Suara gemercik air hujan terdengar ketika gadis cantik itu membuka pintu balkon kamarnya. Terdengar juga suara gemuruh petir disertai dengan angin yang berhembus cukup kencang. Shania berjalan keluar agar ia bisa merasakan sejuknya angin malam saat hujan seperti ini.
Angin yang berhembus kencang tentu saja membuat rambutnya sedikit berantakan, padahal ia sudah menatanya dengan susah payah. Tapi tidak apa-apa, ia bisa menatanya kembali. Shania sangat suka dengan suasana hujan. Karena hujan selalu mengingatkannya pada sebuah kenangan hangat saat bersama dengan mendiang ibunya dulu.
Akan tetapi, meskipun pada malam hari ini hujan turun begitu deras nyatanya tidak membuat acara makan malam antara dua keluarga tersebut tertunda. Seperti saat ini Shania sudah mengenakan dress selututnya yang berwarna biru muda. Dia terlihat sangat cantik dengan baju itu. Ukurannya pass di tubuhnya.
Malam ini keluarga Bara akan datang ke rumahnya untuk makan malam bersama. Shania merasa sangat senang sekali dan tidak sabaran. Ini dia yang ditunggu-tunggu, baru ia akan membayangkan tentang Bara tiba-tiba Papinya sudah mengetuk pintu kamarnya terlebih dahulu.
Tokk Tokk Tokk
“Shania, ayo keluar. Keluarga Bara udah dateng.” seru Johan.
“Eh, iya Pi!” jawabnya semangat. Shania pun segera keluar kamar.
Shania dan Papinya berjalan menuruni tangga menuju ruang makan yang sudah tersedia banyak makanan di sana. Para pelayan telah mempersiapkannya dengan baik. Namun, di meja makan Shania hanya melihat Bara beserta Papanya saja yang hadir.
“Halo Om,” sapa Shania ramah. Ia mencium tangan Rizal.
“Eh, Shania.. Apa kabar kamu?”
“Baik kok,Om.” jawabnya.
“Hai Bara..” sapa Shania kemudian.
“Hai.” balas Bara.
“Shania, Om minta maaf ya. Mamanya Bara tidak bisa ikut karena ada keperluan mendesak,” kata Rizal. Ayahnya Bara.
“Eh, iya nggak papa kok Om. Bukan masalah besar. Yang penting Bara-nya dateng” Shania menunjukkan cengirannya.
Semua orang dibuat tertawa karena ucapan Shania. kecuali Bara. Kemudian setelah mereka sudah saling menyapa satu sama lain, mereka pun memulai acara makan malamnya.
“Kudengar kamu sibuk menyiapkan perusahaanmu agar masuk daftar.” ucap Papinya Shania memecah suasana.
“Sibuk apanya, yang kami lakukan hanyalah bagian kecil saja. Tidak sebanding dengan bisnismu” jawab Rizal memuji.
Johan tersenyum seraya memotong barbeque-nya, “Semua orang tahu betapa berbakatnya dirimu sebagai pengusaha. Kepribadianmu juga hebat. Sepertinya aku harus belajar lebih banyak darimu.”
Rizal dan Johan terus membicarakan mengenai persoalan bisnis. Sedangkan Bara yang mendengarkannya merasa muak. Lalu ia melirik kearah Shania dimana gadis itu sibuk memakan makanannya dengan lahap. Sungguh Bara benci dengan semua ini.
“Jika kamu membantu kami sedikit lagi, keadaan mungkin akan lebih baik” Rizal menuangkan minuman pada gelas milik Johan.
Johan tersenyum lagi. Ia mengambil gelas itu dan meminumnya. “Adakah yang bisa kulakukan untuk membantumu?”
“Ada banyak hal,” sahutnya. Mereka pun tertawa bersama.
Lalu Johan beralih pada Bara, “Astaga, sejak kapan kamu tumbuh sebesar ini. Rasanya baru kemarin kamu sekecil ini. Kamu juga tampan, kamu mungkin bisa segera menikah” terus terangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia & Luka (END)
Teen FictionHARAP FOLLOW DULU SEBELUM BACA! [Siapin tissue sebelum baca!] "Denger Shania, gue nggak pernah mengharapkan pertunangan ini. Ngerti?!" ucap Bara dengan penuh penekanan. Shania adalah sosok gadis cantik dengan hati lembut yang penuh kesabaran. Tetapi...