DUA PULUH SATU

5.1K 240 4
                                    

Happy Reading
________________________

Bell istirahat sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Tadinya, Shania hendak pergi ke kantin. Namun, ia menghentikan langkahnya di depan ruang kesenian. Lalu ia mengintip dari jendela melihat ada Arkan dan teman-temannya yang sedang bermain alat musik. Termasuk Bara juga.

Shania fokus pada Arkan yang tengah bermain gitar. Entah kenapa cowok itu tampak mempesona sekarang. Apalagi saat ia tertawa bersama teman-temannya. Astaga, apa yang sedang ia pikirkan?

"Hmm.. kayaknya gue tahu nih apa yang lo pikirin!" seru Abel yang tiba-tiba ikut mengintip seperti Shania.

"Astaga!" Shania terkejut dengan kemunculan Abel.

"Eh, jangan disituu, nanti ketahuan!" ia langsung menarik tangan Abel. Abel menatap Shania seraya tersenyum lebar. Entah apa makna dari senyum itu.

"Ke-kenapa lo liatin gue kayak gitu?" ujarnya sedikit gugup.

"Shania, ayo jujur sama gue." Abel menatapnya tajam.

"Hah? Tentang apa?"

Abel mendecak. "Yaudah deh kalo lo nggak mau cerita sama gue. Gue pergi aja!" ia pura-pura merajuk.

"Tunggu, Bel...." serunya menahan tangan Abel. Abel pun mengulas senyumannya.

"Nah gitu dong. Sekarang coba lo cerita kenapa lo sampe ngintip-ngintip kayak tadi?"

"Umm, jadi gini. Eh.. gue mau tanya dulu deh sama lo."

"Apaan tuh?"

"Apa artinya, kalo lo terus mikirin seseorang di alam bawah sadar lo?"

Mendengar itu, Abel tampak mengetuk-ngetuk dagunya dengan tangan. "Itu artinya lo suka sama mereka?"

"Hah?? Gue suka sama dia?"

"Mau gue kasih tahu gak caranya buat ngebedain lo suka sama seseorang atau nggak?" tutur Abel membuat Shania penasaran.

"Gimana caranya?"

"Coba sekarang lo penjamin mata lo. Terus bayangin lo cium dia!"

"Apaan sih lo! Gue serius nih.." tukas Shania tidak percaya. Dia merasa sedang dijahili oleh Abel.

"Udahlah, lo percaya aja sama gue. Cepet lakuin. Bayangin lo cium dia!" paksa Abel.

Akhirnya Shania pun mengikuti perintah Abel. Ia memejamkan mata dan mulai membayangkan kalau ia sedang mencium Arkan. Bibirnya terlihat manyun-manyun ke depan membuat Abel ingin tertawa kencang sekarang juga.

Selagi Shania masih memejamkan mata, Abel berkata "Kalo lo bisa bayangin lo ciuman sama dia, itu tandanya lo suka sama dia. Kalo nggak bisa, berarti lo nggak suka sama dia."

"Oke. Gue ngerti," jawab Shania. Beberapa detik kemudian dia membuka matanya.

"Jadi, gimana? Apa alam bawah sadar lo nyuruh lo buat cium Bara?" tebak Abel.

"Astaga, nggak!"

"Ciee.. penolakan yang kuat berarti penegasan yang kuat. Gue jadi curiga kalo sebenernya lo itu gak bisa move on dari Bara. Emang lo gak sakit hati apa sama dia??"

"Bukan, Bel. Bukan dia.." tandas Shania.

"Hah? Maksud lo?" Abel mengerutkan keningnya.

"Cowok yang gue sukai sekarang bukan Bara."

Pernyataan Shania barusan berhasil membuat Abel membulatkan matanya. "Lalu??"

"A....." tanpa sadar Shania hampir menyebutkan nama Arkan. Ia pun menghentikan ucapannya. Aduh, hampir saja keceplosan!

Bahagia & Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang