'9

818 71 29
                                    

Hoᴘᴇ ʏᴏᴜ ʟɪᴋᴇ ɪᴛ, ᴇɴᴊᴏʏ!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hoᴘᴇ ʏᴏᴜ ʟɪᴋᴇ ɪᴛ, ᴇɴᴊᴏʏ!

°
°
°

Hari sudah petang. Para karyawan yang memiliki budaya masuk tepat waktu di pagi hari, otomatis akan pulang tepat waktu di sore hari. Berbondong-bondong keluar lift dan mengantri menutup absen dengan men-scan ID CARD mereka.

Hana seperti biasa pulang dengan transportasi umum. Sebelumnya, sempat ditawarkan tumpangan rekan satu divisi, tetapi ditolaknya karena merasa tidak enak.

Sebenarnya, dia tidak berniat pulang cepat. Namun, hari ini adalah hari pertamanya sehingga pekerjaan yang dibebankan belum terlalu banyak. Karena itu, Hana memilih pergi ke kafe yang ada di lantai dasar kantor untuk menghabiskan waktu sejenak sembari menunggu renggang, padatnya kereta cepat ibu kota.

Duduk di depan kaca transparan, membuatnya bisa melihat puluhan, bahkan ratusan karyawan turun dari lantai atas tempat lift berada. Banyak yang saling sapa dengan divisi lain, saat secara tidak langsung bertatap muka di eskalator.

Ya. Kantor itu memiliki eskalator yang menjadi perantara antara lantai lift, kantin, dan musala. Yang membawa mereka turun ke lobi gedung tersebut. Di mana, di sana disediakan kafe dan koperasi karyawan.

Selain karena sering dijadikan tempat bertemu klien, kafe juga menjadi peraduan terakhir para karyawan saat beristirahat maupun pulang kerja.

Ketika jalanan sedang padat-padatnya, para karyawan yang enggan bergelut dengan ratusan kendaraan memilih pulang terlambat. Namun, mereka juga enggan menunggu jalanan lenggang di depan meja kantor. Alhasil, karena kemurahan hati pihak "atas", kafe itu dibuka.

Hana sedang serius melihat hiruk-pikuk itu. Hiruk-pikuk lingkungan yang akan menjadi tempatnya menghabiskan kegiatan hampir seharian mulai sekarang.

Ketika sedang nikmat-nikmatnya menyeruput javanese tea dinginnya, netra secara tidak sengaja menangkap sosok Ares. Laki-laki itu sedang berdiri di eskalator dengan kepala yang menunduk menatap layar ponsel.

Hana tetap mengamati hingga Ares pergi ke depan mesin scan. Sampai sosok itu berjalan menghampiri pintu keluar lobi yang terhubung langsung ke basement.

Entah atas dorongan siapa, Hana beranjak dari kursi. Memilih untuk meninggalkan javanese tea yang masih tersisa setengah, berlari keluar kafe.

Melangkah dalam diam. Tetap menjaga jarak dari Ares. Ada banyak karyawan lain yang mengikutinya sampai akhirnya mereka menghilang di tempat kendaraan mereka diparkirkan.

Suasana basement yang senyap, memberikan efek suara gema pada setiap hentakan sepatu berhaknya. Sesekali pantofel Ares pun menimbulkan decitan yang khas.

Hana berhenti selangkah ketika Ares sudah sampai di depan sebuah motor. Tubuh membeku dan mulutnya terdiam tanpa alasan. Kedua bola matanya menanar pada motor Ares yang memiliki banyak kenangan untuk mereka berdua.

It Is Not Too LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang