3.

586 92 7
                                    


Kini Diana, Gerald, dan juga Jungkook tengah mengelilingi ranjang yang tempat Lisa tertidur. Diana sangat tidak menyangka Tuhan dengan sendirinya mempertemukan Jungkook dengan Lisa walau pertemuannya sangat tidak ada romantisnya.

"Nak, kamu yakin dia tidur? Dia nafas kan?" Tanya Diana mencemaskannya.

"Ya nafas dong Mama gimana sih." Jawab Gerald kesal.

"Siapa tau kan dia.. ih amit-amit kan belum jadi menantu Mama!" Diana terkekeh ditempatnya.

"Sstt, Mama jangan berisik nanti dia bangun." Tegur Gerald.

"Mama pelan-pelan tau ngomongnya! Papa nih yang kekencengen kalau ngomong." Diana menyikut lengan Gerald tak terima.

"Kok Papa sih, Papa diem aja perasaan."

"Mana ada, daritadi Papa ngoceh mulu!"

"Bukannya Mama yang ngoceh?"

"Papa juga ih gak ngaku!"

Jungkook memijit pelipisnya. Selalu saja mereka berakhir dengan berdebat. Kalau berdebat diluar sih tidak masalah tapi kalau disini, bisa membangunkan Lisa dari tidurnya.

"Ma, Pa. Tolong kalau mau berdebat diluar aja nanti dia bisa kebangun." Ucapnya lirih.

"Tuh kan Papa sih," Diana menekuk wajahnya merasa bersalah.

"Kok Papa sih, yaudah mending kita keluar aja yuk, debatnya dilanjut diluar aja ya Mama ku sayang." Gerald menarik tangan istrinya itu untuk meninggalkan Jungkook di kamar itu sendirian.

Kadang Jungkook geli sendiri melihat kelakuan orang tua nya yang bisa dibilang masih seperti abg labil, agak agak alay gitu. Tapi ya bagaimanapun mereka tetap orang tuanya.

Jungkook mendekat pada gadis yang tertidur dengan posisi masih tak berubah. Jungkook perhatikan setiap inchi wajahnya. Cantik.

"Engh," Lisa bergerak dan membuka matanya perlahan.

Jungkook merutuki dirinya yang begitu bodoh karna terlalu dekat menatap gadis itu. Jelas kalau Lisa melototkan matanya terkejut melihat kehadiran Jungkook yang sedekat itu dengan wajah Lisa.

"Lo siapa?!" Lisa terlunjak kaget dengan refleks ia memundurkan tubuhnya menjauh untuk berjaga-jaga.

Jungkook berdiri dan menatap Lisa dengan santai. Sepertinya Lisa tidak ingat dengan kejadian kemarin. Syukurlah, itu artinya Lisa juga tidak ingat dengan perkataan yang menyebut dirinya adalah calon suaminya. Kalau dipikir-pikir geli juga ia pernah mengatakan itu.

"Heh lo siapa malah bengong lagi! Lo ngapain ada di kamar gue!" Lisa menatap tajam ke arah Jungkook sedikit was was.

"Kamar kamu? Yakin?" Jungkook tersenyum tipis lalu memasukkan kedua tangannya dikantong celana.

Lisa melirik sekitarnya yang tampak berbeda. Dari cat dindingnya, furniture nya, perabotannya, spreinya. Tunggu tunggu, kamarnya kan tidak pernah ada gambar iron man nya! Dan kamarnya juga tidak seluas ini. Lalu dimana dia sebenarnya?

"Lo bawa gue kemana?! Lo culik gue ya?! Gue bisa patahin tulang lo kalau lo macem-macem!" Lisa memposisikan tangannya seperti seorang peninju. Ia sudah siap untuk bergelut dengan laki-laki didepannya.

Jungkook tidak takut sama sekali, entah kenapa menurutnya ini justru terlihat lucu lantas ia tertawa kecil ditempatnya. "Kalau saya memang penculik, kamu akan tetap matahin tulang saya?" Tanyanya dengan nada meremehkan.

"O iya jelas! Gue gak main-main ya gue itu jago bela diri jangan sampai lo mati ditangan gue! Biarin gue pergi atau.."

"Atau apa? Hm?" Jungkook melangkah mendekat mengiris jarak dengan gadis itu.

DijodohinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang