06

605 104 33
                                    


But it's all coming back to me now

.
.
.
.
.
.

Bagi karyawan kantoran seperti Atta, weekend adalah jatah libur yang tidak bisa tergantikan oleh apapun. Tidak munafik jika rutinitas senin hingga jum'at itu kadang sampai di titik jenuh hingga seorang karyawan yang sering dikejar project deadline itu butuh libur.
Bahkan kadang sabtu minggu terasa berlalu seperti kedipan mata. Jauh sebelum Atta ikut merasakan bagaimana indahnya rebahan saat weekend, Adrian sudah lebih dulu paham sepenting apa momen penghujung minggu itu dan bagaimana melewatinya tanpa terasa buang - buang waktu.

Terlebih untuk dua bulan terakhir ini, Atta tahu kalau Adrian selalu ingin setiap hari menjadi hari Sabtu dan minggu saja. Kakak sulungnya itu sudah punya sesuatu yang jauh lebih indah dari sekedar rebahan seharian atau tanding basket sampai malam. Sesuatu yang akan segera bisa dipanggil teman hidup. Bahkan Adrian sampai senewen sendiri memilih baju apa yang akan ia pakai untuk bertemu calon teman hidupnya itu. Atta sebenarnya sudah mulai mual. Tapi yang keluar dari mulutnya malah tawa cemooh sepanjang Adrian misuh - misuh layaknya abege yang baru pertama kali kencan.

"Baju ini gimana? Apik ndak? Apa yang ijo botol tadi aja? Eh celanaku yang minggu lalu tak beli wes koen setrika belum? Itu lo yang warna abu - abu monyet?" Si sulung lagi - lagi keluar dari kamarnya dengan menenteng satu kaos polo garis - garis putih abu - abu.

"Beneran edan iki Masku." Atta geleng - geleng kepala.

"Yo aku mesti ganteng to Ta. Ini tu hari penting aku. Penampilan iku bisa jadi serangan pertama lo. Kalau ndak ganteng yo iso ambyar. Iso edan beneran." Adrian balik lagi ke kamarnya dan keluar dengan si baju hijau botol yang tadi ia sebut.

"Ini tu kurang edan opo? Awakmu iku dari tadi bolak balik ae koyo abege baru pertama sir - siran. Lagian pertama kali ketemu Wulan aja Mas cuma pake kaos dalem lusuh sama sarung solat. Si Wulan masih mau to? Mual aku liat Mas misuh - misuh dari tadi. Untung aku belum muntah." Atta tersenyum miring.

"Koen tolong setrika yo. Yang iki ae. Cepet yo, keburu sore iki. Aku mandi dulu." Adrian yang sudah masa bodoh itu segera bergegas lagi kekamarnya sambil bersenandung kelewat gembira.

"Semoga nggak plot twist ya Allah." Lirih Atta yang kemudian menjalankan amanat Adrian untuk menyetrika setelan kencan plus lamarannya hari itu. Ya, Adrian mendadak senewen sejak pagi karena sabtu ini ia berencana melamar Wulan untuk menjadi teman hidupnya. Dan Atta sangat bahagia begitu Adrian bercerita rencana lamaran yang akan dibungkus surprise itu. Ia tahu, walaupun Adrian datang dengan kaos dan celana basket bau keringat atau mungkin sarung solat lagi, toh hatinya Wulan sudah memilih. Kali ini giliran Atta yang jadi senyum - senyum sendiri bersama setrikaannya.

.
.
.
.
.
.
.
.

"Alhamdulillah, kereta kencan akhirnya datang juga!" Seru Adrian kemudian berjalan cepat dan membuka pintu begitu mendengar suara mobil berhenti di depan rumah.

"Koen kok lama Wa? Aku udah siap dari 15 menit yang lalu." Protes Adrian begitu si pengemudi kereta kencan yang dimaksud mendekat.

"Kan janjinya jam 3, lah ini baru jam 3 kurang 5 Yan. Koen iku yang kecepetan." Dewa protes balik.

"Nanti keburu ujan Wa. Buruan jalan." Adrian mengambil tas selempang kecil yang ia sering bawa kemana-mana.

[✔️] Infinity [YNWA AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang