[02]. Belum Siap Berpisah

12 3 0
                                    

" SEBENARNYA "

*****

Perpisahan sebaik apa pun caranya akan tetap melemahkan. Tidak ada satu orang pun yang benar-benar siap menghadapinya. Sekalipun sudah berusaha mempersiapkan diri, ketika benar-benar terjadi, tetap saja tidak bisa mengelak dari rasa kehilangan.

Memutuskan hubungan dua orang yang pernah saling mencintai, bagaimanapun masalahnya tetap akan melukai.

Meskipun kita sudah sepakat bahwa berpisah adalah yang terbaik untuk mengakhiri perbedaan dan pertengkaran yang kamu anggap masalah dari pengakhiran cerita ini.

Akan selalu ada kenangan yang ketika sudah berpisah membekas sebagai penyesalan atas ketidakmampuan memperbaiki.

Akan selalu ada kesedihan setabah apapun saling memunggungi.

Ada hari-hari di mana aku merasa sangat hampa, merasa sia-sia begitu saja, dan aku tidak bisa menjelaskan apa yang sebetulnya sedang terjadi.

Aku pun bertanya-tanya pada diriku sendiri "Aku ini kenapa, apa yang harus aku lakukan?" Rasanya semua begitu melelahkan, membuatku stres, hingga aku sulit sekali untuk mengendalikan emosiku. Pekerjaanku tugas-tugasku jika itu ada semuanya menjadi berantakan. Bahkan hubungan dengan kehidupan sosial menjadi kurang harmonis. Meski mungkin jauh di lubuk hati terdalam aku sebenarnya menyesal karena tidak bisa memperbaiki masa laluku. Aku sudah sangat bosan dengan rasa bersalah. Dan barangkali mungkin memang sudah tidak banyak yang bisa aku lakukan sekarang. Aku hanya bisa bertahan dengan semua perasaan yang membuatku tidak nyaman. Tetapi ini semua aku sadari bahwa setiap orang pernah bersalah. Setiap orang pernah terluka dan menanggung kesedihan. Sungguh itu tidak apa-apa aku menanggung semuanya hanya saja dirimu tetaplah berharga, bagaimanapun keadaan yang menimpaku.

Sudah berapa banyak cara aku melewatkan sesuatu hanya karena aku merasa belum siap mengambil tanggung jawabnya. Bukan karena kesempatannya tidak ada tapi karena aku merasa kalau aku tidak punya cukup kemampuan untuk menjalaninya. Hingga seringkali aku harus kehilangan dengan menyesal karena aku sudah melewatkannya dengan sia-sia. Dari kesalahan aku memahami bahwa kesempatan saja tidak cukup, bahwa memantaskan diri itu memang penting adanya. Tanpa kesiapan aku hanya akan terus menjadi peragu yang tidak pernah berani mengambil keputusan. Tidak penting seberapa besar aku menginginkannya. Jika aku tidak memiliki kesiapan untuk memenangkannya, aku hanya akan bertahan pada rasa takut untuk bersikap. Aku sebenarnya tak perlu menyesali semua ini karena kamu melewatkan cahaya yang memikat mata seluruh penjuru bumi. Sebab semua orang bisa dengan mudah memilikinya. Aku hanya ingin menyesal karena melewatkan satu cahaya yang hanya bersinar pada orang yang mungkin sedang menuju kepadaku. Nanti. Cahaya yang selalu meredup tatkala banyak orang mencoba meraihnya sebab aku akan menemuinya yang lebih berharga nantinya. Mungkin.

*****
SEKIAN

AKHIR CERITA

Atas Nama Penulis

MUHAMMAD ASROFI

Why Have To PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang