Original story by ChanReaction0606
Badan menelungkup, pipi kanan menempel pada meja dan wajahnya menghadap jendela. Sinar mentari menyorot lembut wajah rupawannya. Kedua mata terpejam, menikmati hangatnya sinar mentari sore yang menerpa wajahnya.
Perpustakaan itu sangat hening, mungkin hanya ada dirinya saja dan penjaga perpustakaan.
"Aku tau kau disana. Kemarilah duduk denganku." Masih dengan mata masih terpejam, dia menyuruh orang yang berdiri tak jauh dari meja yang ia tempati.
"Hey, apa kau seorang cenayang? Bagaimana kau bisa tau aku ada disini?" terdengar suara gadis yang sedang menarik salah satu kursi dan duduk diseberangnya.
Menghela napas pelan, dia menegakan badannya. Menatap gadis yang baru saja duduk dihadapannya.
"Kau tak lihat, disini sepi hanya ada aku dan penjaga. Jadi aku bisa mendengar langkah kaki mu dengan jelas. Bahkan hembusan napasmu aku bisa mendengarnya dengan jelas. Dan kau tau, tak ada orang yang mau membuntutiku jika bukan kau." Gadis itu terkekeh mendengar ucapan nya. Membuat dia mengerutkan alisnya.
"Wae?"
"Tidak, hanya saja aku tak menyangka kau bisa berbicara sepanjang itu." Dia memasang wajah datar setelah mendengar kalimat gadis itu.
"Hey, jangan marah aku hanya bercanda." Dia tak peduli, meraih novel Demian karya Shinclair— melanjutkan bacaan yang sempat tertunda.
"Ayolah, kau ini laki-laki tapi sensitive sekali."
"Masa bodo. Aku tak peduli." Dia membuka halaman selanjutnya, mengabaikan orang itu.
"Hey, Minheenie~ padahal aku sudah membelikan ini." Gadis itu mengeluarkan dua roti lapis isi daging yang sejak tadi berada didalam keresek yang dibawanya.
Dia mengalihkan atensinya dari novel yang ia baca. Melirik sekilas roti lapis yang tergeletak diatas meja, menelan ludahnya karena roti lapis isi daging dengan ekstra bawang dan tak lupa keju yang menggoda untuk segera dimakan.
"Tapi ya sudah jika kau tak mau, aku akan memakannya sendiri." Saat dia hendak mengambil kembali kedua roti lapis itu, Minhee segera merampas salah satu roti lapis nya.
"Terimakasih roti lapisnya." Tanpa mengalihkan pandangannya dari novel Minhee melahap roti itu.
Sedangkan gadis itu hanya tersenyum kecil melihat tingkah sahabatnya.
Pria tampan berwajah datar tersenyum tipis kala mengingat salah satu kenangannya bersama seorang gadis yang menemani masa sekolahnya.
"Fiuh... sudah enam tahun berlalu. Tapi, rasanya aku masih tak bisa menerima kenyataan yang terjadi." Hatinya selalu saja terasa sakit ketika mengingat kembali hari dimana dia melihat gadis itu untuk yang terakhir kalinya.
"Mianhae... jika saja aku tidak terlambat. Pasti saat ini kau sedang—" dia menghentikan kalimatnya karena tidak tahan untuk mengucapkan kelanjutannya.
Dadanya terasa sesak, dan kepalanya juga mendadak terasa pening. Berulang kali kepalan tangan kirinya memukul pelan kepalanya— berharap rasa pusing yang tiba-tiba menyerangnya menghilang.
Tangan kanan yang gemetar membuka laci meja kerjanya. Getaran pada tangannya membuat ia kesulitan untuk membuka laci. Setelah laci terbuka, segera dia mengambil botol yang berisi obat penenang, mengeluarkan beberapa butir pil putih itu dengan terburu.
Yah, begini lah jika seorang Kang Minhee kembali mengingat kejadian kelamnya yang terjadi beberapa tahun lalu. Kejadian yang membuat pria itu depresi berat. Yang sampai sekarang pun, kala ia mengingat kejadian itu lagi, rasanya tubuhnya akan tertarik kemasa itu.
"Ah... tenanglah Minhee, tenang lah Kang Minhee. Dia akan sedih jika melihatmu seperti ini." Gumamnya pada dirinya sendiri setelah menelan pil-pil itu tanpa air.
Setelah sedikit tenang, Minhee memijat kedua pelipisnya. Melirik sekilas jam yang menempel pada dinding.
09.45pm
Ah, jadwal jaganya hampir selesai. Bangkit dari duduk, Minhee mematikan komputernya yang sejak tadi menyala. Melepaskan jas putihnya, menyampirkan pada sandaran kursi kerjanya.
"Sebaiknya aku melihat keadaan Nana-chan dulu sebelum pulang." Mematikan lampu ruangannya sebelum dia keluar dan mengunci pintu ruangannya.
Jangan lupa pencet bintang yang ada di pojokan'))
Tertanda
*Rin
Jodohnya para oppa oppa')
Kota Antah Berantah, 26 Juli 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Because You
FanficKarena rahasia terbesar ku adalah kesalahan terbesar ku. Dan perlu kau tau, kau adalah salah satu rasa bersalah yang selama ini aku rasakan. Tapi percayalah, kau adalah hal paling indah yang pernah ku miliki selama aku menghirup udara ini. ~Kang Min...