Chapter 10

10.1K 466 29
                                    

Yuhuuuu.. Alicia dan Dante datang lagi.
Maaf banget, aku lama updatenya. Sebulan sekali 😂. Tapi melihat pembaca yg makin banyak, aku berusaha mengembalikan mood menulis dan memberi yang terbaik untuk kalian.

Thank you untuk sudah setia dengan cerita tidak jelas ini dari awal.
Welcome, untuk pembaca-pembaca baru.

Jangan lupa klik tombol bintang dan komen yaaa. Happy reading.

***
"Aku akan sangat merindukanmu, Alicia-Baby," gumam Dante di sela-sela ciuman dalamnya. Alicia berusaha menjauhkan wajahnya dan mendorong tubuh besar itu agar melepaskan ciuman bertubi-tubi yang ia dapatkan. Dengan nafas terengah-engah ia membalas, "Dante, kau sedang dikejar waktu."

Lelaki itu mengabaikan ucapannya. Tangan kekar miliknya semakin erat mendekap tubuh mungil yang ada dihadapannya. Bibirnya tidaj berhenti menyambar milik Alicia. "Dante!".

"Baik-baik," bisiknya sambil melepaskan ciuman tanpa menjauhkan wajahnya. Hidung mereka bersentuhan. Alicia dapat merasakan nafas hangat pria itu menerpa wajahnya. Ia berdehem singkat sebelum melepaskan diri dari lengan Dante yang dibalas tatapan tidak suka dari pria itu.

"Bagaimana jika kau ikut aku saja ke Italia?" tawarnya. Walaupun Dante ke Sisilia untuk mengurus pekerjaannya, ia tidak keberatan untuk tinggal di sana lebih lama jika bersama Alicia. Italia jelas merupakan negara indah nan romantis yang cocok untuk berduaan dan bermesraan. Membayangkannya saja sudah cukup untuk membuat dada mereka berdesir.

Alicia menggeleng, "Jadwalku padat."

Dante berdecak kesal, "Batalkan saja. Aku akan membayar ganti ruginya. Berapa pun itu."

Alicia kembali memasang tampang menolak, "Aku tidak bisa, Dante."

"Katakan lagi," desak Dante. Alis Alicia mengerut tidak paham. "Apa?"

"Sebut namaku lagi," bisiknya sambil kembali mendekap tubuh itu. Wajahnya ia dekatkan hingga bibir mereka hampir bersentuhan. Dante kembali berbisik dalam, "Sebutkan nama lengkapku, Alicia-Baby."

Dengan jantung yang berdegup kencang dan bibir yang sedikit bergetar, Alicia ingin melakukannya. "Da.. Dant.."

Drtt drtt

Panggilan sialan itu lagi.

Dante mengumpat kesal. Tangannya bergerak mengambil ponsel di saku celananya dan berteriak menjawab panggilan. "SIALAN KAU, RICHARD! AKU AKAN KE SANA!"

Alicia berusaha keras menahan tawa dari balik senyum gelinya. Wajah sangar itu cukup menyenangkan untuk dilihat ketika sedang kesal. Walaupun hawa yang melingkari Dante cukup menyeramkan, tapi Alicia tahu bahwa pria itu adalah manusia yang memiliki kehangatan dengan caranya sendiri. Dan Dante tidak akan pernah mencoba menyakiti Alicia. Ia sangat yakin akan hal itu.

Dante mengecup bibir gadis di depannya secepat kilat sebelum berpamitan

"Aku harus pergi. Tangan kananku yang tidak tahu diri itu sudah bertingkah seakan-akan dialah boss-nya di sini."

***
Setelah mengantar kepergian Dante di depan pintu apartmentnya. Ia melangkah ke arah kamar dan berbaring ke kasur kesayangannya yang empuk. Pandangannya menerawang ke langit-langit kamar sebelum mengalihkan pandangannya ke arah setangkai mawar hitam yang selalu ada di atas nakas samping kasurnya.

Siapa lagi kalau bukan Dante yang melakukannya? Dahulu, Dante hanya mendatanginya sesekali. Lebih sering memberinya sesuatu sebagai kode bahwa pria itu ada di sekitarnya.

Bunga mawar merupakan lambang cinta. Sesuatu yang cocok untuk diberikan kepada orang terkasih. Berbeda lagi jika mawar tersebut berwarna hitam. Melambangkan kegelapan, dendam, dan kematian.

Take That Baby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang