Prolog

30 4 5
                                    

"Ternyata kelasnya keren", ujar Heri dalam benaknya. Lalu ia terduduk disebuah kursi yang masih kosong. Sambil membuka gawai miliknya yang menampilkan sebuah pesan dari ibunya.

"Kamu sudah sampai?" isi pesan yang ia terima.

"Sudah, Bu!" balasnya singkat.

...
Ia mengambil buku catatan miliknya, dan menulis sebuah catatan kecil. Tepat di sudut ruangan, ia melihat satu sosok yang ia kenal. Rey, seorang teman yang dikenalnya sejak kecil itu melambai ke arah Heri. Heri lalu datang menghampiri Rey.

"Woi kampret, di sini juga kau?" tanya Heri sambil menjabat tangan Rey.

"Weshh ... Iya dong. Ga nyangka aku bisa jumpa samamu," ucap Rey dengan membalas jabatan Heri sambil memeluknya.

...

Selang beberapa minggu, mereka berdua semakin akrab. Rey dan Heri bagaikan kancing dengan baju. Tidak bisa lepas.

"Sampai sini saja pertemuan kita, jangan lupa makalah kalian segera diselesaikan. Saya tunggu besok!" ucap bu Sri kepada mahasiswanya.

"Baik, Bu!" sambut para mahasiswa.

Setelah bersiap untuk keluar ruangan, Heri baru sadar ada satu sosok yang membuat ia terpana. Sosok yang membuat ia terus memandanginya. Lalu wanita itu membalas pandangan Heri dengan tatapan sinis. Heri memalingkan wajahnya.

"Woy, liat apa kau?" Rey datang mengejutkan Heri.

"Eee anjir, buat terkejot aja ya kimak!" ucap Heri sambil menjotos kepala Rey.

"Oalah, itu namanya Andriani. Dia baru masuk hari ini. Karna sakit. Kenapa? Suka kau?" ujar Rey.

"Eee ... Eee ...." Heri gugup menjawab pertanyaan Rey.

"Dia manis man," bisik Rey.

...

Kisah PelikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang