05

621 56 2
                                    

Biasanya Jibeom dan Joochan tidak malu-malu menatap satu sama lain saat mengganti pakaian. Namun hari ini sangat berbeda. Biasanya, ini akan terjadi ketika mereka sedang bertengkar saja.

Jam di dinding menunjukkan pukul sepuluh malam. Jaehyun sedang mengendap-endap menuju kamarnya. Ia melihat kejanggalan, dimana pintu kamar Jibeom dan Joochan belum di kunci. Aneh. Biasanya sudah langsung dikunci, apalagi sudah jam sepuluh malam lewat.

Jaehyun membuka pintu, pelan. Ia lalu menyembulkan kepala, mengintip ke dalam. Ia melihat dua orang penghuni kamar yang saling memunggungi satu sama lain.

Jaehyun bertanya kepada keduanya.

"Kalian bertengkar lagi?"

Ia membuka pintu itu lebih lebar agar dirinya bisa masuk. Semua penghuni di flat ini adalah pria, jadi tak ada teriakan alay saat pintu itu terbuka lebar.

Tak seorang pun menjawab. Jaehyun duduk di atas kasur tanpa permisi. Keduanya memutar bola mata, malas. Joochan masih bertelanjang dada dan Jibeom sedang mengancing baju. Ketika selesai, Jibeom lalu membuka suara.

"Kau baru pulang? Daeyeol-hyung sibuk mencarimu."

Terlihat kalau Jaehyun menghela nafas, malas, sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Ayolah. Aku akan pulang. Lihat!" Jaehyun bermonolog, ia juga menunjuk dirinya dengan membentangkan kedua tangannya lalu menepuk-nepukkan di dada.

"Telat." Kini giliran Joochan yang berkomentar.

Joochan sudah berbalut piyama birunya. Ia lalu menarik Jaehyun, mengusirnya pergi.

"Kami akan mengunci pintu. Lebih baik kau menemui Daeyeol-hyung."

Memutar bola matanya. Jaehyun pasrah saja saat pergelangan tangannya di genggam tangan dingin Joochan. Setiap kali mereka bertengkar, mereka tidak ingin diusik oleh siapapun. Karena itu Jaehyun membiarkan Joochan membawanya keluar dari kamar mereka.

Jaehyun berbalik dan Joochan langsung menutup pintu. Dingin sekali. Jaehyun tak suka kalau kedua temannya itu sudah bertengkar seperti ini. Ia lalu berteriak.

"Hei~! Bertengkarnya jangan lama-lama."

Namun tak ada balasan. Yang ada hanyalah suara dentingan kunci.

"Astaga, mereka berdua."

Jaehyun menggelengkan kepala. Di kamarnya, ia menceritakan kejadian tadi kepada Donghyun. Donghyun tentu saja akan menjawab "Apa peduli aku dengan dua orang bodoh itu?", membuat Jaehyun lagi-lagi menggeleng kepalanya.

"Kalian bertiga sama saja," hela Jaehyun.

Donghyun mengepalkan tangannya di depan dada. Hendak berkomentar, tapi ia sangat lemas. Jaehyun yang duduk berhadapan dengannya di atas ranjang, merasakan keanehan. Tumben Donghyun tidak marah jika disama-samakan dengan Jibeom dan Joochan.

Jaehyun hendak bercanda dengan berpura-pura menempelkan tangannya di dahi Donghyun, mengecek suhu tubuhnya, dan ternyata Donghyun, suhu tubuhnya benar-benar panas.

"Ya ampun, Donghyun. Kau demam."

Jaehyun khawatir. Ternyata Donghyun bisa demam juga, pikirnya.

Donghyun menghela nafas, malas. Ia lalu mengambil ancang-ancang untuk berbaring.

"Ingin ku ambilkan obat?" tawar Jaehyun.

"Tidak."

Jawaban dingin dari Donghyun menjadi akhir perbincangan mereka. Donghyun membaringkan tubuhnya, dan Jaehyun mengganti pakaiannya. Kamar mereka berdua sunyi seketika. Sementara kamar Jibeom dan Joochan masih berisik. Penghuninya masih berbincang-bincang.

Jibeom melipat tangannya di depan dada. Ia berdiri di depan Joochan yang duduk di atas kasur.

"Apa yang kau lakukan kepada Donghyun?" interogasi Jibeom.

Yang ditanya menghela nafas. Joochan tau kalau Jibeom menyukai Donghyun, dan akan selalu memusuhinya jika ia membuat Donghyun menangis. Walaupun Donghyun sering marah-marah saat dikerjai, tidak menutupi kemungkinan kalau dia akan menangis.

Sebagai contoh, tahun lalu, Joochan pernah membuat Donghyun menangis saat di perkemahan musim panas. Waktu itu semua orang panik akan anak itu yang tiba-tiba menghilang, lalu Jibeom menemukannya sedang menangis di tengah hutan.

KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang