesil hanya terduduk lemas di meja makan. Kali ini rasa marah itu seperti sudah ada di ubun-ubun. Tidak berapa lama terdengar pintu diketuk, dengan langkah gontai ia membuka pintu, berdiri si sana Sean dengan mengembangkan senyum. Beberapa waktu terakhir ini, Sean memang sering datang ke rumah dan menghabiskan waktu seharian di sini.

Sesil sama sekali tidak pernah membahas percakapan tempo hari, sebisa mungkin bersikap seperti biasa.

"Kamu kenapa, Sil? Kok kayak stres gitu mukanya?"

"Aku gak apa-apa, cuma agak sedikit pusing. Kamu gak kuliah?"

Sean menggeleng. "Aku free hari ini, nemenin kamu boleh kan?"

Sesil tersenyum tipis seraya mengangguk pelan. Sejujurnya hari ini ia sedang ingin sendiri, tapi ia pun tidak kuasa menolak. Beberapa saat kemudian Rega datang, ia bersiap untuk ke kantor, jarum jam sudah ada di angka sepuluh, Rega sudah cukup terlambat.

"Hati-hati di rumah, jangan kemana-mana ya," ucap Rega khawatir.

Ada cemburu yang semakin bergemuruh di dada Sean, ia merasa Rega semakin menjauh. Bahkan pesan-pesan yang dikirimkannya sudah jarang Rega balas. Tidak jarang ketika berkunjung ke sini, Sean terus mencari perhatian, membuat Sesil tidak nyaman.

Entah sejak kapan, Sesil pun sudah tidak lagi mendapati suaminya dengan raut mendamba di depan layar ponsel. Bila sedang di rumah, Rega jarang berkutat dengan benda itu, sesekali memegang bila ada telepon datang.

"Kakak jam segini baru ke kantor?" tanya Sean.

"Iya, tadi ada sedikit urusan," jawabnya dengan tersenyum.

"Hati-hati, Kak," balas Sean.

Rega mengangguk kemudian mendekati Sesil. "Aku akan cepat pulang."

"Iya, Kak."

Setelah itu Rega berlalu, hilang dari pandangan, seiring dengan seru mesin mobilnya yang menjauh.

****

.

.

"Gimana hubungan kamu dengan Kak Rega?"

"Biasa aja," jawab Sesil seraya menyantap spageti yang dibuatkan Sean.

"Dia memperlakukanmu dengan baik?"

Sesil hanya mengangguk.

"Kamu jatuh cinta?"

Sesil menghentikan sejenak aktivitas makannya. Ia menatap ke arah Sean yang terlihat menunggu jawabannya.

"Dia baik, bahkan terlalu baik untukku. Aku heran kenapa Tuhan menghadirkannya padaku yang liar dan tidak jelas ini," jawab Sesil dengan setenang mungkin.
Sean menghela napas, ia mengambil segelas air di sampingnya dan meminum dengan perlahan, ucapan Sesil seperti sedang menamparnya. Entah sejak kapan sebuah perasaan iri muncul di hatinya, ia sama sekali tidak senang melihat kebersamaan Rega dan Sesil.

After The Wedding DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang