Happy Reading
___________________________***
Shania membuka matanya dan meringis memegangi kepalanya yang terasa sedikit pusing. Gadis itu berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk di retina matanya. Bau khas rumah sakit langsung menusuk hidungnya. Ia melihat tangannya yang terpasangi selang infuse. Begitu juga dengan tubuhnya yang memakai pakaian rumah sakit.
“Gue… gue dimana?? Kenapa tiba-tiba ada disini??” Shania mencoba bangun dari posisinya.
Johan yang tadinya sedang membaca Koran kini beralih ketika melihat anaknya sudah sadar. Ia menaruh asal Koran itu dan segera menghampiari Shania. Terlihat raut bahagia di wajah Johan.
“Sayang, kamu udah bangun?? Alhamdulillah,” pria paruh baya itu langsung memeluk Shania.
Shania terlihat bingung. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Kenapa dia bisa berada di rumah sakit?
“Pi, aku kenapa? Kok kita ada di rumah sakit?”
“Waktu itu kamu tiba-tiba pingsan, Sayang. Kondisi kamu drop banget. Udah tiga hari kamu nggak sadarkan diri. Papi khawatir banget sama kamu. Sekarang gimana perasaan kamu?”
“Apa?? Ti-tiga hari?? Tunggu.. sekarang hari apa Pi?”
“Rabu. Memangnya kenapa?” tanya Johan penasaran.
“Eng.. enggak kok Pi.”
“Kamu jangan mikir yang lain dulu ya. Sekarang biar Papi panggil Dokter Rivan buat ngecek keadaan kamu. Oh ya, kemarin temen-temen kamu dateng kesini. Termasuk adiknya Dokter Rivan, dia nitipin ini buat kamu,” ucapnya mengambil sebuah paperbag di laci nakas lalu memberinya pada Shania.
“Ini.. yaudah Papi mau panggil dokter dulu.” Shania mengangguk.
Gadis itu segera membuka isi paperbag itu karena penasaran. Ternyata didalamnya terdapat sebuah kotak dan juga sebuah amplop berwarna merah. Pertama-tama Shania membuka kotak itu yang isinya adalah coklat. Kelihatannya lezat sekali. Kemudian dia beralih pada amplop merah dan membukanya. Terdapat sebuah kertas dengan sedikit tulisan tangan.
Cepet sembuh, Shania.
Nih, gue bawain coklat buat lo.
Arkan 082321195035Shania mengulas senyumnya membaca memo dari Arkan. Gadis itu pun segera mencari ponselnya dan memasukkan nomor Arkan ke dalam kontak. Lalu dia cepat-cepat menghubunginya.
“Halo Shania. Cielahh pasti habis baca surat dari gue ya” terdengar Arkan yang tertawa dari seberang sana.
“Tau aja lo. Btw makasih coklatnya”
“Okay. Jadi lo udah sadar sekarang? Cepet sembuh dong biar bisa sekolah lagi. Tadi gue lihat temen-temen lo pada galau tuh di kantin. Emang lo gak kasihan?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia & Luka (END)
أدب المراهقينHARAP FOLLOW DULU SEBELUM BACA! [Siapin tissue sebelum baca!] "Denger Shania, gue nggak pernah mengharapkan pertunangan ini. Ngerti?!" ucap Bara dengan penuh penekanan. Shania adalah sosok gadis cantik dengan hati lembut yang penuh kesabaran. Tetapi...