O8.

1.6K 211 16
                                    

Seember air keruh berwarna kecoklatan berhasil membasahi sekujur tubuh Jiyeon siang itu. Menjadikannya basah kuyup dengan bau menyengat yang menyebalkan. Jiyeon menatap segerombol gadis centil yang terkikik kikik di hadapannya. Bibirnya dipaksakan tersenyum walaupun batin tak sejalan.

"Ups, maaf," katanya tanpa penyesalan sama sekali. Malah berlalu pergi bersama kawanannya, meninggalkan Jiyeon dengan tawa puas yang tak enak didengar. Menyisakan Jiyeon sendirian di kamar mandi berhawa dingin, seperti mengejek ketidakberdayaan Jiyeon atas perilaku para gadis kurang ajar.

Jiyeon menatap dirinya pasrah. Siang itu sebelum pulang sekolah ia berencana sedikit berdandan di toilet sekolah karena Taehyung akan mengajaknya makan siang di luar. Sayang ia malah mendapat kejutan dari kawanan siswi tidak tahu diri yang menyiramkan seember air bekas mengepel tepat di atas pintu bilik yang ia gunakan.

Sekarang Jiyeon jadi bau dan basah. Awalnya ia tak mau menangis, tetapi batinnya tetap saja dihantam sesak tak tertahankan. Isakan kecil kemudian keluar begitu saja dari sela bibir mungilnya. Jiyeon menutup wajah dengan kedua tangan, menangis sesenggukan dengan tubuh berjongkok di lantai kamar mandi.

Sampai sekarang Jiyeon tidak pernah tahu apa masalah mereka dengannya. Jika memang karena cap gadis nakal yang melekat padanya, Jiyeon sama sekali tidak habis pikir. Jiyeon tidak pernah meminta sepeserpun uang pada mereka lalu kenapa mereka merepotkan diri demi menjadikannya bahan bully-an? Mereka bahkan tidak pernah tahu bagaimana jalan hidup yang sudah Jiyeon lalui tetapi merasa berhak untuk menghakimi.

Isakan Jiyeon terdengar semakin memilukan hingga suara pintu dibuka menghentikannya sejenak. Tanpa perlu memastikan siapa yang baru saja membuka pintu, Jiyeon beringsut memeluk pinggang sosok yang ternyata Taehyung. Kemudian kembali menangis keras di dada pria tampan berwajah datar tersebut.

"Sssh, jangan menangis. Kau membuatku semakin sakit hati saja." Tangan beaar Taehyung mengelus surai panjang Jiyeon yang basah penuh kasih sayang. "Lihat, aku membawakanmu dress kuning yang sangat cantik," katanya sembari memperlihatkan tangan yang menenteng sebuah paper bag cokelat dengan label brand ternama.

Namun, perasaan Jiyeon terlanjur terguncang hebat. Gadis itu hanya menangis keras tanpa mau menarik wajahnya dari dada bidang Taehyung. Membiarkan jas mahal Taehyung ikut basah sepertinya. Kedua tangan Jiyeon yang memeluk pinggang Taehyung erat seolah mengatakan jika kali ini ia tidak baik-baik saja.

"Aku langsung kesini begitu mendengar panggilanmu. Dan pemandangan kau menangis karena orang lain begitu menyakiti perasaanku." Pria berparas dewa itu menghela napas kasar. Giginya gemeletuk pertanda sudah sangat geram dengan kelakuan tak menyenangkan yang kerap didapat Jiyeon di sekolah.

"Jiyeon, katakan jika kau mau aku membalaskan semua perbuatan mereka."

Sontak Jiyeon mendongak menatap Taehyung yang sudah diliputi amarah. Kedua iris pria tampan itu tampak berkobar mengerikan "T-tidak! Jangan! B-biarkan saja."

"Kalau begitu berhenti saja dari sekolah,"

"T-tidak mau."

"Lalu membiarkanmu seperti ini terus menerus?" tanyanya dengan nada rendah yang terdengar berbahaya. Sontak Jiyeon menyudahi tangisnya meskipun terkadang masih sesenggukan. Gadis itu kembali menggeleng cepat dengan tatapan memohon.

"Lupakan saja, toh setelah ini aku tidak akan bertemu dengan mereka lagi."

Taehyung yang mendengarnya menggeram rendah. Sudah sangat hafal dengan tabiat Jiyeon yang terbiasa tak berdaya. Tanpa banyak bicara, pria itu mengangkat Jiyeon dalam gendongan. Membawanya pergi dari tempat terkutuk yang selalu Jiyeon sebut dengan sekolah.

[ ✓ ] The Time Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang