'11

837 80 35
                                    

Hᴏᴘᴇ ʏᴏᴜ ʟɪᴋᴇ ɪᴛ, ᴇɴᴊᴏʏ!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hᴏᴘᴇ ʏᴏᴜ ʟɪᴋᴇ ɪᴛ, ᴇɴᴊᴏʏ!

°
°
°

Saat Hana sedang menunggu pelayan menyerahkan minumannya, ada pelayan lain yang memanggil nomor antrian berikutnya. Kemunculan pemilik nomor antrian itu mengejutkan Hana.

"Kaffa?" tegur Hana memastikan.

"Lho, Han?"

Sebenarnya, Kaffa telah curiga karena mendengar namanya dipanggil suara yang familiar. Pikirnya, dia berhalusinasi mendengar suara Hana. Rupanya tidak, perempuan itu ada berdiri di depan mukanya.

"Kita kenapa sering banget ketemu kayak gini, ya?" tanyanya terheran-heran.

"Lo mau bilang kalau kita jodoh?" Hana menodong dengan ekspresi tak sudi.

Kaffa tertawa. "Kalau iya, kenapa? Lo nggak mau?"

"Jangan ngaco!"

Kaffa hanya bisa menyengir masam. Kenal hingga sejauh ini, dia mulai bisa membaca kepribadian Hana. Kaku, terlalu serius, dan tidak suka candaan.

Untuk laki-laki lain, mungkin terasa membosankan, tetapi bagi Kaffa itu seperti sebuah pertarungan. Bagaimana caranya dia bisa menang melemaskan Hana yang kakunya seperti kanebo kering yang ada di dalam mobilnya. Sampai sekarang, jawaban masih menjadi misteri.

"Ngapain di sini, Kaf?"

"Tadi abis hadirin workshop. Nemenin salah satu praktisi dari kantor hukum tempat gua kerja."

Hana melongo sejenak. "Workshop yang di balai pertemuan siang tadi?"

"Yes."

"Keren juga lo!" santer Hana kemudian.

Kaffa mengangkat dagu tinggi. Seperti biasa, dia suka meninggikan derajatnya di hadapan perempuan yang dikagumi. Mungkin karena tengah berlomba dengan Ares, temannya sendiri. Dia akan terang-terangan menunjukan keunggulannya tanpa ragu.

"Lo sendiri ngap-" Kaffa menjeda tanyanya setelah melihat penampilan Hana. "Tunggu, lo kerja di sini?!" serunya.

"Iya, gue kerja di sini."

Kaffa terkejut bukan main. Sebab, dia sering mendatangi kantor ini. Di samping bertemu Ares dan Galih, beberapa kali mendampingi senior dari kantornya untuk melayani board of directors di perusahaan itu.

Usia pekerjaannya di firma hukum masih sangat muda. Karenanya, Kaffa perlu banyak belajar dengan mengekori ke mana pun seniornya pergi.

Melayani klien sampai pergi ke pengadilan. Walaupun, setiap pengacara punya porsinya masing-masing. Dia tetap harus banyak tahu seluk-beluk hukum untuk kepentingan kliennya di masa depan.

"Terus kenapa belum pulang?"

"Lagi ngopi sore sama temen." Hana menoleh ke belakang. Menunjuk Kira yang juga sedang memperhatikannya. "Mau kenalan?" tawarnya.

It Is Not Too LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang