Mereka berdua telah sampai ditaman buatan yang berada di rooftop rumah sakit ini. Minhee mendorong kursi roda itu mengelilingi taman, dengan sesekali melontarkan lelucon yang membuat gadis kecilnya tertawa. Selama berkeliling, beberapa pasien yang bersama keluarganya menyapa Minhee dan tak jarang dari mereka menanyakan siapa gadis kecil yang bersamanya.
"Ah, ini Nana-chan. Dia putriku." Jawab Minhee dengan ramah dan tidak lupa senyum yang menghiasi wajahnya ketika mengenalkan Minami.
"Appa... Appa, apa nanti yang akan mengeluarkan benda jelek dari kepalaku itu Appa?" tanya Minami saat mereka tengah beristirahat di tengah taman— dengan Minhee duduk di kursi taman dan Minami yang duduk diatas kursi roda yang menghadap Minhee.
Minhee menatap gadis kecilnya, "ya, Nana-chan percaya kan pada Appa?" tanganya mengusap lembut surai hitam anaknya. Minami mengangguk pelan. Ya, gadis itu sangat mempercayakan semuanya kepada Appanya.
"Nanti jika Nana-chan sudah sembuh, Nana-chan mau kan tinggal bersama Appa? Dirumah Appa?" gadis kecil berdarah Jepang itu menatap Minhee lekat.
Minami merasa sedikit tak percaya dengan apa yang Minhee ucapkan. Disisi lain dia senang karena masih ada yang menyayanginya, namun di lain sisi gadis kecil itu juga selalu merasa takut jika mendengar kata rumah, kanera ingatannya dengan kata itu adalah sebuah mimpi buruk bagi Minami.
Minhee merasakan raut muka anaknya yang terlihat tengah merasakan ketakutan, dia mengerti. Minami masih memiliki trauma yang sangat besar. Dimana seharusnya sebuah rumah menjadi tempat paling nyaman dan aman untuk berlindung dari segala hal, namun itu tak berlaku untuk Minami kecil.
Sekitar dua tahun lalu, rumah adalah neraka baginya. Kedua orang tuanya selalu saja memperlakukannya dengan kasar, bahkan tak segan-segan mereka melukai Minami dengan alasan yang tak masuk akal.
Pria Kang itu tersenyum lembut, mengusap puncak kepala Minami dengan lembut.
"Tenang saja, Nana-chan tak perlu takut lagi. Dirumah Appa tidak akan ada monster yang bisa menyakiti Nana-chan. Appa pastikan mereka semua segera pergi sebelum bisa menyentuh Nana-chan."
"Appa tak akan bohong kan?" tanya gadis kecil itu ragu.
"Hey, apa Appa mu yang tampan ini pernah berbohong? Hmm..." ucap Minhee dengan percaya dirinya. Dan itu membuat Minami tertawa.
Setidaknya, gadis kecilnya bisa melupakan sejenak ketakutannya, pikir Minhee saat melihat tawa lepas Minami.
"Jjaa... baiklah, sekarang lebih baik kita makan siang. Appa sudah lapar." Pria itu tersenyum lebar seraya mengusap perutnya. Minami pun ikut tersenyum dan mengangguk pelan.
Minhee pun segera bangkit dari duduknya, mendorong kursi roda Minami lalu meninggalkan taman dan segera menuju kafetarian.
Mereka berdua memasuki kafetarian. Minhee mendorong kursi roda Minami menuju salah satu meja kosong yang berada ditengah kafetarian.
"Nana-chan tunggu dulu disini ya, Appa mau memesan dulu." Minhee menggusak gemas poni gadis itu, tersenyum lebar lalu pergi menuju konter untuk memesan makanan untuk mereka berdua.
Minhee berjalan dengan kepala yang masih melihat kearah Minami, sampai tanpa dia sadari ada seseorang yang berjalan berlawanan.
"Appa awas!!!" teriak Minami memperingati Minhee, dan...
Brukkk...
Tabrakan pun tak terhindarkan. Minuman dingin yang berada ditangan orang yang ditabrak Minhee tumpah tepat mengenai kemeja Minhee. Untung saja saat ini kafetarian bisa dibilang sepi, karena hanya ada beberapa orang saja. Sehingga kejadian tabrakan tak menjadi pusat perhatian.
"Ah... maaf, maaf..." segera Minhee meminta maaf kepada orang yang ditabraknya, dia menjulurkan tanganya karena orang itu jatuh terduduk.
"Tidak, seharusnya aku juga memperhatikan langkahku." Dia menyambut uluran tangan Minhee. Berdiri dari jatuhnya— sedikit menunduk membersihkan celananya yang terkena cipratan minuman yang tumpah.
Dia mendongkangkan kepalanya, menatap orang yang baru saja menolongnya. Terkejut, namun dia masih bisa mengontrol raut mukanya. Tak lama tatapannya beralih pada kemeja Minhee yang basah.
"Ah, itu pasti dingin. Aku benar-benar minta maaf." Dia mengeluarkan saputangannya, memberikan kain berwarna pink itu kepada Minhee.
Dan dengan senang hati pria Kang itu menerima saputangan lalu mengelap kemejanya yang basah.
"Tidak masalah Hyaerin-ssi."
"Appa, apa Appa baik-baik saja?" entah sejak kapan gadis kecil itu sudah berada dibelakang Minhee dengan wajah khawatir. Minhee menoleh, tersenyum lembut kepada Minami.
"Gwaenchanha, Appa baik-baik saja." Tangannya mengusap kepala Minami.
Sedangkan Hyaerin— orang yang baru saja bertubrukan dengan Minhee hanya memperhatikan keduanya.
Perlakuan Minhee kepada gadis kecil itu mengingatkan Hyaerin kepada mendiang Ayahnya. Lembut, perhatian dan juga hangat. Seketika, Hyaerin merindukan kehadiran Ayahnya.
"Hyaerin-ssi? Apa kau baik-baik saja?" Hyaerin tersadar dari lamunannya, lalu mengangguk pelan kepada Minhee.
"Appa, Eonnie ini siapa?" tanya Minami, menarik pelan lengan kemeja Minhee. Gadis kecil itu menatap Hyaerin penasaran, sedangkan gadis jangkung itu balik menatap Minami dengan ramah dan tak lupa tersenyum manis.
Sedikit membungkuk— menyetarakan tingginya dengan gadis kecil itu, Hyaerin menjulurkan tangannya.
"Nama Eonnie, Hyaerin. Dan nama mu?" sekilas Minami menatap Minhee, pria itu tersenyum dan mengangguk pelan— mengisyaratkan untuk segera menjabat tangan Hyaerin.
"Nama ku Minami Kang, tapi Eonnie boleh memanggil ku Nana-chan." Jawab Minami dengan malu-malu. Hyaerin tersenyum, anak ini benar-benar menggemaskan.
"Kau sangat menggemaskan Nana-chan." Si gadis Park mengelus pelan puncak kepala Minami, membuat sang empu tersenyum malu.
"Hey, apa kalian akan terus mengabaikan ku? Hmmm?" kedua gadis berbeda generasi itu memangalihkan perhatiannya. Menatap Minhee yang terlihat cemberut karena terabaikan.
"Ups... mian Appa..." gadis kecil itu tersenyum lebar, menunjukan deretan giginya yang terlihat menghilang satu dibagian taring bawah.
Sedangkan Hyaerin hanya terkekeh geli melihat ekspresi Minhee yang terlihat seperti anak kecil.
Jangan lupa pencet bintang yang ada di pojokan'))
Tertanda
*Rin
Jodohnya para oppa oppa')
Kota Antah Berantah, 20 Februari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Because You
FanfictionKarena rahasia terbesar ku adalah kesalahan terbesar ku. Dan perlu kau tau, kau adalah salah satu rasa bersalah yang selama ini aku rasakan. Tapi percayalah, kau adalah hal paling indah yang pernah ku miliki selama aku menghirup udara ini. ~Kang Min...