II. Brothers

13.4K 1.5K 220
                                    

Recommend to Listen :
Loren Gray - Queen
.
.
.

Penyesuaian harus Haerin lakukan agar ia bisa menjadi Haejin seutuhnya. Meski dalam hatinya, Haerin tidak ingin mengubah apa pun yang telah menjadi kebiasaannya. Namun, demi mengungkap kematian saudarinya yang konyol, Haerin harus melakukannya dengan terpaksa. Antara mau dan tidak mau, wanita itu tetap memakai sepatu high heels yang jelas membuatnya tidak nyaman. Ia menekuk jemari kakinya agar kakinya pas untuk masuk di dalam sepatu cantik ini. Malam ini ia menyuguhkan pemandangan yang sempurna dari penampilannya yang berkelas. Berulang kali Haerin menahan dirinya agar tidak terjatuh karena kakinya belum terbiasa berjalan di atas hak tinggi.

Sejujurnya, Haerin masih bingung dengan aturan-aturan Kal yang terbilang nyeleneh. Ia merasa aneh saja kenapa semua anggota diwajibkan untuk berpenampilan serapi mungkin di dalam rumah. Padahal siapa juga yang mau memperhatikan penampilan dari keluarga sendiri? Terlihat bodoh saja jika antara satu anggota keluarga dengan anggota keluarga yang lain saling membandingkan penampilan.

Langkahnya mulai normal, Haerin menyeimbangkan tubuhnya ketika ia berjalan menuruni anak tangga. Satu anak tangga kebawah, dua anak tangga, lalu ia terjatuh di anak tangga ketiga karena kakinya tergelincir. Wanita itu mengigit bibirnya sendiri ketika meraba luka gores di lututnya. Sialan, batinnya. Gaun yang ia kenakan malam ini sangat pendek, luka di lututnya menodai penampilannya yang sudah sempurna.

"Mau kubantu?" Sebuah tangan mengulur, memegang lengannya lalu membantu Haerin untuk berdiri.

Terlihat di sampingnya, ada seorang pria dengan jas formal bewarna hitam. Haerin tak melepasakan pandangannya, terus menatap wajah pria itu karena tidak asing baginya. Pria ini salah satu putra Kal. Namun, Haerin tidak tahu namanya. Tubuhnya kekar, visualnya sangat memukau, dan pria itu murah senyum. Haerin bertanya dalam hatinya, apakah ini Kal Taehyung?

"Kupikir Haejin bangkit dari abu kremasinya," ia menyodorkan tangannya, "Kal Jungkook. Panggil saja aku Jungkook karena kita sepantaran."

Ternyata Haerin salah, pria itu adalah Kal Jungkook. Artinya, dia adalah putra bungsu Kal. Jauh dari dugaan Haerin, Jungkook yang asli berbeda dengan Jungkook yang Haerin lihat di dalam foto tadi. Jika di dalam foto Jungkook terlihat gagah seperti lelaki dewasa yang berkharisma, namun aslinya Jungkook jauh lebih muda dari itu. Wajahnya seperti pemuda yang baru menginjak pubertas, polos, dan cara tersenyumnya bahkan seperti seorang anak kecil dengan dua gigi yang menyembul terlebih dahulu.

"Im Haerin." Haerin menjabat tangan Jungkook.

Jungkook melihat luka di lutut Haerin, pria itu menunjuknya. "Lututmu terluka. Mau aku obati?" tawarnya ramah.

"Tidak perlu. Aku hanya mau minta plester luka jika kau ada." Haerin jadi merasa canggung berhadapan dengan Jungkook. Awalnya, ia pikir semua anggota keluarga Kal itu gila dan menyesatkan. Tetapi Jungkook tidak sama sekali. Pria ini jauh dari persepsinya terhadap Kal. Sifat Jungkook sangat baik, bahkan pria itu sama hangatnya dengan Jimin ketika sedang menatapnya.

"Aku ada plester luka, mari ikut ke ruanganku sebentar. Sepertinya lukamu juga harus ditetes obat merah agar tidak infeksi, Haerin. Oh tunggu, jika aku berbicara tidak formal, kau tidak keberatan, 'kan? Soalnya aku cukup akrab dengan Haejin."

Haerin mengangguk. "Iya, tidak masalah."

"Baiklah." Jungkook berjalan terlebih dahulu menuju lift. "Haerin, kalau kau ingin naik atau turun, lebih baik naik lift saja. Tangga suka melelahkan," ucapnya sembari memencet tombol yang menuju lantai tiga. Kal Mansion itu memiliki lima lantai dan kamar Haejin ada di lantai dua.

"Aku butuh olah raga," jawab Haerin pelan begitu pintu lift terbuka. Ia mengikuti Jungkook masuk ke dalam lalu berdiri di samping pria itu dan melanjutkan ucapannya, "Aku perlu memacu jantung agar sehat, jadi menurutku tangga tidak melelahkan. Tapi menyehatkan."

DEMANDAR [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang