'2

911 82 27
                                    

𝙽𝚘𝚝𝚎 :
𝚂𝚎𝚙𝚎𝚛𝚝𝚒 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚞𝚍𝚑 𝚊𝚞𝚝𝚑𝚘𝚛 𝚋𝚒𝚕𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒 "𝚊𝚞𝚝𝚑𝚘𝚛 𝚜𝚙𝚎𝚎𝚌𝚑" 𝙰𝚛𝚎𝚜 punya 𝚗𝚊𝚖𝚊 𝚙𝚊𝚗𝚐𝚐𝚒𝚕 𝚕𝚊𝚒𝚗 𝚢𝚊𝚒𝚝𝚞 𝙶𝚊𝚕𝚎𝚗. 𝙹𝚊𝚍𝚒, 𝚓𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚋𝚒𝚗𝚐𝚞𝚗𝚐 𝚢𝚊 𝚔𝚊𝚕𝚊𝚞 𝚖𝚒𝚜𝚊𝚕𝚗𝚢𝚊 𝚊𝚍𝚊 𝚔𝚊𝚛𝚊𝚔𝚝𝚎𝚛 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚊𝚗𝚐𝚐𝚒𝚕 𝙰𝚛𝚎𝚜 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚙𝚊𝚗𝚐𝚐𝚒𝚕𝚊𝚗 𝚒𝚝𝚞. 𝙾𝚔𝚎? ☺️

Hᴏᴘᴇ ʏᴏᴜ ʟɪᴋᴇ ɪᴛ, ᴇɴᴊᴏʏ!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hᴏᴘᴇ ʏᴏᴜ ʟɪᴋᴇ ɪᴛ, ᴇɴᴊᴏʏ!

°
°
°

Malam tak bercahaya dengan bulan berbentuk sabitnya. Mereka yang kalut dalam sendu lebih terbiasa dengan latar ini. Sebab, khas dari malam yang remang-remang seolah menenangkan. Memberikan ruang seluas-luasnya untuk berkeluh-kesah sendiri.

Tak berarti mereka membenci pagi dan siang. Hanya saja, sinar syamsu yang terik tidak senada dengan sendu. Matahari mungkin lebih identik dengan rasa bahagia, bukan rasa kosong yang tak kunjung ditemukan cara mengisinya.

Ares satu dari mereka yang mendewakan malam. Kadangkala berimajinasi, bertanya-tanya dibagian belahan bumi mana yang tidak memiliki pagi. Ijinkan dia tinggal di sana hingga tua dan mati menghampiri. Segitu seriusnya dia menyanjung malam.

Bukan tak beralasan karena pagi dan siang hari menjadi latar pada setiap memori pedihnya. Orang-orang tersayang pergi ketika matahari bersinar terik.

Seakan-akan tidak akan pernah terjadi apa-apa, matahari bekerja sebagaimana mestinya. Tanpa memberi pertanda. Tanpa bergerak memperingati Ares bahwa semua yang dimiliki takkanlah kekal. Satu per satu pergi dalam masa yang berbeda, tetapi di latar yang sama.

Dari lantai dua puluh apartemennya, iris Ares menanar jauh ke dasar. Terbatasi oleh kaca besar transparan yang seharusnya tertutupi oleh gorden panjang beludru berwarna merah marun.

Hirup-pikuk ibu kota di pukul 23.30 masih nyata. Apartemen dikelilingi gedung-gedung pencakar langit, strategis di tengah ibu kota. Jalan layang berserta jalanan yang masih padat dapat dinikmati secara cuma-cuma dari gedung apartemen itu.

Ares tahu ada banyak tumpukan sahutan-sahutan di bawah sana. Klakson mobil, suara musik, dan iklan komersial di layar televisi besar yang nongkrong pada badan gedung shopping mall orang-orang kaya.

Hidup di ibu kota rumit. Tak melulu soal bagaimana cara bertahan hidupnya. Namun, menjadi orang yang disadari keberadaannya pun punya strategi. Dan, butuh kekuatan mental.

Apalagi untuk Ares yang hidup seorang diri. Ditinggal pergi begitu saja oleh ibunya yang menikah lagi dengan orang lain. Tanpa pernah ingat bahwa ada dia memiliki hak sebagai seorang anak.

Punya uang, tidak menjamin rasakan kebahagiaan. Di ibu kota yang megah ini bukan hanya Ares dan keluarganya yang miliki uang berlimpah, ada keluarga lain yang jauh lebih kaya raya.

It Is Not Too LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang