Weekend kali ini yang biasanya Marsya hanya membusuk dikamar dengan para sibotak, berbeda dengan sekarang, Marsya akan pergi ke sesuatu tampat. Sudah siap dengan jaket jeans dan rok plisket, tidak lupa dengan hijab yang senada dan juga slingbag. Ia akan pergi kesuatu tempat, untuk bertemu dengan seseorang.
Dan disinilah Marsya berada ditempat yang ia tuju. Yaitu sebuah taman yang cukup luas, dan juga ada taman bermain yang di khususkan untuk anak-anak.
Marsya terduduk di bangku yang di sediakan oleh taman tersebut, di ingat-ingat. Ini adalah taman dimana dulu tempat ia bermain, sebelum dirinya dan keluarga memutuskan pindah rumah. Ya! Tempat ini berada tepat tidak jauh dengan rumahnya dulu. Marsya melihat sekeliling taman tersebut, tak banyak yang berubah. Semuanya masih sama, hanya saja ada beberapa yang diperbaiki dan lebih cantik.
Alasan Marsya datang kesini, karena ada janji dengan seseorang. Ingat, seseorang yang kemarin memberi barang misterius?dan orang yang mengirim pesan?Orang itu mengajak Marsya untuk bertemu, dan Marsya meng-iyakan karena dirinya sangat penasaran siapa orang tersebut. Sebenarnya Marsya sudah menebak siapa seseorang itu, tapi ia hanya ingin memastikan dugaannya itu benar atau salah.
Di lain tempat ada Barga yang sedang termenung di salah satu warung tempat tongkrongan Barga dan kawannya, dirinya baru selesai latihan Band. Dikarenakan acara seminar tak lama lagi akan segera di selenggarakan. Jadi Barga dan tim nya harus sering latihan, agar penampilan nya maksimal saat acara nanti.
Dengan es jeruk dan bakwan berada dihadapan nya, Barga hanya meratapi makanan tersebut. Makanan itu adalah makanan favorit Marsya, menu ini sudah jadi langganan Marsya ketika dikantin. Kini Barga merasa merindukan sosok Marsya, karena semenjak kejadian dimana dirinya membawa Marsya ke sesuatu tempat yang katanya ingin mengajak Zahwa untuk mengungkapkan perasaan Barga. Semenjak itu, Marsya seperti menjaga jarak padanya, apalagi saat dimana dirinya terpergok mengantarkan Nawang pulang.
Mengapa, mengapa Barga merasa kehilangan?
"Kenapa lu selalu ada dalam fikiran gua sih Sya? Masa iya gua suka sama lu? Aisshhh!! Bisa gila gua lama-lama kalo kayak gini. " Gumam Barga.
"Woyy Ga!! " Ucap Obin.
Barga hanya merespon dengan gumaman.
"Sunmori kuyy, itung-itung refresing. " Ucap Obin.
Barga tak bertanya akan Sunmori kemana, dirinya hanya mengagguk tanda setuju.
Kembali pada Marsya yang masih setia duduk di taman menunggu seseorang. Tak lama meuncul seseorang dibelakang Marsya, ia menatap Marsya dengan lekat dan tersenyum sebelum menghampiri Marsya.
"Hai.. "
Marsya yang sibuk menunduk memainkan handphone sedari tadi sambil menunggu kedatangan seseorang, Tiba-tiba terkejut dengan sepasang kaki yang memakai sneakers putih dihadapannya saat ini. Perlahan ia mengangkat kepalanya, menatap sang empu yang kini ada dihadapannya.
"A.. Azam? "
Marsya sangat terkejut dengan sosok yang kini berada duduk disampingnya. Dugaan nya ternyata benar, Pantas saja ia tidak asing dengan barang misterius itu, Azam yang mengirim nya. Awalnya Marsya sedikit ragu dengan dugaan nya, karena lelaki yang Marsya panggil Azam ini sudah sangat lama berpisah. Kalau di ingat-ingat, terakhir mereka bertemu saat dirinya masuk ke bangku sekolah dasar. Dan tidak tau lagi kabar masing-masing.
AZAM ALFAQIH, biasa di sapa Azam. Umurnya lebih tua dari Marsya, hampir seumuran dengan Ayya. Tapi Marsya tidak pernah memanggilnya dengan embel-embel Kakak, karena menurut Marsya sangat aneh, dan Azam pun merasa tidak keberatan, lagipun merasa seperti asing jika Marsya memanggil dirinya dengan sebutan kakak. Dia teman masa kecil Marsya, tapi tidak dengan Arvan and the geng. Marsya dan sekeluarga sempat pindah-pindah rumah dulu, kerena tuntutan kerjaan Harik. Dan Azam ini adalah Cees Marsya saat dia mereka masih balita, tapi sayang mereka harus berpisah karena kepindahan Marsya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marsya
Teen FictionBagaimana seorang gadis berhijab yang tomboy, tidak takut terhadap apapun. Tapi dia takluk dengan seorang Barga, teman sekolahnya semasa TK. Apakah mereka jodoh, atau hanya rasa yang singgah sesaat? *** Cerita amatir, dari jari-jari yang watir. Se...