DANTE
Aku sudah terbangun lebih dari satu jam yang lalu. Tidak peduli bahwa sebentar lagi akan ada rapat penting, aku bahkan tidak mengubah posisiku sejak terbangun. Memeluk Alicia di pagi hari adalah hal yang sudah ku bayangkan untuk bertahun-tahun. Bahkan ketika ia masih setinggi pinggangku. Aku benar-benar tidak waras ketika membayangkan Alicia kecil berada di dekapanku dengan tubuh tanpa busana. Dan semakin tidak waras sejak berhasil mencuri celana dalamnya. Kain halus yang selalu ada di dalam saku milikku kemana pun aku berada.
Biasanya aku terbangun dalam keadaan telanjang. Dengan tubuh berkeringat dan kejantanan yang menegang sempurna sehabis memimpikan Alicia sepanjang malam. Lalu berlanjut memuaskan diri dengan tanganku di kamar mandi. Sambil mendesah dan mengerang gila mengucapkan namanya.
Sedangkan pagi ini berbeda. Aku bahkan masih mengenakan setelanku. Hanya jasnya saja yang sudah ku lempar entah kemana. Terbangun dalam keadaan prima, terlebih lagi ada Alicia di dalam pelukanku, membuatku ingin segera menelanjangi diri saat ini juga. Tetapi aku tidak ingin gadis manis ini menangis histeris karena melihat tubuh polos bergairahku. Jadi aku memilih untuk tetap mengenakannya. Walaupun kejantananku yang sudah menegak sempurna tidak dapat di sembunyikan di balik celana hitamku.
Yang sedari tadi kulakukan sejak satu jam yang lalu adalah memeluknya erat sambil menciumi rambutnya. Alicia berbaring menyamping. Membelakangiku. Posisi yang tepat untukku mengambil kesempatan agar dapat menyentuh payudaranya yang berisi. Sesekali mengelus dan meremasnya pelan. Lalu berhenti ketika ia bergerak, merasa terganggu. Dan kembali melanjutkan setelah ia tenang dan melanjutkan tidurnya. Biadap sekali diriku.
Tubuh kecil di dalam pelukanku ini mengeliat kecil. Mulai tersadar. Alicia mengucek-ngucek matanya sambil memandang ke sekeliling ruangan sebelum berbalik menghadapku. Terkejut. Mata besarnya yang terbelalak sangat lucu menurutku.Aku menyeringai. Kembali menariknya ke dalam pelukanku ketika ia mencoba untuk beranjak dan menjauhkan diri. Aku semakin merapatkan tubuh kami. Ia menegang dan terdiam. Aku tahu ia menyadari hal itu. Bagian tubuh bawahku yang sudah keras menyentuh punggungnya. Aku selalu bergairah jika menyangkut apapun tentangnya.
"Kau merasakan itu, Baby?" Bisikku dalam di hadapan telinganya sebelum mengecupinya. Kepala Alicia bergerak-gerak kecil tak karuan. Mencoba menjauhkan diri dari kurunganku. Sedangkan aku semakin menciuminya dengan menggebu-gebu. Tangan liarku sudah menjelajah kemana-mana. Meraba, menyentuh, mengelus, dan meremas. Hingga wajah Alicia memerah padam. Entah ia malu atau bergairah. Atau mungkin menahan tangis.
"Kau tahu bahwa aku tidak akan menyakitimu, bukan?" Ujarku dengan suara serak sambil menatap dalam matanya. Ia mencoba mengalihkan pandangannya. Tanganku tergerak menyentuh dagu kecilnya. Memintanya menatap mataku.
"Kau tahu bahwa selama ini aku menjagamu dari kejauhan, bukan?" Ia mengangguk pelan. Agak ragu tapi pasti. Aku kembali menyeringai kecil sebelum mendaratkan bibirku di atas bibir merah muda itu.
Hidup sebagai seorang perempuan yang memiliki wajah cantik tentu saja menjadi masalah. Ada banyak penjahat-penjahat kelamin di luar sana yang ingin berbuat tidak senonoh pada perempuan. Terlebih lagi Alicia adalah orang terkenal. Aku menugaskan Richard dan beberapa anak buahnya untuk menjaga permataku.
Sudah beberapa kali Alicia hampir menjadi korban pelecehan. Dan sudah berapa pelaku yang habis di tanganku.
Pertama kali saat Alicia masih bersekolah. Guru matematikanya yang botak, gendut, dan jelek itu sudah terkena bogem mentah dariku. Ia dengan cara liciknya meminta Alicia ke kantor pribadinya dengan embel-embel 'perlu bantuan'. Si biadab itu mengunci pintu ketika Alicia sedang membereskan tumbukan buku yang berserakan di mejanya. Lalu dengan langkah pelan dan tangan terulur, ia nyaris berhasil menyentuh bokong bulat kesayanganku yang di balut rok sekolah. Nyaris. Richard dengan sigap menerobos jendela kaca yang ada di sana untuk menyelamatkan Alicia. Sedangkan aku sedang ada di luar negeri saat itu.
Aku langsung menuju helikoperku ketika Richard menelpon untuk melaporkan kejadian itu. Tidak peduli saat itu rapat penting sedang berlangsung. Alicia adalah prioritasku. Aku menghajar si botak itu hingga babak belur sebelum memenjarakannya dengan hukuman seumur hidup.
Yang kedua saat Alicia sedang mengadakan konser solo. Ia baru saja lulus sekolah saat itu. Seperti yang biasa ku lakukan, aku akan menyaksikan setiap detik penampilannya dan menguntitnya hingga belakang panggung. Dengan kekuasaan yang ku punya, sama sekali tidak susah untuk memasuki ruang privat itu.
Tetapi selain diriku, ternyata ada seorang remaja gila yang melakukan hal yang sama denganku. Ia lebih muda setahun dari Alicia. Bocah itu berhasil memasuki ruangan Alicia, dimana saat itu Alicia sedang berganti pakaian. Ooh, bajingan itu bahkan sempat melihat Alicia yang hanya berbalutkan pakaian dalam sebelum ia berteriak nyaring.
Sayangnya anak itu tidak dapat menikmati pemandangan indah itu dengan waktu yang sedikit lebih lama. Aku sudah tiba di sana ketika belum ada tiga detik ia melihat Alicia. Aku sempat terpana sejenak melihat Alicia yang tampak menggoda bersama dalaman hitam yang kontras dengan tubuh putih susunya. Tetapi tentu saja bukan tindakan yang tepat jika aku memilih untuk menikmati pemandangan itu. Ada manusia yang harus ku beri pelajaran.
Aku menyeretnya menjauhi keramaian. Masuk ke dalam gudang kotor dan menghajarnya dengan membabi buta. Jika guru sialan itu aku buat tangannya patah, maka bocak ini ku buat ia menjadi buta. Karena dengan lancangnya ia memandang Alicia dengan kondisi yang seperti itu.
Dan yang terakhir baru saja terjadi beberapa bulan yang lalu. Malam itu Alicia sedang berada di toserba yang tidak jauh dari apertementnya. Ketika ia selesai berbelanja, ia di cegat oleh tiga preman amatir. Salah satu bajingan itu berhasil membuatku murka. Ia berhasil mencium pipi Alicia yang sedang menangis histeris meminta tolong. Ia bahkan membaringkan gadisku dengan paksa ke atas aspal yang keras. Hingga kepala Alicia berdarah karena terbentur.
Aku dan Richard sedikit terlambat saat itu. Dan aku benar-benar menyesalinya. Tetapi ketiga setan itu sudah mendapatkan ganjaran yang setimpal. Apa lagi si bajingan yang sempat mencium Alicia. Setelah menghajarnya habis-habisan. Aku memenjarakannya ke dalam sel yang berisi pemerkosa gay yang sangat kasar. Dan aku menyediakan beberapa 'mainan' untuk mereka bermain dengan santapan empuk itu.
Setelah ketiga kejadian mengerikan itu. Mustahil Alicia tidak mengetahui bahwa selama ini ada yang mengikutinya. Melindunginya. Selain kejadian di sekolah, aku berada di tempat yang sama untuk menyelamatkannya. Dan Alicia selalu menangkap diriku dengan matanya. Ia pasti sadar bahwa akulah yang selalu berada di sekitarnya.
"Rileks, sayang. Aku akan mencintaimu dengan benar. Jangan takut."
Alicia sudah mulai tenang. Badannya tidak lagi bergetar kecil. Ia sudah menerima keadaan ini. Keadaan dimana kami sama-sama tahu bahwa kami saling membutuhkan. Saling menginginkan.
"Apa kau tidak bekerja?" Tanyanya pelan. Aku tersenyum kecil. Lalu menenggelamkan kepalaku di lehernya. "Apa kau mengusirku?"
"Bukan. Bukan begitu. Aku, maksudku aku.. Aku tahu kau orang sibuk."
"Bukan? Jadi kau menginginkanku?" Aku membalikkan tubuhnya yang membelakangiku. Memintanya untuk berbaring menyamping. Berhadap-hadapan denganku.
"Kau menginginkanku berada di sini? Di ranjang ini, Baby? Saling berpelukan di bawah selimut yang sama?" Godaku. Ia salah tingkah. Wajahnya merah merona. Tidak tahu harus bagaimana menghadapi suasana intim yang ku ciptakan.
"Dan yang paling sempurna adalah." Jemariku bergerak menuju wajah halusnya yang selembut kulit bayi. Mengelusnya lembut.
"Jika kita telanjang di bawah selimut ini," bisikku serak dengan mata yang mulai berkabut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take That Baby
RomanceAlicia Baby Anderson. Gadis muda yang cantik dan bertubuh mungil. Memiliki suara yang dapat memikat siapa pun yang mendengarkannya. Penyanyi berbakat yang dapat memainkan berbagai alat musik mulai dari harpa, gitar, piano, bahkan biola. Namanya yang...