Hari ini adalah jadwal Lisa untuk pergi sekolah. Namun bukan Lisa namanya kalau bangunnya kepagian. Sudah hampir pukul tujuh dan gadis itu masih senang bergelut dengan kasurnya.Walau Lisa selalu memasang alarm tetap saja bangunnya kesiangan. Biasanya Lisa akan bangun dengan sendirinya ketika sinar matahari sudah menyentuh kulitnya. Seperti saat ini, gadis itu langsung bangkit dari kasur begitu menyadari dirinya kesiangan lagi.
Tak perlu waktu lama untuk mandi dan bersiap-siap, Lisa segera turun dari kamar dan menghampiri Ralina di kamarnya.
"Bunda, Lisa berangkat dulu ya." Bisiknya ditelinga Ralina yang tengah tertidur pulas. Lisa tersenyum menatap wajah Bundanya sebelum akhirnya keluar dari kamar dan berangkat menuju sekolah.
Jika anak pada umumnya tidak bisa bangun pagi, pasti ada ibu nya yang akan membangunkan. Tapi untuk Lisa, itu tidak berlaku. Jadi tak heran kalau gadis itu sering terlambat. Lisa tidak sedih dan iri karna hal itu. Justru Lisa merasa beruntung karna walau Bundanya tidak bisa melakukan hal itu, Bundanya masih bisa menyambutnya ketika pulang sekolah dengan senyuman.
Bagi Lisa, dunia mu akan baik-baik saja saat ibumu masih bisa tersenyum.
Seperti feeling nya, kali ini lagi lagi dirinya terlambat lagi. Terpaksa Lisa harus memarkirkan motornya ke warung samping sekolah. Dan setelah itu Lisa akan memanjat pohon untuk bisa menerobos masuk ke sekolah tanpa harus menghadapi satpam yang bawelnya minta ampun itu.
Brukk!
Tubuhnya berhasil masuk ke halaman sekolahnya. Lisa tersenyum senang, telapak tangannya menepuk bagian belakang roknya yang kotor. Lalu dirinya berjalan mengendap-endap tanpa suara menuju kelasnya.
Lisa menyipitkan matanya mencoba memfokuskan indra penglihatannya ke sekitarnya berjaga-jaga dari guru pengawas yang selalu menunggu siswa-siswa yang terlambat untuk diberi hukuman.
Lisa menghela nafas lega saat matanya tidak menangkap ada nya guru pengawas. "Aman, Lis. Kali ini lo gak bakal kena hukuman." Lisa terkekeh.
"Siapa bilang kamu gak bakal kena hukuman?" Lisa melototkan matanya. Kemudian ia berbalik dan mendapati Bu Rinjani guru pengawas berkaca mata tebal sedang menatap Lisa dengan tatapan mautnya.
"E-eh Bu Rinjani, apa kabar Bu? Ibu kok kurusan ya sekarang, banyak pikiran ya Bu?" Lisa tertawa kecil sambil memegangi lengan guru pengawasnya sebagai bentuk basa basi.
"Iya saya banyak pikiran, mikirin siswa-siswa terlambat kayak kamu!" Gertaknya membuat Lisa menciut ditempatnya, "Lisa, Lisa, sudah berapa kali kamu terlambat? Kamu ini sudah kelas 12 bukannya memperbaiki sikap malah semakin seenaknya!"
Lisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dengan cengiran, "Ya, ya abisnya gimana ya Bu, saya.. saya.."
"Gak usah banyak alasan! Bersihkan toilet guru sekarang!"
"T-tapi Bu, Lisa kan cuma terlambat 30 menit. Masa harus dihukum juga." Ucapnya membela diri.
"30 menit kamu bilang cuma? Ibu tidak butuh alasan, cepat bersihkan toilet guru dekat perpustakaan! Dan jangan kembali ke kelas sebelum hukuman kamu selesai!" Setelah itu Bu Rinjani berjalan meninggalkan Lisa.
Lisa menghentakkan kakinya kesal. Pagi ini tidak ada bedanya dengan pagi sebelumnya. Selalu saja terkena hukuman. Lisa menghela nafas panjang lalu mulai berjalan menuju toilet yang dimaksud Bu Rinjani untuk menyelesaikan hukumannya.
Lisa terus memaju mundurkan kain pel yang dibawanya. Gadis itu semakin mahir dalam hal membersihkan toilet sekarang karna saking seringnya mendapat hukuman seperti itu. Mungkin Tuhan ingin dirinya belajar menjadi gadis yang peduli dengan kebersihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohin
FanfictionGimana sih rasanya nikah diusia muda? That's so crazy. Apalagi lo nikah sama orang yang sama sekali ga pernah lo temuin. Dan semenjak gue nikah, hidup gue yang awalnya tenang banget berubah jadi abstrak penuh larangan. Apapun yang pengen gue lakuin...