Sepatu sneaker birunya menendang pelan kerikil kecil diatas trotoar di sepanjang langkahnya menuju halte bus.
Untuk beberapa hari kedepan dia harus terbiasa pulang menggunakan bus, karena mobil sedan kesayangannya tengah berada di bengkel.
"Huh, lumayan juga berjalan kaki dari rumah sakit menuju halte bus." Dia langsung saja mendaratkan bokongnya di bangku tunggu halte itu.
Angin bertiup cukup kencang membuat pria itu merapatkan mantel yang ia kenakan.
"Angin musim gugur memang sangat dingin." Gumamnya, dia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
10.00pm
Merasa ada yang datang dan duduk disebelahnya, dia langsung memalingkan kepalanya― melihat siapa yang baru saja duduk disampingnya.
Netranya menangkap sosok gadis berseragam sekolah menengah akhir. Gadis itu terlihat tengah asik dengan ponselnya.
Dia sedikit merenyitkan alisnya, merasa pernah melihat gadis itu sebelumya.
Meski hanya wajah sisi kanan dari gadis itu yang dapat ia lihat, namun dia yakin dia pernah melihat gadis itu sebelumnya.
Merasa ada yang memperhatikannya secara intens, gadis berseragam sekolah itu mengalihkan perhatiannya dari ponsel, menatap orang yang duduk disebelah kirinya.
Dan benar dugaannya, orang itu tengah memperhatikannya. Dan tatapan pria itu sedikit membuat takut.
Bayangkan saja, seorang pria menatapnya dengan alis yang tertaut namun, entahlah wajahnya terlihat datar. Dan menurutnya itu sedikit menakutkan dan aneh.
"Ehem..." gadis itu berdehem membuat orang yang memperhatikannya tersadar.
"Ah, maaf jika aku membuatmu tak nyaman karena terus memperhatikanmu." Dia langsung meminta maaf saat tersadar dari lamunannya, karena dia tau apa yang ia lakukan tadi bisa saja membuat gadis itu merasa tak nyaman.
Gadis itu mengangguk kecil, lalu dia kembali lagi memainkan ponselnya― mengabaikan pria yang duduk disampingnya.
Suasana kembali hening, hanya terdengar suara kendaraan yang melintas. Mereka berdua hanyut dalam kesibukan masing-masing― sang gadis yang sibuk bermain dengan ponselnya dan sang pria yang termenung dengan pikirannya.
Si pria berwajah innocence itu kembali melirik jam tangannya.
10.15pm
Sebentar lagi bus rute nya akan datang.
Beberapa menit kemudian, decitan ban bus yang mengerem memecah keheningan diantara mereka.
Sebelum beranjak dari duduknya, dia sekilas melirik gadis disampingnya itu. Terlihat gadis itu tengah menggerutu kesal pada ponselnya. Membuat pria berwajah dingin itu terkekeh kecil karena wajah gadis itu terlihat imut dan lucu disaat yang bersamaan.
"Uum maaf jika aku lancang. Tapi apa kau akan terus duduk disini? Kau tau ini adalah bus terakhir." Gadis itu menoleh, menatapnya dengan tatapan yang tak dapat ia artikan.
"Dan ini juga sudah terlalu larut malam jika kau menunggu seseorang." Gadis berseragam itu melirik jam tangannya.
Apa yang dikatakan pria itu ada benarnya juga, ini sudah larut malam. Dan bus rute nya juga sudah tak akan melintas lagi. Tapi jika dia menaiki bus itu, rute menuju rumahnya akan semakin jauh.
Aah... ini semua gara-gara ulah si manusia sok imut itu
"Permisi... apa kalian akan menaiki bus ini?" ucap sang supir sedikit berteriak membuat gadis itu tersadar dari lamunannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because You
FanfictionKarena rahasia terbesar ku adalah kesalahan terbesar ku. Dan perlu kau tau, kau adalah salah satu rasa bersalah yang selama ini aku rasakan. Tapi percayalah, kau adalah hal paling indah yang pernah ku miliki selama aku menghirup udara ini. ~Kang Min...