Pilihan Hidup Menuju Halal

47 5 0
                                    

"Nikah itu ga enak, tapi enak banget."

"Kalau tahu kayak gini rasanya, mending aku nikah dari dulu."

"Ngapain lama-lama pacaran, buruan nikah."

"Cepet nikah, biar pulang kerja ada yang nyambut."

"Usia udah segini, sampai kapan mau jadi jomblo?"

"Karir kerjain terus, karir rumah tangga kapan?"

Pernah nggak sih denger kata-kata kayak gitu? Atau kalian saat ini sedang jadi korbannya? Atau jangan-jangan kalian sendiri yang jadi pelakunya?

Sedikit mau sharing sih, tentang pilihan hidup menuju halal. Berat banget bahasannya ya? Berasa sekarang masih jadi makhluk yang haram, haha.

Ada orang yang menikah usia dibawah 20 tahun. Ada orang yang menikah di usia yang katanya ideal, yaitu antara 20 sampai 30 tahunan. Ada pula orang yang menikah di usia yang hisa dibilang matang, 30 tahun ke atas. Dan mungkin ada pula orang yang memilih untuk menikmati hidupnya sendiri, tanpa hadirnya seorang pasangan. Dan semua itu adalah pilihan masing-masing orang.

This is just my opinion, kadang suka kesel sama orang-orang yang sering banget nanya kapan nikah. Kayak ketahuan banget ya kalau sering jadi korban dari pertanyaan tak bertanggung jawab ini, wkwk. Apalagi tanya sekaligus memaksa seperti "Kapan nikah? Udah buruan cepet nikah, nunggu apa lagi?"
Mau nikah kapan juga terserah gue, ngapain maksa-maksa. Kecuali yang maksa emang pengen biayain pernikahan gue. Tapi udah pasti kalau itu nggak mungkin sih.

Terlepas ketika seseorang berada pada usia siap untuk menikah. Mungkin jangan disebut usia siap menikah ya, karena usia juga nggak menjamin kesiapan seseorang untuk berumah tangga. Anggapannya masuk usia dewasa lah. Nah di usia-usia ini setiap orang pasti punya tujuan masing-masing. Apa yang akan mereka pilih untuk menjadi sebuah rutinitas dan mungkin juga semacam rancangan jalan hidup. Ada yang mungkin memilih untuk melanjutkan pendidikan, memilih bekerja, memilih untuk ngabisin duit mungkin, dan pasti juga ada yang memilih untuk menikah. Ya, itu adalah pilihan setiap orang. Dan sudah seharusnya apa yang menjadi pilihan ya harus dipertanggung jawabkan.

Buat yang memang memilih untuk melanjutkan pendidikan, ya harus fokus. Seringnya sih kadang pas ngerasa frustasi pasti mikir pengen mengakhiri masa pendidikan dan selalu membayangkan bahwa menikah itu lebih baik.

"Capek kuliah, pengen nikah aja."

Mau nikah juga terserah sih. Cuma jangan jadikan menikah sebagai alasan atau mungkin solusi ketika kamu merasa lelah dalam melanjutkan pendidikan, karena kehidupan pernikahan juga nggak gampang. So jangan jadikan pernikahan hanya sebuah pelarian dari frustasinya pikiran.

Buat yang lagi sibuk kerja dengan tujuan untuk mempersiapkan masa depan, tetap semangat. Kebanyakan orang memilih untuk mempersiapkan dengan baik masa depannya, khusunya juga yang berhubungan dengan pernikahan. Intinya pengen pas nikah posisi udah mapan, karena yakin kalau kehidupan finansial setelah menikah pasti akan meningkat. Ya anggepannya aset masa depan lah. Tapi sering juga ngerasa lelah dengan rutinitas. Harus siap dengan setumpuk pekerjaan, harus siap mental kalau lagi dimarahin bos, bahkan seringkali rindu liburan karena singkatnya waktu libur lebih dipilih untuk digunakan tidur. Ya, lagi-lagi ini adalah pilihan yang harus dipertanggungjawabkan.

And the last choice yang sering dipilih adalah menikah. Menikah bukan permainan. Jalani dan nikamati apa yang sudah menjadi pilihanmu. "Ya gini keadaanku setelah menikah, cuma di rumah nguru suami sama anak". Itu pilihan, jangan disesali seakan-akan masa mudamu untuk menikmati dunia sudah habis setelah menikah.

Yang memilih untuk melanjutkan pendidikan nggak akan ngerasain dimarahin bos atau ribetnya ngurus anak. Yang milih buat kerja juga nggak akan ngerasain begadang karena ngerjain tugas atau ngurusin anak juga. Dan yang memilih untuk menikah dan khususnya yang memilih untuk jadi ibu rumah tangga juga nggak akan ngerasain susahnya nyariin dosen atau ngadepin bos yang nyebelin.

Tiap pilihan pasti punya resikonya masing-masing. Cukup jalani dan nikmati. Syukuri apa yang sudah kamu miliki. Memang, rumput tetangga selalu lebih hijau. Bukan bagaimana caranya kamu untuk membuat hidupmu lebih baik dari orang lain, tapi lebih kepada bagaimana caramu untuk menikmati kehidupanmu yang sudah ada.

Pada intinya hal baru yang kamu pilih belum tentu lebih mudah dijalani daripada hal lalu yang telah kamu tinggalkan. Ketika seseorang meracuni dengan kata-kata "buruan nikah, nikah itu enak banget". Yang perlu dipahami disini adalah menikah bukan hanya tentang enaknya saya. Tapi tentang menikmati suka dan duka bersama pasanganmu. Menyatukan 2 kepala dengan pemikiran yang jauh berbeda. Menyatukan rutinitas yang sebelumnya bebas kamu jalani sendiri.

Mau menikah kapanpun itu hak dan pilihanmu. Jangan selalu dengarkan ocehan orang. Jika memang sudah siap, segerakanlah. Tapi jika memang belum siap maka persiapkanlah. Jangan terobsesi untuk menikah hanya karena melihat kawan-kawan di sekitar sudah menikah. Dan jangan memilih menikah hanya karena kamu merasa lelah dengan rutinitas dan kehidupan yang sedang kamu jalani.

So, mana yang menjadi pilihanmu saat ini?
Sudah siapkah menuju halal? 😉

***

Ini cuma pendapatku aja ya guys, yang setuju boleh yang ga setuju juga monggo 😊
Maaf kalau ada yg tersinggung.
Jangan lupa vote and comment 😘

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CERITA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang