BAGIAN 5

578 27 0
                                    

Tak ada seorang pun yang menyangka, kalau peristiwa sebulan lalu bakal terulang kembali. Keresahan kembali melanda Kadipaten Wadas Litang. Sudah tiga hari ini seseorang yang mengaku berjuluk Jago Bukit Gantang telah muncul, dan membuat keresahan. Bukan hanya harta yang digasak, tapi juga nyawa pemilik harta itu ikut melayang. Sudah lebih dari sepuluh rumah yang dimasuki, dan sudah dua belas orang yang tewas.
Keramaian yang biasanya terjadi diKadipaten Wadas Lintang, mendadak saja tenggelam oleh munculnya Jago Bukit Gantang yang menjarah rumah-rumah penduduk kadipaten itu. Bukan hanya malam. Bahkan di tengah hari bolong pun orang itu berani muncul. Kemunculan orang yang menjuluki dirinya sebagai Jago Bukit Gantang itu sampai juga ke telinga Adipati Bayaga. Sudah tentu Adipati Wadas Lintang itu memanggil Gagak Ireng yang menjadi tangan kanannya di kadipaten ini.
"Kau harus bisa menghentikan kerusuhan ini secepatnya, Gagak Ireng," tegas Adipati Bayaga.
"Maaf, Gusti Adipati. Rasanya sulit menghentikan kalau tidak langsung ke akarnya," sahut Gagak Ireng seraya memberi hormat dengan merapatkan kedua telapak tangan di depan hidung.
"Maksudmu...?" tanya Adipati Bayaga.
"Kejadian ini sudah jelas ada hubungannya dengan Birawa. Mereka sama-sama dari Bukit Gantang. Aku rasa ini bukan hanya sekadar perampokan dan pembunuhan penduduk saja. Tapi ada maksud tersembunyi di balik semua kejadian ini, Gusti Adipati," Gagak Ireng menjabarkan pemikirannya.
"Maksudmu, mereka merencanakan pemberontakan?"
"Bisa dikatakan begitu, Gusti Adipati," sahut Gagak Ireng tegas.
"Hm...," gumam Adipati Bayaga perlahan. Sedikit pun tidak ada pikiran sampai ke sana di kepala adipati itu. Dan sama sekali tidak disangka kalau orang-orang dari Bukit Gantang punya maksud memberontak.
Padahal selama ini, orang-orang Bukit Gantang memiliki hubungan baik dengan Kadipaten Wadas Lintang. Bahkan tidak sedikit mereka mencurahkan sumbangan tenaga dan pikiran untuk kemajuan kadipaten ini. Belum lagi, mereka dikenal banyak melahirkan jago tangguh. Dan tidak sedikit yang menjadi punggawa kerajaan.
Rasanya sulit diterima kalau mereka punya rencana memberontak. Tapi kelihatannya, kenyataan yang ada tak dapat dipungkiri lagi. Pertama Birawa melakukan kerusuhan. Dia merampok dan membunuh siapa saja yang mencoba menentangnya. Tidak sedikit nyawa terbuang hanya untuk meringkus pemuda itu. Dan semua itu baru bisa dihentikan berkat tindakan Gagak Ireng. Namun sekarang muncul lagi orang yang seperti Birawa. Bahkan sama-sama berasal dari Bukit Gantang. Baru tiga hari saja, sudah dua belas orang yang tewas.
"Aku akan mengirim utusan ke sana. Kalau perlu, Ki Gandapara akan kupanggil. Kalau memang orang-orang Bukit Gantang yang melakukan semua ini, dia harus bertanggung jawab," tegas Adipati Bayaga.
"Aku tidak yakin Ki Gandapara ada di Bukit Gantang, Gusti Adipati. Kabar terakhir yang kudengar, dia sedang mengembara," sergah Gagak Ireng.
"Mengembara...? Untuk apa mengembara?" tanya Adipati Bayaga seperti untuk diri sendiri.
"Tidak ada yang tahu pasti, Gusti Adipati. Dan kabarnya pula, dia mengembara sudah beberapa tahun ini. Bahkan sudah menjalin hubungan persahabatan dengan para pembesar Karang Setra," lagi-lagi Gagak Ireng memberitahu.
"Heh...?! Kenapa sampai meluas ke sana...?" Adipati Bayaga terkejut bukan main mendengar laporan yang tidak pernah disangka-sangka itu.
"Kalau sampai para pembesar Kerajaan Karang Setra turun tangan, aku yakin kedudukan Gusti Adipati akan terancam. Mereka pasti lebih percaya orang-orang Bukit Gantang. Memang tidak sedikit orang kelahiran sana yang menjadi punggawa. Bahkan ada pula yang sudah berpangkat panglima atau pembesar tinggi istana," lanjut Gagak Ireng.
"Kenapa bisa jadi begini...? Apa ada suatu kesalahan yang kuperbuat...?" Adipati Bayaga jadi kelabakan sendiri. Benar-benar tidak disangka kalau peristiwa yang semula dianggap kerusuhan biasa saja, ternyata sudah meluas sampai ke kerajaan. Adipati Bayaga benar-benar tidak mengerti dengan semua ini. Sungguh tidak disangka kalau orang-orang Bukit Gantang punya maksud buruk padanya. "Apa yang harus kuperbuat, Gagak Ireng?" tanya Adipati Bayaga.
"Sebaiknya Gusti Adipati sudah mulai memperkuat diri. Cepat atau lambat, mereka pasti akan menggulingkan Gusti Adipati. Kelihatannya mereka sudah mulai bergerak dengan mengacau keadaan dan membuat kerusuhan di mana-mana. Jelas maksudnya adalah untuk melemahkan pertahanan kadipaten ini," jelas Gagak Ireng.
"Apakah itu nanti tidak dianggap sebagai persiapan pemberontakan pada Karang Setra?"
"Aku yakin tidak, Gusti. Asalkan Gusti Adipati sendiri bisa mengambil hati para pembesar kerajaan. Terutama pada Raja Karang Setra sendiri. Gusti Adipati pasti bisa memberi penjelasan, sehingga mereka tidak akan menyangka demikian. Bahkan mungkin akan membantu menumpas orang-orang Bukit Gantang yang sudah jelas-jelas hendak memberontak."
Adipati Bayaga terdiam. Rasanya memang tidak mudah melaksanakan semua yang dikatakan Gagak Ireng barusan. Terlebih lagi dia tahu kalau Raja Karang Setra adalah seorang pendekar digdaya yang gemar mengembara. Sekarang ini pun tak ada yang tahu, di mana Raja Karang Setra itu berada. Hanya kedua adik tirinya saja yang mungkin mengetahuinya. Tapi, apakah dia bisa mendekati adik tiri Raja Karang Setra itu...?
Kebimbangan jelas sekali terpancar di wajah Adipati Bayaga. Sudah bisa dibayangkan kalau kejadian ini bisa berakibat buruk bagi dirinya. Bahkan bagi semua orang di Kadipaten Wadas Lintang ini. Kehancuran Kadipaten Wadas Lintang sudah membayang di matanya. Dan adipati itu tidak ingin kadipaten yang dibangunnya dengan susah payah, bakal hancur-lebur digempur para prajurit Karang Setra dan jago-jago Bukit Gantang.
***

62. Pendekar Rajawali Sakti : Tuntutan Gagak IrengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang