Sebuah keanehan bagi Jibeom, adalah saat ia melihat Joochan termenung sendiri seperti orang bodoh di pojokan kamar mereka.
Jibeom cuma menggeleng acuh dan tidak mempedulikan. Ia meletakkan tas ranselnya di atas meja belajar seraya mengabaikan Joochan yang kelihatan tidak biasa.
Jibeom memutar bola matanya. Joochan sebenarnya bukanlah urusannya. Tapi, Joochan adalah temannya. Teman harusnya perhatian. Seperti mendengarkan curhatan dan membantu masalah, contohnya.
***
"Jadi, Donghyun. Kau pilih Jibeom atau Bomin?" Itu Jaehyun yang suka mengusik Donghyun dengan segala hal random yang ia lontarkan.
Donghyun di sampingnya mengusak-usak kasar rambutnya, lantar diganggu konsentrasi belajarnya.
"Bukan urusanku, Jaehyun!" bentaknya saat kesabarannya telah habis.
"Oh, ayolah. Mereka berdua terlihat seperti menyukaimu. Bahkan, aku melihat kalian berciuman kemarin!"
"Kau melihatnya?" Donghyun sontak teriak. Matanya membulat kaget.
Jaehyun menjawabnya dengan aggukkan. Tapi, Donghyun tidak ingin melanjutkan. Membuat Jaehyun cemberut kecewa.
"Bukan aku saja, yah. Joochan juga melihatnya." Dan itu membuat Donghyun kembali mengalihkan atensi ke Jaehyun.
"Joochan juga?"
"Iya." Itu akhir dari pembicaraan. Karena, sekali lagi Donghyun tidak membalas. Memang tidak seru sekali anak ini.
Jaehyun sekali lagi memasang tampang cemberutnya. Namun, yang namanya Bong Jaehyun tidak akan pernah lelah mengganggu ketenangan Kim Donghyun. Karena itu, banyak sekali ide jahil yang merasuki otaknya.
"Hei, Donghyun. Kenapa kau hanya menoleh saat aku sebut nama Joochan?" canda Jaehyun. Tapi, bagi Donghyun itu tidaklah lucu.
Daripada meladeni si menyebalkan no. 3 ini, mending Donghyun kembali dengan buku Bahasa Inggrisnya.
"Apa kau menyukai Joochan?" sambung Jaehyun setelahnya. Pipi Donghyun merona hebat.
"Ternyata benar," ucap Jaehyun, melihat wajah memerah Donghyun.
"Sudahlah, Jaehyun. Jangan mengganggu aku. Aku tidak menyukai Jibeom," gerutu halus Donghyun sambil memasang wajah biasa-biasanya.
"Ya sudah."
Untung saja Jaehyun tidak menyebalkan malam ini. Biasanya, ia selalu mengusil atau menyudutkan Donghyun sampai puas. Namun, hari ini Jaehyun langsung berbaring di kasurnya dan memilih bersantai saja dengan ponselnya. Aneh sekali.
Juga, ada satu hal yang juga sangat aneh. Yaitu, tidak ada satupun yang udik dengan ulangtahunnya. Biasanya kan, dia selalu disambut antusias oleh semuanya.
Aha! Pasti ada surprise kan, besok? Donghyun sudah tau.
***
Sekarang, Jibeom mengerti. Ternyata, Joochan sempat menyatakan cintanya kepada Minseok tadi siang. Pantas saja dia sering murung di bilik toilet. Dia sedang jatuh cinta rupanya.
"Tidak baik seperti itu, Joochan. Kau tidak boleh melamun seperti itu. Apalagi di toilet. Nanti kesurupan loh," nasihat Jibeom lalu dia berlalu untuk pergi ke kamar mandi.
Joochan mengabaikan saja masukkan Jibeom yang tidak berguna itu. Jibeom tidak tau saja kalau ucapan tolak Minseok sangatlah menyesakkan.
"Maaf, Joochan. Aku tidak bisa," kata Minseok tadi.
"Kenapa tidak?"
"Maaf saja. Tapi, Donghyun adalah sahabat terbaikku."
"Memangnya ada apa dengan Donghyun?" Joochan jadi bingung saat itu. Kenapa tiba-tiba bawa nama Donghyun, pikirnya.
"Kau tidak tau? Dia kan menyukaimu. Kau tidak ingat dia pernah memberimu buket waktu kau memenangkan lomba piano?"
Begitulah tadi.
Ah, Joochan jadi malu untuk mengingatnya. Tidak. Bukan karena dia sudah tertolak. Melainkan karena tak bisa berkata apa-apa lagi setelah mendengar sebuah kebenaran.
Jadi, selama ini Donghyun menyukainya? Dan dia selalu jahat dengannya, tapi Donghyun masih tetap menyukainya?
Tunggu. Bukankah Jibeom menyukai Donghyun, sementara dia menyukai Minseok? Hm, lingkaran cinta macam apa ini? Jangan bilang kalau Minseok menyukai Jibeom. Makin pusing nantinya.
Joochan tak peduli jadinya. Tapi, tidakkah ia harus meminta maaf dengan Donghyun? Lalu, ia akan... menolak Donghyun dengan halus? Itu... Itu jahat!
