Prolog 1.1

142 8 10
                                    

'Aku menciptakan berbagai makhluk di semesta ini, di setiap kehidupan mereka pasti akan ada kematian, dan kematian itu akan dibawa oleh dirimu sendiri, wahai salah satu ciptaan-Ku yang terhebat. Azrael! Aku, sebagai Sang Pencipta memberimu sebuah perintah. Mengambil nyawa mereka dan membimbingnya!'

Itulah tugas yang diberikan Tuhan kepada Azrael, Sang Malaikat Maut. Sebagai salah satu ciptaan-Nya, Ia harus mentaati perintah-Nya apapun itu sebagai bentuk nyata rasa syukurnya. Namun, baru satu hari (1000 tahun) setelah Azrael melakukan perintah Tuhan, Jibril, Sang Pembawa Pesan datang menemuinya.

"Azrael! Cukup! Hentikan pekerjaanmu"
Nada serius terdengar dari mulut Jibril. Itu adalah suara yang biasa Ia gunakan dimanapun dan kapanpun itu, seperti suara tipe orang yang 'serius dan membosankan'

"Hm? Ada apa?" Azrael membalikkan badannya, menghadap Jibril.
Dari samping leher Azrael, tampak sebuah dunia yang hancur dengan darah segar berserakan dimana-mana, ditambah dengan melihat sebuah kepala tanpa badan bergantung di jari Azrael membuatnya terlihat seperti seorang pembunuh berdarah dingin. Di ujung sabitnya, di bagian gagangnya, di sayapnya, dan bahkan wajahnya dihiasi dengan warna merah darah dari para korbannya.

"Ada apa dengkulmu! Baru satu hari(1000 tahun) Kau sudah mengambil setengah nyawa yang ada di alam semesta dan merusak berbagai tempat!"
"Itu kan tugasku, jika Aku berbuat salah, Sang Tuhan pasti akan menegurku"

Kacamata Jibril sedikit terangkat saat tangannya memijat pelan batang hidungnya setelah mendengar respon Azrael.

Memang benar jika Sang Tuhan akan menegur ciptaan utamanya seperti malaikat dan semacamnya jika berbuat salah, karena merekalah yang mengatur dunia agar stabil selain Sang Tuhan itu sendiri.

"Aku keberatan! Gara-garamu, orang-orang yang seharusnya ditakdirkan masuk neraka malah masuk surga karena Ia mati sebelum takdirnya sehingga surga-surga yang hanya diperuntukkan kepada orang-orang tertentu sudah pada penuh"
"Aku hanya menjalankan tugasku, lagipula salah pak tua itu sendiri karena sering menganggur dan bukannya memperluas surga sebelum Aku ada"

Jibril, yang menganggap dirinya sebagai makhluk kepercayaan Tuhannya dibandingkan makhluk-makhluk ciptaan-Nya yang lain, Ia selalu serius saat melakukan sesuatu demi menjawab kepercayaan Tuhannya, Ia tidak pernah mengeluh pada siapapun tentang apapun. Namun, baru kali ini Ia menghela nafas panjang saat menghadapi Azrael.

"Sudahlah... Aku sudah tidak peduli lagi. Tuhan memanggilmu untuk menghadap-Nya"
"Aku mengerti" jawab Azrael cepat setelah Jibril memberitahunya.

Azrael pun langsung terbang dengan sayapnya mendahuli Jibril.

'Haaa... Dasar merepotkan'
Jibril mengikuti Azrael dari belakang seperti seorang pengawal.

---

Ribuan anak tangga terbentang di hadapan dua orang malaikat. Tidak ada apa-apa yang menunggu mereka di ujungnya kecuali sebuah cahaya yang sangat menyilaukan mata.

Kedua malaikat tersebut mulai mengambil satu langkah dan berjalan menapaki anak tangga satu per satu.

Biasanya setiap makhluk hanya akan menapaki anak tangga tersebut saat setelah mereka di ciptakan, termasuk juga para Malikat karena itulah anak tangga tersebut disebut sebagai 'Tangga Kelahiran'. Sangat jarang ada makhluk yang menapaki kembali tangga tersebut, kecuali bagi Sang Pembawa Pesan, Jibril. Karena diatas sanalah Ia dapat bertemu Sang Tuhan.

Bagi mereka yang tidak punya nafsu ataupun rasa lelah, ribuan bahkan jutaan anak tangga yang seperti ini bukan apa-apa bagi mereka.

"Umm... Jibril, kenapa Tuhan memanggilku?" Tanya Azrael, membuka obrolan dengan Jibril.
"Entahlah, mungkin sesuatu hal yang serius. Tapi Aku merasakan hal buruk akan terjadi nanti"

I'm the Death Angel Get a Holiday in Another World [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang