Donghyun mengacak rambutnya. Ia melempar buku tebal itu sebarang. Mengabaikan betapa menyedihkan buku itu jadinya. Dia menarik selimut dan langusng memejamkan mata, hendak tidur.
Ada dua hal yang membuatnya berpikir keras. Pertama, Jaehyun yang tak terlihat dari tadi pagi sampai sekarang. Kedua, kejadian yang tadi pagi, saat ia ngambek dengan Kak Sungyoon sampai ia dibuat marah oleh Joochan. Dia mencoba menghadapi Joochan secara savage, namun ia tak ingin membalas lagi ketika si kepala gulali itu mengatainya 'anak kecil'.
Saat itu, ia hendak memasuki kamarnya, namun tak ada Jaehyun di sana. Joochan dengan kurang ajar masuk dan mengunci pintu. Donghyun lalu meneriaki Joochan.
"Hei! Apa yang kau lakukan?"
Joochan menghela nafasnya. Ia mengungkit lagi debat mereka tadi.
"Donghyun, Donghyun. Kau tak mengaku anak kecil?" interogasinya, Donghyun kembali kesal.
"Tidak. Kau lah yang anak kecil!" tutur Donghyun dengan suara nyaring.
Joochan menepuk dahinya. Ia menarik Donghyun dan mendekatkan wajah mereka. Menempatkan kedua tangannya pada bahu sempit Donghyun.
Joochan menempelkan bibirnya dengan bibir milik Donghyun. Mengecupnya dengan pelan, lalu melepaskannya dalam waktu singkat.
"Ini ciuman Sungyoon-hyung..." jelas Joochan. Lalu ia kembali menempelkan bibir mereka.
Joochan menghisap bibir bawah Donghyun. Ia lalu mencengkeram kedua pipi Donghyun agar bibir anak itu terbuka. Joochan segera memasukkan lidahnya. Mengajak lidah Donghyun mengiringi permainan. Ia menuntun kepala Donghyun untuk mendongkak menggunakan tangannya, agar mengeksplor lebih.
Donghyun diam saja. Ia tak tau ingin merespon apa. Ia hanya menunggu Joochan selesai. Namun, ciuman Joochan makin membuatnya merinding. Joochan menciumnya dengan lihai. Hingga Donghyun pun merasa sangat nikmat dan kehilangan keseimbangannya lalu jatuh terduduk di atas kasur.
Bukannya menghentikan ciumannya, Joochan masih membuat bibir mereka tetap bersatu dengan membungkukkan tubuhnya yang bertumpukan bahu si mungil, Donghyun. Sampai akhirnya Joochan melepaskan tautan mereka. Sebuah saliva masih menghubungkan mereka, tapi tak bertahan lama hingga putus.
"...dan itu ciuman orang dewasa." sambung Joochan.
Donghyun membersihkan saliva yang mengalir di dagunya dengan lengan bajunya yang oversize. Ia lalu menatap nyalang Joochan.
"Ciuman orang dewasa? Itu hanya french kiss!" Donghyun membantah.
Joochan berdiri di hadapan Donghyun. Ia menutup bibir Donghyun dengan jari telunjuknya. Mengisyaratkan Donghyun agar diam.
"Baiklah, kau bukan anak kecil." hela Joochan. Raut wajahnya jadi malas dan sepertinya tak berniat berdebat.
Joochan pergi meninggalkan kamar Donghyun. Si rambut abu-abu cuma menatapnya diam bahkan saat Joochan telah menutup pintu. Donghyun mengambil kembali ensiklopedia yang sempat terjatuh tadi. Mengusap debu yang menempel pada buku itu cuma untuk basa-basi.
"Tidaaakkk!!" Donghyun berteriak tiba-tiba, mengingat apa yang terjadi tadi pagi.
Joochan itu menyebalkan. Mereka barusan bertemu, namun si rambut pink bodoh itu tidak meminta maaf, malahan membuat masalah baru. Donghyun beranjak duduk, menenangkan dirinya dengan menetralkan pernafasannya. Di saat itulah Jibeom masuk ke kamarnya.
"Kau lihat Jaehyun?" tanya Jibeom.
"Tidak." Donghyun kelihatan sedikit lemas, Jibeom jadi khawatir.
Jibeom lalu duduk di samping Donghyun, di pinggiran ranjang.
"Kau baik-baik saja?" cemas Jibeom.
Donghyun menggelengkan kepala. Jibeom langsung saja memutar tubuh mereka agar berhadapan. Melakukan kontak mata secara langsung dengan si manis yang pucat itu.
"Yang mana yang sakit?" Jibeom bertanya dengan penuh kekhawatiran. Pasalnya, Donghyun yang selalu ceria dan jarang sakit ini, memucat juga bibirnya membiru.
"Kau sakit apa?" tanyanya lagi. Namun Donghyun hanya menggeleng.
"Aku tak apa. Hanya..." Donghyun memberi jeda sebentar, dan Jibeom mengangguk agar anak itu melanjutkan kata-katanya.
"Jibeom, bisakah kau menciumku?"
"Hm?" Jibeom memasang wajah kaget yang malah kelihatan bodoh.