Bagian 6

5K 247 13
                                    

Bagian 6

Waktu sudah mendekati pukul sebelas siang ketika Rega dan Sesil tiba di Bandung, acara resepsi sudah di mulai, sebuah hotel bintang lima di daerah atas kota Bandung menjadi pilihan untuk pesta ini. Sepupunya bernama Tasya, usianya tiga tahun di bawah Rega.

Rega dan Sesil menghampiri Tasya yang sendirian di kursi pelaminan, sementara suaminya masih berada di ruang ganti. Ada senyum terlukis di wajah cantik Tasya, namun tatapan sendu tidak dapat disembunyikan.

"Terima kasih Akang sudah datang," ucap Tasya lembut.

"Sama-sama. Semoga Tasya bahagia terus ya, menjadi keluarga yang sakinah."

Senyum tipis di wanita itu berganti, seperti ada luka yang membalut.

"Tasya sudah memenuhi janji, akan menikah setelah Akang menikah," ucapnya dengan nada pelan. Namun samar masih bisa didengar Sesil.

Rega hanya tersenyum tipis.

"Terimakasih untuk waktu yang pernah kita lewati ya," ucap Tasya lagi, seolah masih belum mengikhlaskan bila pada akhirnya waktu membuat keduanya berjalan pada takdirnya masing-masing.

Rega mengangkat tangan, menepuk pundak Tasya tiga kali. Persis sepergi yang selalu ia lakukan ketika adik sepupunya itu datang dengan hati yang sedih.

Rega dan Tasya adalah kata yang tertulis pada buku yang sama tapi Bab berbeda. Hubungan mereka sangat dekat dan saling menjaga, namun ternyata waktu mengganti perasaan mereka. Rega kesal ketika melihat Tasya dengan pria lain, begitupun sebaliknya. Sosok Tasya sendiri adalah gambaran pendamping impiannya, cantik, pintar, sopan dan berwawasan luas. Tetapi kentalnya darah di antara mereka tidak bisa merubah hubungan itu menjadi lain. Mereka hanya bisa memiliki sebagai kakak dan adik bukan sepasang kekasih.

Segala perasaan itu dipendam lama oleh keduanya. Tidak luntur meski jarak mulai memisahkan dan komunikasi yang sengaja Rega putus.

Setelah itu, Rega dan Sesil turun dari pelaminan. Tidak lupa, ia menggenggam tangan istrinya, sebagai pembuktian diri pada keluarga besar bila rumah tangganya begitu baik. Sementara Sesil lagi dan lagi bergelut dengan perasaannya sendiri, apalagi ketika melihat tatapan Rega tadi pada adik sepupunya, masih ada cinta di sana.

Tidak lama terlihat Emak menghampiri dan merangkul anak menantunya.

"Kalian sampai jam berapa?"

"Baru saja, Mak," jawab Sesil membalas rangkulan ibu mertuanya.

Setelah itu Emak bergantian merangkul anak semata wayangnya. Ia selalu bangga pada anak laki-lakinya ini. Rega selalu berbakti dan tidak pernah membantah.

"Kalian makan dulu ya," ucap Emak lagi. "Rega ajak istrimu, mungkin Sesil masih malu-malu."

"Iya, Mak."

Rega kembali mengajak Sesil, kemudian mereka mengambil makanan kemudian mencari tempat duduk dengan pemandangan yang indah. Sejuknya kota Bandung selalu menambah keeksotisan kota yang romantis ini.

"Tasya sepupumu, atau ...," tanya Sesil ragu.

"Aku tahu, kamu pasti bakal ternyata ini," jawab Rega seraya menikmati makanannya.

"Sudahlah gak perlu dijawab. Aku juga gak penasaran," balas Sesil mengalihkan pandangan dan menatap lurus ke depan, menikmati pemandangan alam yang terlukis indah.

Rega melirik sesaat pada Sesil, setelahnya keduanya diam dan hanyut dalam pikiran masing-masing.

****

Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, terlihat Sesil begitu lelah. Sementara resepsi masih sampai jam sepuluh malam. Suami Tasya memiliki relasi yang banyak, tamu sejak siang pun tidak sepi.

After The Wedding DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang