"Nawang?! "
Marsya mengerjapkan matanya, dan keterkejutan nya teralihkan oleh teguran Pak Iwan.
"Ada apa Marsya? " Tanya Pak Iwan
"Eh engga pak, maaf. " Jawab Marsya kikuk.
Pak Iwan menggelengkan kepalanya. "Yasudah, mari anak-anak kita langsung mulai saja pelajarannya."
Selama pelajaran berlangsung Marsya tidak begitu fokus, ia masih saja memikirkan murid baru itu.
"Nawang? Seriusan itu Nawang? OMG! Kok bisa sih, sempit banget dunia ini. " Gumam Marsya.
Zahwa yang sedari tadi fokus menulis pun, sedikit terganggu dengan gumaman Marsya.
"Lu kenapa sih Sya? Ga waras lu ngomong sendiri? " Tanya Zahwa pelan,
Karna memang masih jam pelajaran. Marsya tak merespon apapun dengan bisikan Zahwa, fikiran dia masih pada anak baru itu. Seketika lamunannya buyar saat Bel pulang sekolah berbunyi.
Tringgg!
"Yasudah anak-anak, cukup sampai disini dulu pelajaran kita hari ini. Jangan lupa tugasnya dikumpulkan minggu depan!. " Ucap Pak Iwan seraya membereskan buku.
"Baik Pak. " Ucap serempak semua murid.
"Baik bapak permisi, Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. " Ucap Pak Iwan.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. " Jawab serentak semua murid.
Pak Iwan pun meninggalkan kelas, dan dilanjutkan dengan murid yang grasak grusuk yang sudah tak sabar untuk pulang.
"Heh Sya, lu dengerin gua gak sih daritadi?" Ucap Zahwa.
"Hah! Apa? Lu ngomong apa Zah? "
"Marsya Allah.. "
"MasyaAllah Zah!" Tegur Marsya memperbaiki ucapan Zahwa.
"Astaghfirullah parah lu, main ganti-ganti bae, dosa lu!. " Lanjutnya.
"Ya lu! gua ngomong dari si Bapak Iwan yang terhormat masih ada di sini sampai udah minggat. Lu kagak tau gua ngomong? Lu mikirin apa sih hah??! Hutang? Nih ya, gua kasih tau sama lu. Hutang mah jangan difikirin, tapi di bayar bego! Kalo di fikiri-."
Marsya lebih baik pergi meninggalkan Zahwa yang sedang bersabda, panjang urusannya kalo terus mendengarkan omongan zahwa yang tidak penting itu.
".. Eh Sya! Parah lu mah ninggalin gua. " Zahwa cepat-cepat membereskan bukunya dan bangkit sambil menenteng tasnya dan mengejar Marsya yang sudah berada diambang pintu kelas.
Marsya melihat keseluruhan kelas, termasuk bangku dan jajaran murid yang masih ada dikelas. Marsya melihat si murid baru itu dengan tatapan bingung, dan yang ditatap pun melihat Marsya lalu tersenyum. Marsya menaikan sebelah alisnya.
"Nape tuh bocah senyum ke gua? " Batin Marsya.
"Kuy Sya! " Teriak Zahwa.
"Kebiasaan lu mah teriak-teriak mulu! " Tegur Marsya seraya mengusap kupingnya.
Dan Zahwa menyengir tanpa dosa. Marsya berjalan begitu saja melewati Zahwa, dan Zahwa pun buru-buru melangkah menyamai langkah Marsya.
"Eh Sya, lu kenapa sih? Kok kayak kaget gitu pas liat tuh anak baru. " Tanya Zahwa.
"Engga, emang kenapa? "
"Alah, bohong lu. Keliatan tau! dari raut wajah lu yang shok gitu liat si Bawang. "
"Nawang buset, Nawang! . "
KAMU SEDANG MEMBACA
Marsya
Teen FictionBagaimana seorang gadis berhijab yang tomboy, tidak takut terhadap apapun. Tapi dia takluk dengan seorang Barga, teman sekolahnya semasa TK. Apakah mereka jodoh, atau hanya rasa yang singgah sesaat? *** Cerita amatir, dari jari-jari yang watir. Se...