5. Sakit

4.3K 665 42
                                    

Xiaojun demam.

Suhu tubuhnya benar-benar tinggi, mungkin karena kemarin Xiaojun pulang di tengah hujan, namun setelahnya justru tertidur tanpa sempat membersihkan diri atau sekedar berganti pakaian.

Dengan perlahan, Xiaojun membuka kelopak matanya, menampilkan mata sekelam malam yang nampak sayu namun masih membuat siapapun yang melihatnya enggan mengalihkan pandangan.
Denyutan nyeri di kepalanya membuatnya meringis sakit, tidak bohong, kepalanya serasa ingin pecah.

Dan kepala nya semakin nyeri saja mengingat masalahnya dengan Hendery kemarin, yang membuatnya pulang sendirian karena enggan menatap wajah si Wong itu.

Kemarin sejak siang hingga sore, Xiaojun menunggu Hendery di taman kampus. Memang cukup sejuk karena tertutup pepohonan yang rindang. Namun, setelah Xiaojun berhasil mengirimkan pesan yang entah keberapa pada Hendery, hujan turun dengan deras, membuat Xiaojun mau tak mau berlari menuju gazebo yang ada di tengah taman. Ia sudah mengirim pesan dan menelpon Hendery berkali-kali tapi tidak ada balasan. Dan, itu membuat Xiaojun sangat kesal dan akhirnya memilih pulang sendiri.

Dengan sedikit tenaga yang ada, Xiaojun bangkit. Hendak menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Yeah, sayang sekali karena hari ini ia tidak bisa meninggalkan kelas nya karena ada kuis untuk mata kuliah bahasa asing.

Xiaojun hampir limbung sebelum sepasang tangan kekar meraih pinggangnya, dan menahan tubuh Xiaojun bertemu dengan lantai.
Xiaojun jelas tau siapa pemilik tangan yang melingkar di pinggangnya saat ini.
Hendery, aroma mint bercampur dengan jeruk yang tercium maskulin memasuki indra penciuman Xiaojun.

"Kau demam."

Xiaojun mendengus. Menegapkan tubuhnya, Xiaojun berusaha melepaskan rangkulan Hendery pada pinggangnya dengan susah payah. Hei, Xiaojun sedang tidak memiliki tenaga sekarang.

"Tidak perlu peduli, lepas." Ucap Xiaojun, nyaris tanpa ekspresi.

Hendery menghela nafas kasar, bukannya menuruti perintah Xiaojun, lelaki tampan itu justru meletakan tangannya kanan nya di perpotongan kaki Xiaojun dan meletakkan tangan kiri nya di tengkuk Xiaojun, lalu mengangkat Xiaojun dan membawa nya ke arah ranjang kembali. Xiaojun yang lemas hanya bisa pasrah saat Hendery menggendong nya bridal style. 

Hendery menurunkan Xiaojun ke ranjang dengan perlahan dan ia duduk di tepi ranjang. Tangannya terangkat hendak mengecek suhu tubuh Xiaojun, namun belum sempat mendaratkan telapak tangannya di dahi si Xiao, Xiaojun terlebih dulu menepis kasar tangan Hendery. Hendery tertegun.

"Kau, marah?"

Xiaojun mendengus dan menatap Hendery sinis.
"Menurutmu? Aku menunggumu berjam-jam, menghubungimu berkali-kali tapi sia-sia. Tega sekali."

Hendery menyesal membiarkan Xiaojun menunggu nya kemarin. Ia menatap Xiaojun teduh, meraih tangan Xiaojun untuk di genggam: Hendery tersentak saat merasakan suhu tubuh Xiaojun yang tinggi.
"Maaf, kau pasti demam karena menungguku."

Xiaojun tak bergeming, tak menolak genggaman Hendery. Ia merasa pusing saat ini, demi Tuhan sejak tadi kepala nya tak henti berdenyut! Jika bisa, ingin rasanya Xiaojun melepas kepala nya sebentar.

"Tunggu sebentar," ujar Hendery sebelum kemudian beranjak bangun dan akhirnya menghilang dibalik pintu kamar Xiaojun.

Xiaojun memang pulang ke rumahnya, rumah orang tua nya. Bukan kah Xiaojun sudah bilang?dia malas bertemu si Wong. Oleh karena itu, ia lebih memilih kembali ke rumahnya, untungnya sang Mama tidak curiga.
Lagipula, Xiaojun juga merindukan kamar lama nya.

Xiaojun memejamkan matanya, aroma lavender di kamarnya benar-benar membuatnya nyaman. Hingga lima belas menit kemudian, Hendery kembali dengan membawa satu nampan berisi semangkuk bubur, segelas air dan paracetamol. Sedangkan dikepalanya ada baskom dan kain bersih yang tersampir di bahunya.

Friendshit || Henxiao. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang