Chapter 4

1.9K 192 21
                                    

*Saint Pov*

Pandanganku kabur, entah kenapa sejak kemarin kepala ku terus saja terasa pusing, belum lagi perutku yang terus berbunyi menandakan jika ia membutuhkan makanan untuk mengisi tenagaku tapi aku benar-benar tidak berselera untuk makan, jangankan untuk makan, turun dari tempat tidur ku saja rasanya enggan.

Kupandang terus foto Ae, membayangkan wajah tersenyumnya, sentuhannya saat ia membelai kepalaku ketika ia mencoba menenangkan ku saat aku kembali mengingat jahatnya orang tua ku yang telah membuangku ke panti asuhan itu.

Aku menyadari satu hal, jika seandainya Ae tidak mengulurkan tangannya saat itu mungkin aku tidak akan bisa hidup sampai saat ini. Semuanya terlalu berat.

Tapi di bandingkan dengan keluargaku yang membuangku, aku lebih terpuruk saat Ae meninggalkan ku. Hidupku hancur.

Kemanapun aku pergi, aku selalu melihatnya.
Di dalam benakku pun Ae selalu ada.
Ae ada di setiap pandangan yang aku lihat.
Kemanapun aku pergi, aroma dan jejak keberadaan Ae selalu ada.

Jika boleh memilih, aku lebih memilih untuk tidak pernah mengenalnya daripada harus melupakannya.

Tapi... Jika memang Ae adalah takdirku aku berharap untuk bisa bertemu dengannya sekali lagi, aku ingin mengatakan padanya untuk terakhir kalinya bahwa aku sangat mencintai nya walau aku tahu itu tidak mungkin terjadi.

Tok~ Tok~ Tok~

Ahh.. Apa pintu kamar ku baru saja di ketuk?

Tok~ Tok~ Tok~

Benar, tapi siapa yang bertamu saat ini, jika itu Plan tidak mungkin, dia sudah tau aku tidak ingin di ganggu hari ini, apa itu Gun? Pria itu belum tahu kalau aku tidak ingin keluar rumah saat ini. Jika tidak ku buka dia pasti akan terus mengetuk pintu rumahku.

Aku turun dengan enggan dari tempat tidurku, membuka kunci pintuku dan melihat tamu yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya.

"Siapa... K-kau?"

Ae.. Tidak.. Dia bukan Ae.

*Author Pov*

Perth menatap Saint dengan tatapan dinginnya sedangkan Saint menatap Perth terkejut dan juga bercampur rindu di dalamnya.

Keduanya terdiam cukup lama, hanya saling bertatapan untuk waktu yang lama.

"Aku ingin masuk!" Ucap Perth memecahkan keheningan.

"B-bagaimana bisa k-kau ada disini?"  Tanya Saint, hatinya terus berteriak untuk memeluk pria di depannya tapi ia sadar jika ia tidak mungkin melakukan hal itu sebab yang berdiri di depannya saat ini bukanlah Prianya.

"Kenapa? Bukankah kemarin kau yang menyapa dan menggodaku duluan, apa kau lupa?" ~Perth

Saint meringis.

"A-aku tahu, aku hanya salah orang.. Jadi bisakah kau pergi, aku sedang tidak ingin di ganggu" ~Saint

Perth mengeraskan rahangnya, kesal.

"Ck.. Kemarin kau bertingkah seakan-akan mengenalku, menyebutku dengan nama orang lain, sekarang kau ingin sok jual mahal begitu.. Apa kau memang selalu seperti ini pada pria lain.." ~Perth

Saint terdiam, hatinya lagi-lagi merasa sakit mendengar kata-kata menyakitkan itu keluar dari bibir pria di depannya, kepalanya semakin terasa pusing, ia berpegangan pada tembok karena pandangannya sedikit mengabur.

"Kau sangat mudah menilai orang lain buruk padahal kau hanya melihatku kurang dari 10 menit. Kamu tidak tahu siapa aku dan apa yang telah aku alami" Ucap Saint susah payah, ia menggeleng-gelengkan kepalanya pelan karena rasa sakit semakin menyerang kepalanya.

[Hiatus] The Lie Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang