Jibeom kaget saat Donghyun memintanya untuk menciumnya. Padahal, setiap kali Jibeom lah yang akan langsung memberinya ciuman –di pipi pastinya– tanpa aba-aba. Ia mengiyakan permintaan temannya itu dengan cara mengangguk.
Donghyun tentunya senang. Dia memberikan Jibeom senyum terbaiknya, dan matanya otomatis terpejam. Jibeom menempatkan tangannya di atas paha Donghyun. Ia juga memejamkan matanya.
Jibeom memberikan kecupan di pipi kanan Donghyun. Karena Jibeom duduk di sebelah kanannya, dan Donghyun yang di sampingnya menjadi marah. Lagi-lagi ia kesal.
Bukan ini yang ia inginkan. Ia menatap Jibeom dengan tampang marah, namun malah lucu di mata Jibeom. Ia mencubit kedua pipi yang menggembung itu.
"Kenapa malah marah?" Jibeom tertawa, mengusak-usak surai abu-abu Donghyun.
Donghyun memukul tangan Jibeom, mengusir tangan itu dari rambutnya.
"Jibeom! Dengan benar!"
"Apa? Apanya yang dengan benar? Hm?"
Jibeom menggoda Donghyun.
"Ci-ci-ciuman... Ciumannya." cicit Donghyun. Ia menundukkan kepalanya dan pipinya bersemu merah.
"Bagaimana? Kau ingin bagaimana, hm?"
Benarkan. Kalau Donghyun itu adalah sasaran empuk untuk digoda. Buktinya, si rambut merah ini baru saja bertemu dengan Donghyun dan dia sudah membuat anak itu kesal.
Donghyun mengepalkan tangannya. Sudah cukup untuk dibuat jengkel buat hari ini.
"Jibeom!"
Dia menarik Jibeom keluar, lalu menutup kuat pintu kamar. Jibeom yang diusir malah terkikik geli.
"Ya ampun, lucu sekali," gumamnya.
Jibeom pergi meninggalkan kamar Donghyun dan Jaehyun, tapi dia malah teringat tujuannya kesana. Mencari Jaehyun. Dia menepuk jidatnya, baru ingat. Kak Daeyeol tadi menyuruhnya mencari Jaehyun karena belum pulang dari rumah teman dari tadi pagi.
Jibeom sudah menelpon Jaehyun, tapi anak itu bilang kalau sedang dalam perjalanan pulang. Bohong. Sudah beberapa jam, tapi masih belum terlihat saja sosok itu. Biasanya dia akan langsung nyelonong masuk ke kamarnya, tetapi tadi cuma ada Donghyun di sana. Jibeom tak ambil pusing. Ia masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka dan bersiap tidur.
Di kamar mandi, dia malah melihat sebuah bilik yang tertutup tanpa ada suara apa pun. Jibeom penasaran, jadi dia bertanya dengan berani. Walaupun dia takut. Siapa tau itu hantu semacam Hanako atau apapunlah itu.
Duk Duk Duk "Halo.." suara ketukan pintu diiringin dengan suara panggilan Jibeom yang pelan.
Sementara, pria dibalik bilik itu mendongkakkan kepalanya, terkejut. Ia tak menyangka kalau ada seseorang yang memanggilnya.
"Ji-Jibeom. Berisik. Ini aku, Joochan."
Mendengar suara Joochan yang membalas, Jibeom dapat bernafas lega. Jibeom mengetuk kembali pintu itu namun dengan tegas, tidak pelan seperti tadi.
"Joochan! Kenapa diam saja? Aku kira kau hantu."
"Ya ampun. Penakut sekali." Joochan membalas teriakan Jibeom dari dalam bilik.
"Cepatlah. Memangnya apa yang kau lakukan?"
Terdengar suara percikan air, Jibeom sedang mencuci muka. Saat itulah Joochan baru sadar kalau sekarang sudah jam tidur.
"Tunggu! Jangan kunci kamar dulu."
"Tau saja aku ingin mengunci kamar duluan."
Jibeom menarik kedua sudut bibirnya, menampilkan smirk. Walaupun Joochan tak melihatnya, tapi Joochan tau kalau si rambut merah sedang tertawa jahat.
Saat suara percikan tak terdengar lagi, Joochan jadi gelisa. Ia membuka pintu tiba-tiba dan melihat Jibeom yang jalan santai sambil memutar-mutar kunci pada tangannya.
"Kalau lama, kau tidur di sofa."
Joochan memutar bola matanya, malas. Ia sudah hafal akan kebiasaan Jibeom saat sudah waktu tidur. Mengunci pintu kamar. Entah untuk apa, tapi itu membuat Joochan tak suka menjadi roommate Jibeom.
Terpaksa, Joochan mengiringi Jibeom. Ia berjalan canggung ke kamar mereka. Sebenarnya, Jibeom penasaran kenapa Joochan berdiam diri di kamar mandi. Tapi ia tau kalau setiap kali Joochan seperti itu, pria itu sedang menangis. Karena itu ia tak menanyai apa pun sedari tadi.
Sampai di kamar, Joochan terlihat aneh. Biasanya saat ia sedang mengganti baju, ia tak segan-segan memberikan tontonan gratis berganti pakaiannya kepada Jibeom. Namun sekarang ia menghadapkan tubuhnya ke dinding, dan Jibeom hanya bisa memutar bola matanya lalu melakukan hal yang sama. Mereka mengganti pakaian kasual mereka dengan piyama, tak seperti biasanya.
"Kalian berdua bertengkar lagi?"
