untuk yang telat baca, bisa di baca di Dreame yaa.
___
Anastasha menopang dagunya malas. Jam pelajaran kosong, karena guru-guru mengadakan rapat. Tugas dari pak Budi juga sudah ia kerjakan disaat teman-temannya malah lebih memilih ngerumpi.
Ia menelungkupkan wajahnya dengan tangan yang menopang. Melissa sedang sibuk dengan handphone-nya, sedangkan Sasha sudah terlanjur asik mengobrol dengan Reon.
Melihat Reon yang menepati janjinya, Anastasha tersenyum. Reon memang lelaki yang baik, dan dengan jahatnya ia pernah melukai perasaan laki-laki baik itu. Tapi Anastasha tidak menyesal, sepertinya Reon sudah mulai membuka rasa pada Sasha.
"Sha, ini bisa terbang loh." ujar Reon pada Sasha dengan menunjukkan sebuah orotan giling berwarna hijau biru milik Sasha.
Sasha bingung, "masa iya?"
"Iya" ujar Reon mantap.
Reon mengangkat orotan itu dan mengayunkannya di udara seolah itu sebuah pesawat kertas.
"Ngiuw ngiuw ngiuuuw... Awas ketabrak Shaa!" ujar Reon pelan dan menabrakkan orotan itu pada lengan Sasha dengan sengaja.
Sasha tertawa melihat tingkah konyol Reon, "Kocak banget sih lo Re!" ujarnya menepuk pelan tangan Reon.
Reon ikut tertawa, tanpa sengaja matanya menangkap sosok sahabat kecilnya dulu sekaligus cinta pertamanya yang ternyata sedang menatap ke arahnya dengan senyum manis di bibir gadis itu.
Diapun membalas senyuman Anastasha dengan tulus. Lalu Anastasha mengepalkan tangannya dan digoyangkan ke atas lalu bergumam kata 'semangat!', Reon bisa melihatnya dari gerakan bibir Anastasha.
_____
Sama seperti kelas XI MIPA 4, begitupun dengan kelas XII IPS 3. Mereka juga jamkos.
Mike sedang melihat layar ponselnya dan senyum-senyum tak jelas, sesekali ia memamerkan isi chattingannya dengan Melissa pada Joshua dan Marcel. Rasanya Joshua ingin sekali menenggelamkan Mike ke dalam got depan rumahnya.
Joshua menatap malas Darryl yang sedang tertidur, dan Marcel yang sibuk dengan gamenya. Ia juga bermain game tadi, tapi berhenti karena bosan. Kenapa hidup begini-begini saja sih? Tidak ada yang WOW sama sekali!
Jika saja tidak ada CCTV, Joshua pasti akan kabur dari kelas yang membosankan ini!
"Bosen babi!" umpatnya kesal sendiri.
Ia melihat ke sekelilingnya, Bona sedang menari-nari tidak jelas di depan. Arjun bermain PUBG di meja guru, tapi matanya tertutup, pria tampan khas jawa itu tertidur dengan game yang masih menyala dengan suara umpatan yang terdengar dari ponsel pria tidur itu.
Joshua membalikkan badannya kebelakang, ia melihat Dina sedang mengiris-iris sebuah penghapus karet. Kurang kerjaan sekali!
Ia kembali melirik ke arah pintu, seorang gadis bocil yang tingginya kira-kira hanya 145 cm sedang menggantung dirinya di sana, si Juminten sang kurcaci kelas.
Awalnya ia memperkenalkan dirinya dengan nama aslinya, Azumi. Tapi teman yang pernah sekelas dengannya saat kelas X maupun XI memanggilnya dengan nama Jumi, kalau ditanya alasannya apa, kata teman-temannya biar simpel. Tapi sekarang berubah lagi menjadi Juminten karena ulah Joshua.
Joshua terus memanggilnya dengan nama Juminten hingga nama itu melekat pada dirinya dan semua teman sekelasnya sekarang juga memanggilnya dengan nama yang sangat tidak ia sukai itu.
'Jika ada masalah, ketahuilah, jika itu semua bermula dari seorang Joshua!' itulah pedoman yang dipegang teguh oleh Azumi sejak ia pertama masuk kelas ini sampai sekarang.
Joshua mendengus sebal, kenapa banyak sekali manusia-manusia yang tidak normal di dunia ini?
Ia sedikit tersenyum bangga, "untung gue normal!" ujar Joshua membusungkan dadanya.
_____
"Tasya, besok Darryl gak bisa pulang bareng lagi sama Anastasha. "
"Kenapa?" tanya Anastasha menatap Darryl yang sedang memasangkannya helm.
"Darryl akan ikut kelas tambahan, "
Anastasha menganggukkan kepalanya mengerti, "gapapa, nanti Anastasha bisa di jemput sama pak Parto."
"Kelas tambahannya gak setiap hari kok, selain hari senin, selasa, rabu sama kamis Darryl masih bisa pulang bareng Tasya."
Anastaha kembali mengangguk dan mencubit gemas pipi kekasihnya yang tiba-tiba sangat cerewet, "iya Darryl..."
Darryl tersenyum, "Darryl bisa bolos kok biar bisa ngantar Anastasha pulang."
Anastasha langsung melotot dan berkacak pinggang, "bilang sekali lagi coba! Tadi Darryl bilang apa hm?!!"
Darryl menggeleng cepat dan menaiki motornya, "gak bilang apa-apa kok, ayo pulang!"
Anastasha menggelengkan kepalanya, Darryl bisa saja.
_____
Darryl sedang fokus dengan gamenya, tapi tiba-tiba pintu rumahnya ada yang mengetuk. Ia melihat bi Ira berjalan sedikit tergesah untuk membukakan pintu. Darryl bodo amat, ia melanjutkan gamenya kembali.
"Assalamualaikum!"
Spontan Darryl menjawab salam dari tamunya, "Wa Alaikumussalam!"
Darryl mempause gamenya dan menolehkan kepala ke arah pintu, ia melihat mamanya sudah di sana menyambut kedua tamunya.
Darryl berdiri menyalami wanita yang seusia dengan mamanya.
"Apa kabar tante?"
"Baik Alhamdulillah. Ya ampun Darryylll!! Sekarang kamu sudah besar ya nak, tampan pula!" ujar wanita itu, Tari.
"Bisa aja si Tante, tante juga awet muda kok!"
Tari tersenyum malu-malu, "Bisa aja kamu, tante jadi malu deh."
Seorang pria yang sepertinya anak dari tante Tari mendelik sebal pada mamanya.
"Mama alay banget sih!"
Tari mengerucutkan bibirnya, anaknya sungguh merusak suasana hatinya.
Darryl menatap datar pria di hadapannya dan menyambut pelukan dari pria itu. Tidak lama, karena Darryl langsung melepaskan pelukannya.
"Kalian berdua masih akrab ya kayak dulu. Gak heran sih, kalian kan satu sekolah." ujar Tante Tari.
Darryl kembali memasang senyumnya, "iya tante."
"Iya ma"
"Yasudah! Darryl, Reon, mama-mama cantik mau ke kamar sebentar ya! Byee!" ujar Megan centil dan menggandeng Tari sahabatnya.
Benar sekali, tamu Darryl malam ini adalah Tari sahabat mamanya. Dan juga Reon, mantan sahabatnya.
_____
Sebagian part dihapus untuk kepentingan penerbitan
KAMU SEDANG MEMBACA
DARRYL NEAL (Terbit)
Teen FictionNamanya, DARRYL NEAL. Kata orang, Darryl tampan dan juga beringas. Orang juga bilang, Darryl sangat kasar dan tidak memiliki hati. Hari-harinya sangat monoton, tak ada warna lain selain hitam dan putih. Pria itu sangat menyedihkan! Hingga hari itupu...