JOSHUA SMITH
Amarahku tak bisa terbendung lagi. Entah mengapa sikap kejamku yang sudah hilang beberapa bulan belakangan ini tiba-tiba saja kembali hadir, "Baiklah, akan kulakukan. Aku tidak akan membunuhnya sekarang. Tapi jika dia berani membuat Sandra terluka, maka aku akan kembali merencanakan hal itu, dan kau jangan coba-coba menghalangiku lagi!"
Kurasa, mungkin aku yang salah dalam hal ini. Tak seharusnya aku cemburu dengan Nuel yang jelas-jelas tidak lebih baik daripada aku, "Kau tidak akan mungkin melakukannya, Jo. Aku akan meninggalkanmu jika kau beralih profesi sebagai seorang pembunuh, meskipun yang kau bunuh bukan suami dari keponakanmu sendiri!"
"Jangan coba-coba berpikir untuk pergi dariku, Mrs. Smith!"
"Hemphhh... Jooo...!"
"Kaulah yang memancing amarahku sejak tadi, jadi jangan salahkan aku jika kau kuperlakukan buruk seperti ini!" Namun menurutku sikap kasarku hari ini, jelas terjadi akibat sikap Kelly yang juga berubah menjadi berani terhadapku.
Biasanya Kelly akan selalu lembut dan tak banyak bicara, "Jooo... Oughhh..." Tetapi entah mengapa hari ini ia berubah total menjadi sosok yang menyebalkan, dengan sejumlah pertanyaan gilanya itu.
Tentu saja aku meradang, ketika harus kembali memikirkan mengapa aku sampai bertindak kasar pada kepala pelayanku.
Akan tetapi sebaiknya segala kekacauan ini harus segera dicairkan, karena aku sudah tak berminat lagi untuk bertengkar dengan Kelly. Setelah aku kembali mengingat apa yang Dokter Suzanne katakan padaku tempo hari, aku berpikir mungkin saja ini adalah bagian dari hormon kehamilannya.
Jadi aku berniat untuk secepatnya memperbaiki hal buruk yang sempat aku lakukan hari ini, "Aku menginginkanmu, Baby."
"Ta..tapi saat ini kita ada di kamar Jose, Jo. Lebih baik kita-"
"Apa yang kau khawatirkan, Sayang. Kamar ini juga ada toiletnya, bukan?"
"Tapi kau belum sarapan, Jo?"
"Oh, God. Anggap saja kau adalah sarapan pembukaku, Baby. Aku janji tidak akan meminta lebih dari satu kali, jadi ayo kita lakukan sekarang, oke?"
"Em, baiklah. Kau boleh melakukannya sekarang." Lalu Kelly pun menyetujui apa yang ku inginkan, setelah aku mencoba memasang wajah memelasku di depannya.
Aku menarik tubuh Kelly untuk duduk di atas pangkuanku yang sudah lebih dulu terduduk di tempat tidur Jose, sepersekian detik kemudian.
Di tiga detik berikutnya setelah tatapan mata kami saling bertemu, dengan lembut bibirku melumat habis bibir Kelly yang sangat kusukai, dan melepaskannya, saat udara dalam paru-paru kami berdua mulai menipis.
Aku kembali berkata-kata ketika napas kami sudah kembali teratur, "Maafkan aku, Baby. Tolong sebisa mungkin jangan lagi membahas Nuel atau pria mana pun dalam hubungan rumah tangga kita lagi." Kukatakan apa yang menjadi ketidaknyamanan ku, dengan maksud agar Kelly mengerti dan tidak melakukannya.
"Ini tidak adil! Kenapa aku tidak boleh bercerita tentang Nuel? Dia adalah bagian dari masa lalu, Jo. Sama seperti Jessa yang kemarin datang dan membuatku ketakutan. Lagi pula Nuel sudah menjadi bagian dari keluargamu juga. Kau terlalu berlebihan, dan entah mengapa aku merasa terganggu dengan hal itu. Apa kau hanya menjadikan aku sebagai pemuas nafsumu saja? Cinta tidak egois, Jo. Cinta itu saling melengkapi dan menerima segala kelebihan serta kekurangan pasangannya. Aku bahkan sedang mengandung bayi keduamu. Aku butuh dukunganmu, Jo. Apa kau ingin aku hanya terbaring di atas tempat tidur akibat pendarahan hebat seperti saat aku mengandung Jose di trimester kedua dulu? Oh, Tuhannn...! Lebih baik aku per- Heiii...!" Namun lagi-lagi pilihan itu ternyata salah total, ketika binar kesedihan kembali muncul di mata indah Kelly akibat ketololanku.
Aku lantas dengan cepat merebahkan diri di atas tempat tidur Jose, dan membuat tubuh Kelly juga berbaring sepertiku, "Maafkan aku, Baby. Maafkan."
"Iya, Jo. Aku- Hemphhh..." Lalu sekali lagi kuputuskan untuk menyambar bibir Kelly, walaupun aku tahu ia belum selesai memarahiku.
Di sela lumatan yang kuberikan padanya, aku membawa tangan kiri Kelly menuju ke pangkal pahaku, "Aku tidak bisa menunggu lagi, Baby." Dan aku cukup senang ketika binar kesedihan itu berubah kembali menjadi tatapan mata mengejeknya.
Sepanjang kami menikah beberapa bulan ini, aku suka sekali melihat Kelly beberapa kali memberiku tatapan itu. Entah mengapa secara tidak langsung aku menyadari jika Kelly tak lagi merasa janggal dengan pernikahan yang kupaksakan ini.
Aku berharap dikemudian hari semoga Kelly tak hanya mengejek kebutuhan batinku yang terkesan berlebihan ini menggunakan sorotan matanya saja, "Oh, Jooo...!" Tapi juga dengan ejekan-ejekan lucu dari pita suaranya, seperti yang acap kali kulakukan ketika dia memintaku bergerak lebih cepat.
Mengingat harapan itu, pikiranku tiba-tiba saja membawa kepalaku untuk segera turun dari dua gundukan daging yang sedang aku mainkan, menuju ke pusat diri Kelly di bawah sana.
Saat aku mencoba mengangkat kepalaku ke atas untuk mencari reaksi Kelly, "Please..." Suaranya yang menyerupai sebuah bisikan itu pun masuk ke indera pendengaranku bersama dengan kabut gairah.
"With the pleasure, Baby."
"Ough, yesss..." Maka saat itulah aku tersadar, bahwa seharusnya aku tak perlu terlalu khawatir lagi.
Kelly juga menginginkanku. Meski tidak menunjukkan secara terang-terangan dengan sejumlah kata sepertiku yang kulakukan padanya, ia juga memiliki rasa yang sama besarnya denganku.
Oleh sebab itu mulai detik ini aku berjanji akan kembali menjadi diriku yang baru, seperti beberapa bulan, "Slruppp..."
"Faster, Jooo...! Oh my Godness! Come on, Jooo...!"
"Fuck! You drive me crazy, Baby! Slrup..." Kendati janji tersebut belum kukatakan padanya.
Keadaan panas yang sedang terjadi di antara kami berdua adalah alasan mengapa aku belum mengatakan janji itu, "Oh, shit! Yes yes yesss... Faster, Jooo... I wanna- Oughhh...!"
"Oh, fuck! Slruppp... So delicious! I love it, Babyyy... Oh, shit!" Sebab akan sangat bodoh jika aku harus membiarkan hormon kehamilan Kelly berulah lagi atas ketololanku.
Setelah meneguk habis pelepasan pertama Kelly yang terasa nikmat untukku, aku pun merangkak naik ke atas tubuhnya tanpa permisi, "Give me more, Baby. I want to feel the same with you."
"Jooo...!"
"Yes, Baby!" Lalu setelahnya, aku segera memasukkan kejantananku yang sudah sepenuhnya mengeras, karena kurasa aku benar-benar bisa menjadi gila jika tidak cepat-cepat melakukannya.
Kau tahu apa? Seketika itu, tiba-tiba saja aku merasa seperti sedang berada di dalam surga. Kelly sungguh membuatku mabuk kepayang, ketika ia turut serta menggerakkan pinggulnya di bawah sana.
Bahkan kata-kata yang baru saja terlontar dari bibir manisnya, "I love you, Jooo... Ough, yeachhh... I love you more than everythinggg..." Entah mengapa terasa seperti mantra yang membuatku semakin mabuk atas dirinya lagi dan lagi.
Aku tidak ingin mantra ini memiliki batas waktu, "I love you too, Babyyy... I love you more than ev- Hemphhh..." Layaknya sejumlah cerita dongeng yang memiliki sebuah penawar.
Aku ingin Kelly terus menyihirku agar tak dapat melepaskan diri darinya, "Oh, Kellyyy...!"
"Jooo...!" Dan kuharap, diriku pun dapat melakukan hal yang sama seperti itu. Menyulap seluruh rasa dalam diri Kelly, agar hanya aku yang bertakhta di sana.🌵🌵🌵🌵🌵🌵🌵🌵🌵🌵🌵🌵🌵🌵🌵
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SEXY WIFE [END]
RomanceAku selalu mendambakannya di setiap malam-malam sendiriku. Aku ingin ia menjadi milikku, meski itu harus dengan jalan yang salah. °• Joshua Smith •° Kau tak perlu membuat kesalahan demi kesalahan hanya untuk membuatku menjadi milikmu. Aku akan selal...