Sejak Shuwan meninggalkan pria yang tadi dia bawa ke kamarnya itu,tanpa sepengetahuan gadis itu, pria yang tadinya tidak sadarkan diri perlahan mengeluarkan tanda-tanda akan bangun,Mata yang tadinya terpejam itu ,perlahan bergerak-gerak kecil.
"Engh..." Sebuah erangan Sakit yang pelan, keluar dari mulut pria itu,perlahan matanya terbuka, iris semerah darah berkilau dingin ,rasa haha darah terpancar dari mata pria itu.
Berusaha bangun, ia meringis saat memegang lukanya, menunduk ke bawah,melihat lukanya sudah di balut, pria itu langsung memikirkan orang yang menyelamatkannya seorang tahun hebat, karena racun nya juga sudah dikeluarkan dari dalam tubuhnya.
Sampai sosok mungil perlahan berjalan masuk dalam kamar itu,
"Oh kau bangun." Sebuah suara seorang gadis membuat pria itu berbalik ke arah pintu
Di sana sosok mungil berdiri membawa sebuah mangkuk, wajahnya di tutupi topeng rubah, sedangkan gaunnya putih bersih.
Pria itu mengernyitkan keningnya, Shuwan mengira ia merasa kurang nyaman dengan lukanya , bergegas memegang tubuh pria itu,tatapan Shuwan menjadi tajam pada luka yang sudah dia balut,takut jika ada infeksi.
"Lukamu...apa kau merasa kurang nyaman?" tanya Shuwan sambil menyerahkan mangkuk makanan yang dia bawah tadi.
Pria itu hanya menatap makanan yang diberikan gadis itu, tanpa niat untuk memakannya.
"Kenapa?" tanya Shuwan lagi sambil memiringkan kepalanya menatap pria itu."Eh,matamu sangat indah." Shuwan baru sadar akan netra merah seperti darah pria itu ,sejenak dirinya larut dalam pesona mata itu,seperti mata yang ada di cerita dan film fantasy saja.
".............."
"Apa kau bisu...aku bisa menyuapimu!"pekik Shuwan tiba-tiba,dan tanpa menerima persetujuan orang lain dia langsung meraih mangkuk itu lagi dan menyendokkan nasi ke mulut pria itu.
Pria itu menatap sendok berisi bubur dan pada gadis asing yang sedari tadi bicara tanpa rem,melihat netra ungu amethyst yang indah di balik topeng,tidak ada kejahatan di mata itu,hanya kemurnian akan niat baiknya.
Pria itu menerima tiap suapan Shuwan,setiap suapan dia makan dengan elegan,bahkan Shuwan mulai berfikir bahwa pria ini pasti seorang Bangsawan,dilihat dari caranya makan dan bergerak.
Saat melihat bahwa makanan sudah dihabiskan dengan sangat cepat ,Shuwan menghela nafas lega,baik karena pria itu mau makan ,jika tidak dirinya terpaksa menggunakan kekerasan memaksa pria itu makan.
"Istirahatlah,"ujar Shuwan dan berjalan pergi.
Mata semerah darah itu,hanya menatap sosok Shuwan pergi sampai menghilang,matanya hanya mencerminkan sosok Shuwan saja.
Shuwan berjalan ke arah kebun miliknya, dan mulai memetik buah-buahan yang dia tanam, setidaknya apa yang dia tanam bisa dimakan .
"Dunia ini aneh...semua yang mengalir di ingatan ' Shuwan' ,tidak seperti dunia Modern,tapi dunia kuno dalam novel. Pembudidaya ,sebutan bagi orang-orang yang mampu mengendalikan energi *spiritual* dalam tubuh mereka,semakin kuat kekuatan mu,maka semakin terhormat kau," ujarnya
"...sungguh konyol,jika kau lemah maka kau akan di injak-injak ,dunia ini benar-benar kejam." sambung Shuwan sambil tersenyum sinis di balik topeng nya.
Untungnya karena sering membaca novel, Shuwan bisa mengembangkan kemampuannya dalam mengendalikan kekuatannya,dan apa yang paling mengejutkan adalah 'tubuh' ini bukan sampah...tetapi 'genius' yang langka,dengan Shuwan yang melakukan pelatihan,dia telah sampai ke tahap kondensasi biru tahap akhir.
Bahkan wajahnya berubah total,bahkan dirinya sendiri tak percaya, dimulai dari netra ungunya menjadi lebih jernih namun tajam,kulit nya sangat lembut dan putih susu,serta kemampuan tempurnya sangat tinggi.
Sempurna.
Menemukan wajahnya mampu menyebabkan masalah ,dia memilih menggunakan topeng untuk sementara demi menghilang masalah tidak penting.
Saat memetik buah, Shuwan bisa merasakan bahwa ada yang mengawasinya tidak jauh dari tempatnya , mengambil belati kecil miliknya dalam lengan bajunya sambil tersenyum kecil , Shuwan melemparkannya belatinya hampir mengenai kepala pihak lain.
Shuwan terkejut saat melihat siapa itu,tapi perlahan senyum lembut dia keluarkan,sosok pria itu tidak lain adalah orang yang tadi dia selamatkan.
Pria tadi juga cukup terkejut,bahkan kagum dengan refleks gadis itu dalam menyerang,bahkan serangan itu ,jika gadis itu serius ingin membunuh akan dengan mudah mengenai kepalanya.
Shuwan tersenyum kecil," Kamu datang...kemarilah."
Saat pria itu melangkah mendekat, ia bisa mencium aroma buah dari gadis itu, sangat enak dan segar,bahkan perutnya mulai berbunyi pelan,padahal dia baru saja sudah makan.
Shuwan mendengar bunyi perut itu,hanya terkikik kecil dan menyerahkan buah di tangannya pada pria itu.
"Makan ini. Ini buah yang mampu menyembuhkan luka-lukamu, sebenarnya ingin ku mainkan dengan bubur tadi, namun khasiatnya lebih baik bila di petik langsung."
Mengambil buah itu, Pria itu menatap Shuwan datar ,wajahnya tidak memiliki sedikitpun eYinsesi,namun pria itu bisa merasakan ,jika gadis ini tulus padanya jadi ia mengambil buah itu.
"Bagaimana?"tanya Shuwan
"Manis...dan terima kasih telah membantu saya." ujar pria itu dengan pelan,tapi rona merah di telinganya tidak bisa di sembunyikan.
Shuwan tersenyum senang.
"Hahaha...aku pikir kau bisu,ternyata tidak ... baguslah. Kau bisa beristirahat dulu sampai kekuatan milikmu pulih terlebih dahulu." ujar Shuwan dan berjalan pergi.
Pria itu bingung dengan sikap gadis itu,sangat santai dan tenang ,berbeda dengan para wanita di luar sana ,semua wanita yang melihatnya akan berlomba-lomba mencari perhatiannya, namun gadis ini mengabaikannya.
"Yinse... " ujar pria itu pelan,bahkan sangat kecil,jika saja Shuwan tidak memiliki pendengaran yang tajam.
"Hah?YinseYinse?"Shuwan berbalik dan menatapnya bingung.
"Namaku Yinse. "setelah itu pria itu melenggang pergi,padahal harusnya Shuwan yang pergi.
Shuwan merasa ada yang aneh,masih berdiri di tempatnya,nama yang diucapkan pria itu terasa sangat familiar. Bukankah pemeran utama pria bernama Yinse? Dan hanya dia satu-satunya dengan Nama Yinse itu.
'Ini...Long Yinse yang itu kan?'
Wajah Shuwan berkerut tidak nyaman,melihat ke arah pria Yinse itu menghilang.
Seharusnya ia tidak membantu pria itu, tapi ia tampan,jika saja jiwa pencari pria tampan tidak kambuh. Yah... pria itu akan pergi nantinya, tapi sebelum itu bukankah lebih baik memberi kesan baik, agar kedepannya nyawa kecilnya ini bisa selamat?
Saat memikirkan itu Shuwan mulai tersenyum bahagia dan kembali memetik buah untuk dimakan. Tugasnya merawat dan menyenangkan pemeran pria sampai sembuh. Tidak mungkin dia bisa membunuh orang itu dengan kekuatannya saat ini, jadi demi hidup damai nya yang tercinta ini, dia akan berkorban.
"...Kebaikanku nanti pasti akan dibalas,nyawa keduaku..." Dia berkata sambil mendesah frustasi.
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
REINCARNATIOM OF GODDESS
Random+Update Setiap Selasa Dia adalah kematian. Kelahiran kembali membawanya ke dunia asing dan aneh. Dia harus membalas dendam yang sudah lama menunggu. Tubuhnya bukan miliknya, hanya jiwanya yang masuk ke dalam tubuh gadis malang yang tewa karena keke...