09

557 50 0
                                    

Donghyun masih menangis saat sudah pulang dari kemah. Ia pulang lebih dulu dengan alasan sakit. "Lagian perkemahannya tidak wajib, kenapa harus aku ikuti?" alasannya. Semua penghuni flat masih sekolah, kecuali Kak Daeyeol. Dia sedang berkerja. Jadi flatnya kososng.

Donghyun menangis dan terus menggumam "Aku jahat. Aku jahat" di dalam kamarnya. Kemudian Kak Sungyoon pulang, dan mendengar tangisan dari kamar Donghyun dan Jaehyun. Ia memasuki kamar yang tak terkunci itu dan melihat Donghyun yang menggulung dirinya dengan selimut. Kak Sungyoon duduk di dekatnya lalu menepuk punggungnya.

"Donghyunnie, kau baik-baik saja?" tanya Kak Sungyoon. Ia khawatir.

Donghyun merasakan ada yang menyentuh punggungnya, ia lalu membalikkan badan.

"Sungyoonnie-hyung..." ucapnya memastikan.

Ia pun berteriak "Joochan jahat, Sungyoonnie-hyung! Joochan jahat!", membuat Kak Sungyoon terpenjat, kaget.

Ia melompat ke arah Kak Sungyoon dan memeluknya.

"Ya ampun, ada apa? Ada apa? Apa yang dilakukan Joochan?"

Kak Sungyoon menepuk-nepuk bahu Donghyun, mencoba menenangkannya. Ia mendudukkan Donghyun di sampingnya, dan meminta Donghyun untuk bercerita.

Donghyun pun menceritakan semuanya, bahkan bencana yang sudah menimpa sahabatnya. Kak Sungyoon mengangguk mengerti. Ia menggenggam tangan Donghyun dan memberikan Donghyun dukungan.

"Itu bukan salahmu, Donghyun. Joochan mungkin emosi karena mungkin... yah.. dia menyukai Minseok?"

Donghyun menganggukkan kepala, setuju.

"Lagian itu tak ada sangkut-pautnya denganmu, kan? Kau sudah melakukan hal yang terbaik."

"Jika Minseok tidak ingin lagi berbicara denganmu atau berteman denganmu, itu artinya dia tidak membencimu. Namun Minseok masih bermain denganmu, kan? Masih ingin menjadi temanmu, kan? Artinya kau tidak bersalah. Sama sekali tidak." Kak Sungyoon berkata, dan kata-kata itu benar-benar membuat Donghyun ceria kembali.

Kak Sungyoon adalah yang terbaik bagi Donghyun. Suka memberikan dukungan dan dorongan kepadanya. Karena itulah ia mengaguminya.

"Satu lagi, aku harus memberi tau mu ini, Donghyun,"

Donghyun mendekat. Kak Sungyoon menatapnya serius. Mereka menatap satu sama lain, seperti akan membicarakan hal yang serius.

"Kau jangan terlalu baik. Kalau ada yang meneriakimu, teriaki balik dia!"

"Bersikap kasar agar kau tidak ditindas. Kalau bisa, gunakan kata-kata kutukan."

"Juga, jika dijahili, jahili balik! Di-bully? Bully balik!" nasihat Kak Sungyoon kepada Donghyun.

Karena nasihat itulah Donghyun berubah total menjadi sekarang ini.

Sungguh, dia sangat manis, dulu. Terimakasih, Kak Sungyoon.

***

Donghyun pulang dari supermarket. Di flat, dia bertemu dengan Bomin.

"Loh, Bomin? Pulang cepat?" Donghyun bertanya.

Bomin meletakkan tasnya di atas nakas.

"Guru rapat, hyung."

"Yang lain belum pulang?"

"Yang lain pada keluyuran."

Donghyun pun berlari ke arah Bomin. Memindahkan kantong plastik supermarket pada tangan kirinya. Tangan kanannya ia gunakan untuk menepuk kepala Bomin. Walaupun kakinya harus dijinjit.

"Anak baik, Bomin."

Pada saat itu pula, Joochan melihat pintu depan yang belum ditutup. Rencananya ingin masuk lewat pintu belakang, untuk menghindar Donghyun. Tapi sepertinya tidak jadi. Sembari menutup pintu, ia hendak masuk lewat pintu depan. Berharap tak ada Donghyun, namun sepertinya harapan itu tak mungkin dikabulkan dengan cepat begitu saja. Donghyun ada di sana, dengan Bomin. Terkejut sekali, ternyata mereka sedang berciuman.

Joochan hanya mengabaikan mereka. Pura-pura tak lihat. Pergi keluar, ke pintu belakang, dan berakting layaknya tidak melihat apa-apa.

"Kenapa ada Donghyun?" cuma itu yang ia ucapkan setelahnya.

Donghyun terkejut saat Bomin mengecup bibirnya. Donghyun menjinjit supaya lebih mudah menangkup kepala Bomin. Dibawanya lidah Bomin untuk bermain. Seperti yang dilakukan Joochan kepadanya kemarin. Jibeom tidak bisa memberinya, Bomin bisa.

Bomin membalasnya. Dilingkari tangannya pada pinggang Donghyun. Menarik tubuh itu semakin mendekat. Donghyun tidak bisa melakukan sebaik Joochan. Ia tak pernah melakukan ciuman seperti ini, kecuali dengan Joochan kemarin. Yang Donghyun lakukan hanyalah meng-copy Joochan. Sementara Bomin hanya memejamkan mata dan membiarkan Donghyun mendominasi.

Ciuman itu pun terlepas.

"Kau sudah sembuh, hyung?" Bomin bertanya. Donghyun menjawabnya dengan senyuman tercerahnya.

"Sudah."

Yang lebih muda membentangkan tangannya, meminta yang lebih tua masuk ke dekapannya.

Melihat wajah bahagia itu, Donghyun ingin melakukan apa yang Bomin minta. Ingin Bomin memeluknya. Ingin kedua tangan Bomin mendekapnya erat. Ia sangat ingin membalas pelukan tubuh besar itu dan tak ingin dilepas. Namun ia lupa kalau kantung plastik belanjaannya terjatuh ke lantai.

"Oh, astaga!" serunya saat melirik kantung plastik itu.

KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang