Livi melotot ke arah Papinya, "Ga salah Pi?? Masak anak perempuan Papi ngantar cowok pulang?"
"Oh maaf Papi pikir anak Papi perempuan modern yang percaya emansipasi. Kan katanya kalau cowok bisa kerjakan cewek juga bisa", ujar Wim santai.
"Yah bisa aja. Tapi apa pantas??", tanya Livi kesal.
"Kalau Simon pacar Livi yah ga pantas. Tapi kalau cuman berteman, apa salahnya?", pancing Wim.
Dalam hati Simon kagum dengan Pak Wim. Penampakan luarnya sederhana. Siang itu ia hanya memakai Polo Shirt biru tua dan celana kain. Tak banyak bicara. Tapi melihat gerak-geriknya Simon tau, Pak Wim itu type orang cerdas yang bisa membuat orang melakukan kehendaknya tanpa perlu dipaksa.
"Ga usah Oom. Saya pulang naik taksi saja. Terima kasih untuk makan siangnya. Maaf merepotkan", tolak Simon. Ia tidak ingin terlibat.
"Oo ya sudah", Wim hanya mengangguk-angguk sambil melihat ke arah Livi.
Livi menghela nafas. "Gue anterin aja"
Wimharja tersenyum.
Simon dan Livi berjalan beriringan ke arah tempat parkir. Livi berhenti di depan mobil BMW X1 F48 berwarna abu-abu. Ia membuka pintu mobil dan masuk di situ. Simon duduk di kursi penumpang.
Tak lama mereka sudah berada di jalan raya.
"Kayak gini yah rasanya duduk di kursi penumpang", nyengir Simon.
"Di Jakarta lebih enak di kursi penumpang tau", gumam Livi.
"Kamu ga pake sopir?"
"Nope. Gue ga suka dibuntutin orang"
"Papi kamu ga serem? Anak gadis, cina naik BMW sendirian"
"Nope. Gue taekwondo ban merah plus sewaktu di Singapore gue belajar Krav Maga setahun."
"Krav Maga?"
"Ilmu street fighting pasukan elitnya Israel. Yang model dikeroyok sama 3 orang pakai golok. Gitu-gitu lah"
"Kamu pernah di Singapore?"
"Sebelum ke US gue ke Singapore. Tadinya mau ambil Master in Special Needs Education"
"Trus?"
"Gue kan takut terbang. Drpd jauh-jauh Singapore aja begitu pikir gue. Ehhh nyesek gue. I dont like the way they handle difabel children. Singapore itu Cina banget. Tujuan pendidikan anak difabel cuman supaya mereka ga jadi beban", emosi Livi membara.
"Oya?"
"Iya. Cuman diarahkan ke F&B. Jualan kecil2. Lagi-lagi tujuan cuman supaya loe bisa support diri loe sendiri. Tapi ga melihat ke mengembangkan anak-anak ini. Ga melihat anak ini sukanya apa, anak ini kuatnya apa. Di sono 1 semester ga tahan gue. Gue bilang sama bokap gue mau ke US aja. Trus nemu UCSD."
"Katanya kamu 1.5 thn di Singapore?"
"Oya habis berhenti kuliah, gue belajar Krav Maga tiap hari." Jawab Livi santai.
Simon terpana. Orang kaya mah bebas.
"I like your parents"
"Are you kidding me??", Livi membelalakan mata. "Bawel gitu nyokap gue"
Simon melihat ke depan dengan tatapan kosong. "Kadang kita baru menghargai kalau kita sudah kehilangan"
Livi terdiam. Ia baru ingat kedua orang tua Simon sudah meninggal.
"Papa mama ga pernah liat saya wisuda S1, S2 S3. Ga pernah liat Sammy married. Sonny married. Ga pernah nikmatin hasil kerja keras mereka", Simon menatap Livi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rich Girlfriend (TAMAT)
Chick-LitA fairy heart is different from a human heart. Human hearts are elastic. They have room for all sorts of passions, and they can break and heal and love again and again. Simon berkubang dengan masa lalu. Livi berkutat dengan luka yang dahulu ini ce...