LIMA BELAS

5.1K 259 9
                                    

Happy Reading
________________________

Shania sudah keluar dari rumah sakit dua hari yang lalu. Kini gadis itu sedang bersiap untuk berangkat ke sekolah. Ia memoles bibirnya dengan sedikit lipstik. Dan sekarang Shania sudah nampak rapi dan cantik, namun ia masih belum beranjak dari cermin besar didepannya itu. Memang ya, dasar cewek kalo udah natap cermin jadi lupa deh sama waktu.

"Shania." terdengar suara Papinya memanggil.

"Iya Pi, bentar!"

Shania bergegas keluar kamar dan menuruni tangga. Ia melihat Papinya juga sudah siap mengenakan pakaian kantornya.

"Ayo Pi. Nanti telat."

"Ayo kemana?" tanya Johan.

Shania mengerutkan keningnya bingung, "Lahh kan Papi mau nganter aku ke sekolah?"

"Siapa bilang? Tuh.. kamu udah ditungguin Bara di depan."

"Apa?? Bara jemput Shania? Aku nggak salah denger kan, Pi?" gadis itu setengah terkejut saat mendengar penuturan Papinya.

"Iya. Kok reaksi kamu kayak gitu? Memangnya ada yang salah? Bara kan tunangan kamu."

Shania tercengang. "Ehh.. enggak kok.. itu,"

'Duhh, Papi kan nggak tahu kalo gue udah mutusin Bara waktu di puncak kemaren.' batinnya sambil menggigit bibir bawahnya.

"Yaudah sana berangkat. Nanti telat loh," tegur Johan.

"Eh iya deh, Pi," Shania tersentak, " Kalo gitu aku berangkat dulu ya," ucapnya lalu mencium tangan Johan.

"Dahh Papi..." serunya melambaikan tangan.

"Iya, hati-hati di jalan!"

Shania pun melangkah keluar dari rumahnya, dan benar! Ia melihat mobil Bara yang sudah terparkir manis di sana. Shania sempat mendengus sebentar, dengan terpaksa ia segera masuk ke mobil Bara.

"Lama banget," ucap Bara yang sejak tadi sudah menunggu lama di dalam mobil.

"Suka-suka gue. Lagian ngapain lo masih jemput gue segala, kita kan udah nggak ada hubungan apa-apa." balasnya seraya memakai sabuk pengaman.

'Tapi sebenernya gue agak seneng sih Bara jemput gue. Eh, gue kan mau move on dari dia.. aduh Shania, kontrol dong perasaan lo.' batin Shania campur aduk.

"Itu menurut lo. Cuma gue yang berhak mutusin hubungan." setelah mengucapkan itu Bara pun mulai melajukan mobilnya.

'Hahh, apa-apaan nih maksudnya?' Shania semakin dibuat tidak mengerti.

Selama perjalanan ke sekolah mereka tidak mengobrol sama sekali. Itu sudah menjadi semacam tradisi bagi mereka. Shania yang merasa jengah pun lebih memilih memainkan ponselnya.


Sesampainya di parkiran sekolah, Bara dan Shania keluar dari mobil bersamaan. Mereka berjalan berdampingan menyusuri koridor sekolah. Bagi murid lain yang melihatnya, mereka tampak seperti Putri dan Pangeran. Banyak siswi yang berteriak histeris karena iri melihat keserasian mereka.

"Eh Ren, lihat deh itu Bara sama si cabe" bisik salah satu perempuan di samping Renata.

Renata yang melihat mereka dari kejauhan pun hanya bisa menggeram. "Si cabe caper banget sih! Pake sok kelihatan romantis segala lagi!"

"Gimana jantung lo?" tanya Bara membuka suara. Ia melirik pada gadis yang sedang berjalan disebelahnya.

"Hah? Apa??" sahut Shania mencoba membenarkan pendengarannya, barusan cowok itu menanyakan keadaannya bukan?

Bahagia & Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang