BAGIAN PEMBUKA

31 3 0
                                    

   Ini semua maunya kamu bukan?

                               *****

Yaudah ceritakan aku pada orang lain terserah, apapun itu. Aku ingin tetap hidup dalam untaian hidupku, aku ingin tetap bernafas meski di hadapanmu, ragaku hampir tak berbekas. Lantas biarkan tulisan ini menjadi bukti bahwa kakiku pernah menapak di bumi bersamamu. Hidup menata aksara, redup tanpa mengukir nama dalam prasasti semesta sebab kamu tak pernah mengerti dalam hati. Tak bisa dipungkiri, disini aku akan tetap mengecap sendu seraya menikmati segala hal indah yang telah merupa sebagai memori masa lalu.

Tentang kamu?

   Biarkan aku mengabadikan segala kisah yang dahulu pernah tertera. Biarkan aku mengindahkan kamu dalam tatanan diksi yang aku atur sedemikian rupa. Biarkan aku untuk selalu mengagumimu. Meski hanya dalam sebuah dekapan aksara yang nanti akan aku ramu.

Dan itu baik bukan?

Aku masih sibuk mencoba
menerima fakta bahwa betapa konyolnya mereka para pengagum rahasia. Cemburu mereka sesap pahitnya luka mereka santap. Dengan kedok senyuman kiasan mereka rela menjadi orang yang merasakan perihnya mencintai sendirian. Dan sayangnya aku bagian dari mereka. Kamu bisa saja memiliki waktu-waktu berharga bersama banyak orang.

Tertawa, menciptakan bahagia bak semesta sedang berada di pihak mu. Tetapi ini berbeda dan lebih terasa menyenangkan saat kamu mengetahui, bahwa kamu telah berhasil melewati waktu-waktu buruk dengan satu orang yang kehadirannya berpengaruh dalam hidupmu. Aku harap suatu hari nanti orang terbarumu akan selalu membuat cerita indah di sela-sela kebahagian mu.

Senyuman mu akan merekah lagi, bak dirimu telah berhasil melewati semua nestapa yang menghujam diri. Lidahmu akan menjadi peka kembali, hatimu tak lagi terbebani oleh lebam bungkam yang giat datang menyakiti. Aku harap suatu hari nanti, kamu menjadi kamu yang menghiasi hari dengan wajah ceriamu. Kamu menjadi kamu yang bersenandung kala mendengar lagu dalam playlist-mu.
 

         Kamu menjadi kamu yang

terbuka lantas bahagia dengan adanya kehadiran orang baru. Aku harap suatu hari nanti, kamu kembali pulih dan kembali bernafas serta melangkah menjadi orang yang lebih baru lagi.

Banyak "Aku harap" yang sebenarnya ingin aku harapkan. Banyak "Semoga" yang sebenarnya ingin aku semogakan. Untuk kamu. Namun biar saja semua itu tersimpan dalam bungkam. Menjelma untaian doa yang tersirat dari hati, merupa lantunan bisik yang menghiasi sepertiga malam ku.

Aku suka melihatmu saat kamu menjadi kamu yang sebenarnya. Seperti saat kamu menceritakan apa yang kamu senangi, apa yang menjadi mimpimu, apa yang kamu cintai, apa yang terjadi pada harimu.

    Matamu menjadi berbinar. Cerewet mu menjelma pengisi lengang yang aku tak inginkan cepat usai. Pernah ada hari dimana aku tertelan pikiranku sendiri. Terbungkam lebam memikirkan tentang bagaimana caranya agar kamu tetap beriringan denganku. Menjamah waktu hingga akhirnya kita di bersamakan oleh semesta. Namun aku bangun dari gelap gulitanya realita.

Aku sadar bahwa jika kamu benar-benar ingin tetap tinggal. Kamu akan ada disini. Hari ini. Detik ini bersamaku.

Tetaplah ingat. Bahwa mereka selalu dalam proses memulihkan diri, memulihkan hati. Kita tidak pernah tahu separah apa lukanya, kita tidak pernah tahu sepedih apa masa lalunya pun kita tidak pernah tahu tentang apa yang akan mereka hadapi saat mereka pulang kerumah, saat mereka harus pergi kembali dari rumah. Rumah bukan hanya sekadar tembok, atap, serta ruangan.

Why Have To PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang