2. Majapahit, 1355 Masehi

6.6K 772 200
                                    

Budayakan vote sebelum membaca! Hati-hati ranjau typo bertebaran di mana-mana, and selamat terjun ke dalam realitas RICIS yang gila😗.

°°°

Kasar banget elah, nggak ada lembut-lembutnya narik gue nih dua orang prajurit. Menang banyak kelen, karena berhasil megang tangan bidadari. Eaaakkk.

Sist and bro yang terhormat! Lu pada harus tau, kalo tangan gue diiket pakek tali daun kelor. Dan itu rasanya pedih banget. Mereka ngikatnya gak kira-kira. Sekarang gue lagi duduk dalam posisi berlutut, natap si Hayam Wuruk. Dia mah enak, duduk di singgahsana nya yang terbuat dari emas! Awas aja lo, emas singgasanah lo gue kasak sampe ilang semua emasnya. Terus, gue jual buat beli boba se-ember.

"Katakan!"

"Eanjir! Gue kaget setan, lo teriaknya gak kode-kode dulu!" sembur gue, spontan ikut teriak.

Nih manusia prasasti hidup, tentunya nggak ngerti lah apa yang gue bilang. Dia cuma natap gue tajam, nggak berkedip. Dia gak bales omongan gue, karena dia nggak ngerti bahasa gahol. Sempet tau, patut di pertanyakan. Mungkin, dia pernah les online di ruang guru?

"Apa yang Lingga Buana amanatkan padamu wahai mata-mata?" lagi-lagi, kuping gue panas denger bahasa formal yang keluar dari mulut cowok kuno bin ganteng ini.

"Wahai Raja Majapahit, sesungguhnya aku berasal dari planet pluto. Di tugaskan ketua Alien untuk menyelidiki otakmu yang mungkin berdebu." balas gue, ngikutin cara bicara dia.

Anjieerr! Pengen ngakak on the roof beneran dong. Huhuhu.

Gue tersenyum miring, semiring otak Ria Ricis. Eh, tunggu dulu! Ria Ricis kan, gue? Beneran ternyata otak gue miring. Kirain vertikal.

"Aku tengah bersungguh-sungguh! Katakan yang sebenarnya, aku tak ingin bermain-main dengan ucapanmu. Pasti Lingga Buana menyuruhmu karena suatu hal."

Dia pengen yang sebenarnya, kan? Yaudah, deh, gue bakal jujur. Mau nggak mau, ini bakal terungkap kan? Oke, tarik napas. Lo pasti bisa RICIS!

"Sebenarnya... Aku tuh sukak sama, kamu. Tapi, kamu nggak sukak sama aku. Kamu sukaknya malah sama dia. Aku cuma bisa natap kamu dari belakang. Cuma bisa senyum ngeliat kamu sama yang lain." ungkap gue jujur dari lubuk hati yang terdalam.

Salah gue di mana lagi? Setelah gue jujur sesuai mau dia, dia malah makin natap gue tajam. Heran, nggak ngerti lagi sama pikiran cowok.

"Seret mata-mata tak berguna ini ke penjara bawah tanah! Satukan dia dengan cacing tanah di sana, biar dia tahu kekuasaanku! Aku tak pernah bermain-main atas ucapanku! Lepaskan dia setelah dia bisa berkata jujur!"

Dua prajurit tadi datang lagi, cengkeram lengan gue di sisi kiri dan kanan. Mereka maksa banget, nyuruh gue berdiri. Kan, guenya nggak mau. Sesuatu yang di paksakan itu, ketahuilah sangat menyakitkan.

"Woi, lepas! Gue nggak salah apa-apa, enak aja lo main jeblosin gue ke penjara! Gue aduin lo ke Pakde Jokowi, biar lo kena makar! Woooiiii! Hayam Wuruk, nenek moyang sialan! Dasar lo fakboy!" sekenceng-kencengnya gue teriak, sampe dua prajurit ini meringis.

Hayam Wuruk, Gajah Mada, dan beberapa orang yang ada di ruangan tadi juga ikut meringis. Rasain kelen! Siapa suruh, main-main sama Sodaranya toa.

Baru selangkah dua prajurit ini bawa gue keluar, seorang cewek datang dengan wajah panik. Dia natap gue sekilas, terus jalan ke arah Hayam Wuruk. Dia bersimpuh di bawah, penuh permohonan banget gitu. Tuh, cewek cantiikkk banget! Bininya Hayam Wuruk kali ya? Selain itu, ada juga dua orang lainnya. Dari jauh natap kasihan si cewek itu.

Antara Aku, Kamu, dan Waktu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang