Part 10

34 1 0
                                    

Keesokan harinya, Atalla kembali bekerja di proyeknya. Haifa, yang sudah menyiapkan sarapan dengan sangat menggugah selera, memutuskan untuk mengajak suami nya itu untuk sarapan pagi bersama.
"Mas, sarapan dulu yuk," Ajak Haifa riang, sambil menatap suami nya yang sedang mengenakan sepatu.
Lagi-lagi Haifa terkacangi. Atalla memang seperti es batu, batinnya.
"Aku udah buatin omelette sama roti bakar peanut, Mas. Kata mama, kamu suka banget kacang 'kan?" Seru Haifa sambil senyum sumringah, berusaha menetralkan suasana.
Pria itu masih terdiam sambil mengikat tali sepatunya. Selang beberapa detik, dengan merasa tidak salah sama sekali Atalla meninggalkan istrinya itu tanpa pamit.
"Mas, sarapan dulu!" Teriak Haifa lalu mengejar suaminya yang akan masuk mobil.
Langkah Atalla terlalu cepat, dengan gesit pria itu masuk ke mobilnya dan mengenakan septibel.
Haifa mengetuk-ngetuk kaca mobil suaminya itu sedikit keras.
"Mas buka dulu kacanya! Aku belum salaman sama kamu! Mas!" Percuma, mobil itu melaju begitu saja, tidak memperdulikan sama sekali Haifa yang kesusahan membujuk.
Lagi-lagi gadis itu hanya menghembuskan nafasnya. Jika dalam pernikahannya kemarin ia terus menangis, sekarang gadis itu memutuskan tidak akan menangis, sesakit apapun perlakuan suaminya itu kepadanya.
"Pantes aja suka banget rasa kacang, orang hobinya ngacangin," Celetuk Haifa sambil menatap kepergian mobil Rush putih suaminya itu.

Haifa kembali ke dalam rumah. Sejak semalam gadis itu hanya mengenakan daster berwarna merah marun dan jilbab instan pink yang membalut kepalanya.
'Di rumah ini, kan. Gausah pake yang ribet-ribet,' Fikir nya.
Haifa termenung, harus bagaimana ia mencairkan sikap suaminya itu? Jika menatap wajahnya saja suami nya itu terlihat enggan.
"Apa aku kirim pesan aja ya, ke Mas Atalla? Hmm.. Aku tanya aja dia udah sarapan atau belum," Ide gadis itu.
Haifa pun segera mengambil ponselnya dan mencari kontak suaminya. Dan betapa merasa konyolnya dia, ketika baru ingat, bahwa gadis itu tidak memiliki kontak Atalla.
Gadis itu pun memutuskan untuk meminta nomor nya kepada Mama Fatma.
Setelah berhasil mendapatkannya, Haifa memutuskan untuk menghubungi via chat WhatsApp.

HaifaMutiara :
Assalaamu'alaikum, Mas Atalla

HaifaMutiara :
Ini aku, Haifa.
Mas udah sarapan belum? Jangan sampe telat makan yaa :)

Haifa menggigit bibir bawahnya, gadis itu merasa sedikit geli.
"Berlebihan banget ga sih aku ini?"
"Ih lebay banget,"
"Eh tapi gapapa deng, kan aku istrinya,"
"Tapi kalo dia tambah ilfeel gimana?"
"Tapi gak salah juga sih,"
Semua itu terlintas di benak Haifa, gadis itu tampak menimang-nimang, apakah ia harus membatalkan pesan yang telah dikirim ke suaminya itu?

Di sisi lain, Atalla baru selesai berdiskusi dengan rekan-rekan kerjanya tentang cara memaksimalkan proyeknya. Saat berdiskusi tadi, hp nya bergetar beberapa kali. Pria itu pun memutuskan untuk membuka ponselnya.
Dahi pria itu berkerut, nomor yang tidak ia kenali baru saja mengiriminya pesan. Ketika dilihat, ternyata itu pesan dari Haifa.
HaifaMutiara :
Assalaamu'alaikum, Mas Atalla

HaifaMutiara :
Ini aku, Haifa.
Mas udah sarapan belum? Jangan sampe telat makan yaa :)

Atalla hanya membaca pesan dari gadis yang kerap mengganggu hidupnya kini. Sama sekali tidak ada niatan untuk membalasnya.
"Aku mau pisah dari gadis itu," Batin Atalla dingin.

Haifa tersontak kaget ketika melihat chat yang dikirim ke suami nya itu ceklis dua biru, yang artinya pesannya itu telah dibaca oleh suaminya.
"Ya Allah!! Gimana dongg!!" Haifa ketar-ketir, gadis itu meremas daster yang dikenakannya dan merasa bodoh dengan apa yang telah di lakukannya.
Gadis itu yakin, Atalla tidak akan membalas pesannya. Karna untuk bicara saja suaminya itu enggan, apalagi untuk membalas pesan.
"Gapapa deh gak dibales, seenggaknya aku udah berusaha kasih perhatianku buat mas Atalla," Gumam gadis itu sambil menekupkan ponselnya di dada.

Malam hari tiba, Haifa sudah siap dengan masakannya yang sungguh menggugah selera. Pukul 20.00 Malam, suaminya itu datang. Haifa segera membuka kan pintu.
"Udah pulang, Mas?" Haifa mengulur sedikit tangannya untuk mencium punggung tangan suaminya itu. Eits, jangan lupakan lagi senyum cerah nya yang selalu tampak di hadapan suaminya.
Namun apa yang terjadi, suami nya itu malah nyelonong masuk rumah begitu saja, menubruk sedikit bahu Haifa yang saat itu berdiri di depan pintu.
Gadis itu tercengang, rasa sakit yang bertubi-tubi menjalari hatinya. Sesak, itulah yang di rasakannya sekarang.
"Itukah yang di namakan punya agama yang baik?" Haifa mengucap dalam hatinya, lalu gadis itu beristighfar berkali-kali.
Gadis itu tak akan menyerah, segera ia menutup pintu dan mengekori suaminya dari belakang.
"Mas mau aku masakin air panas? Atau mau aku siapin baju? Hmm.. Makan malem dulu juga gapapa," Ucap Haifa sambil mengekori suaminya itu. Tepat di depan pintu kamar Atalla, pria itu diam mematung. Otomatis, Haifa juga menghentikan langkahnya.
Atalla memutar tubuhnya, pria itu kini sedang berhadapan dengan istrinya yang berdiri di depannya juga.
Wajah itu tidak memancarkan ekspresi apapun. Lebih tepatnya, tidak ada ekspresi, dingin.
"Stop. Jangan masuk kamar saya," Kata Atalla, membuat Haifa jadi kesal sendiri.
"Dasar es batu!" Teriak Haifa, tepat di telinga suaminya itu. Gadis itu sangat kesal, bahkan Atalla tampak mengernyitkan dahinya, tidak percaya dengan apa yang dilakukan istrinya.
"Kenapa? Kaget ya, aku bisa ngegas sekarang?" Tanya Haifa dengan wajah menantang pria di hadapannya.
"Apa mau mu?" Masih tanpa ekspresi, Atalla bertanya kepada istrinya yang terlihat kesal itu.
"Aku tau, Mas. Pernikahan ini hanyalah sebuah perjodohan. Aku tau, kita menikah bukan atas dasar Cinta. Tapi, bisa gak sih kamu hargai aku dikit? Bisa gak kamu anggap aku ini istrimu?" Haifa meluapkan semua kekesalannya, gadis itu menaikkan suaranya sedikit. Air matanya sudah diujung pelupuk, tapi dengan gesit Haifa membalikkan tubuhnya dan mengelap nya dengan jilbab yang di kenakannya.
"Kalo kamu ga tahan jadi istri saya, kamu bisa gugat cerai," Ucap Atalla dingin. Haifa melotot, gadis itu benar-benar tidak percaya dengan perkataan pria yang baru saja menjadi suaminya 2 hari ini.
"Kamu fikir aku main-main dengan pernikahan ini ya, Mas?" Haifa memberanikan diri menatap tajam wajah suaminya yang flat itu.
"Aku gak pernah berfikir untuk menikah dua kali, Mas. Apalagi bercerai. Mas pasti tau kan? Kalo bercerai itu hal yang sangat di benci Allah? Aku melakukan pernikahan ini karna ku anggap ini adalah ibadahku, dan hanya sekali dalam hidup aku. Tapi, dengan entengnya kamu ngomong kayak gitu? Kamu punya hati gak sih?" Gadis itu mencecar pria di hadapannya itu, Atalla hanya menatap istrinya datar dan tidak ada niatan untuk membuka mulut.
"Kenapa? Kenapa gak jawab, Mas?" Tanya Haifa tegas, pria itu tetap terdiam, sangat datar.
Haifa muak, gadis itu merasa hanya membuang-buang waktu saja menunggu suaminya itu harus membuka mulut.
"Semoga Allah melembutkan hati kerasmu, Mas!" Tegas Haifa lalu meninggalkan Atalla yang masih terdiam, pria itu tidak merasa bersalah sama sekali.

Haifa tak kuasa menahan rasa sesak di dadanya. Tapi gadis itu tidak mau menangis, dia tidak mau menampakkan kesedihannya walaupun hanya kepada dirinya sendiri.
Haifa segera berwudhu dan melaksanakan shalat Hajat, itu adalah salah satu obat penenang hatinya yang sedang di banjiri kekesalan seperti sekarang ini.
Gadis itu bermunajat kepada Allah, dengan khusyu' ia berdo'a agar suaminya di lembutkan hatinya.
Di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Haifa ingin sekali menceritakan semua ini kepada Abi dan Ummi nya, kadang ada rasa ia ingin ummi nya tahu tentang sikap pria itu kepadanya, seakan-akan karna ummi menjodohkan, Haifa lah yang tersakiti seperti sekarang. Namun, hati kecilnya menolak. Setiap kali ingin bercerita kepada ummi, gadis itu selalu merasa berat. Apa mungkin ini pertanda dari Allah? Bahwa gadis itu harus menghadapi rumah tangganya dengan sabar? Tapi.. Apakah seorang Haifa bisa? Gadis yang mudah marah dan kesal.
Apakah Haifa bisa bertahan?










YUHUUU, Alhamdulillahh.. Give thanks to Allah, akhirnya part 10 selesaii.. Lanjut part 11 yaaa..

Seberapa gereget nya kamuu sama sikap Atalla?
Aku sih... Belom tauu hehee
Jangan lupa vote dan comment yaaa, mohon maaf bila banyak kesalahan..

Jazakumullah Khairrr..❤️

About Haifa's KindnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang