Part 10

1.9K 305 11
                                    

"Halo Simon iya ini Oom, Papinya Livi.... Hahaha makasih banyak ya ... Aduh jadi ngerepotin ..."

Gih selamat basa basi pikir Livi. 

"Oya Simon hari Selasa siang ada acara?

Livi terdiam. Selasa hari ulang tahun Papinya.

"Ini ada acara makan siang di Din Tai Fung Puri.Jam makan siang 11.30 begitu? ..: Bisa? Bagus. Bagus. Okay sampai ketemu Selasa ya... ya ya ... Oo mau bicara sama Livi? Okay ini Oom kembalikan ke Livi ya " Wimharja menyerahkan smartphone istrinya ke tangan Livi yang sedang melotot.

"Halo?", kata Livi galak.

Di ujung sana ia mendengar Simon tertawa, "You lost. Give me your bank account numbers"

Livi menghela nafas. "Livi ...", Simon memanggilnya lagi, "You have two choices, give your bank account right now or I'll message your mom"

"BLACKMAILED!", geram Livi kesal.

"You have 10 seconds from now. 1 ... 2... "

Livi buru-buru menyebutkan serangkaian nomor, nomor bank accounnyat.

"Katanya ga hafal?", ejek Simon. "Habis makan udang langsung ingat ya"

CLICK. Livi kesal dan mematikan smartphone Maminya. Livi mendelik ke arah papinya. Ngapain Papinya ngundang Simon ke makan siang? Itu biasanya hari keluarga mereka.

"Papi ngapain sih? Ngapain ngundang Simon?"

"Yah kan tadi kamu kasih telponnya ke Papi. Terserah Papi donk mau ngomong apa"

"Tau kayak gitu tadi aku aja yang ngomong.", sesal Livi. Ia sama sekali tidak menyangka Papinya akan mengundang Simon. Apa ia tidak datang saja ya?

"Itu hari ultah Papi loh.", Wim menatap Livi. "Kamu datang kan?"

Mateeenngg. Seperti biasa Papinya seolah bisa membaca pikirannya.

**

Simon sedang duduk di meja makan ketika Judith keluar dari kamarnya.

"Mau teh ga?", tawarnya melihat Simon sibuk.

"Boleh", mata Simon terus menatap laptopnya. Tak lama Judith kembali membawa 1 gelas teh hangat dan biskuit.

"Mon ... jangan galak-galak sama kokomu", kata Judith sambil meletakkan teh di sebelah Simon. "Nih tehnya. Hati-hati masih panas"

"Hemm"

"Kokomu itu udah berubah banyak loh. Sekarang jauhhh lebih baik", jelas Judith.

"Apanya yang lebih baik. Suruh beli nasi goreng aja ngomel", gerutu Simon. "Cewek lain mungkin minta jalan-jalan, minta Hermes. Lah kamu cuman minta nasi goreng seafood. Apa susahnya sih?"

"Kokomu kan cape tiap hari nyetir. Jakarta tambah macet.", bela Judith lagi.

"If he really loves you he needs to treat you better than this", protes Simon. Masih tidak terima. Pedih rasanya melihat gadis yang ia suka minta nasi goreng saja diomelin. If only Judith wants to be with him ...

"Itu barusan di kamar Ko Sonny minta maaf. Trus top up pulsa gojekku 2 juta. Katanya aku mau makan apa aja suruh pesen. Dulu pas masih di bengkel kan ga gitu Mon. He's a good husband really"

Simon menghela nafas. "Apa sih yang loe liat dari engko gue? Sampe loe segitu cintanya sama dia. Kayak dia tuh ga pernah salah di mata loe. Jelas-jelas dia salah pun masih loe belain?"

Judith mengangkat bahu. "Hahaha ga tau Mon. Gue sekali liat langsung suka aja haha. Engko loe pake pelet kali"

Simon mendengus, "Pelit kayak dia. Mana mau keluar duit buat bayar dukun"

Pintu kamar terbuka. Sonny keluar dan melihat Judith tertawa mendengar kalimat Simon.

Sonny terdiam menyaksikan Judith sedang bercanda dengan Simon.

The Rich Girlfriend (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang