Part 9 ( save her! Xavier! )

4.8K 140 3
                                    

Pria itu berlari tergesa-gesa menuju parkiran mobil. Tak dipedulikannya tatapan aneh setiap pengunjung ketika melihat dirinya. Baginya, menemukan Monica dan membawa gadis itu ke dalam pelukannya adalah hal yang lebih penting daripada hal lainnya yang terjadi saat ini.

" Monica!! "

Ia mengelilingi pandangannya saat tiba di tempat parkir mobil. Ia mengerutkan alis saat tidak melihat siapapun berada di sana. Suasana tempat parkir yang sepi dan hening membuatnya pesimis untuk menemukan Monica. Bahkan tak ada tanda-tanda kehidupan disana. Ia menggerutu pada dirinya sendiri. Betapa bodohnya ia meninggalkan seorang Monica Tartaglia sendirian di tempat sebesar itu. Seharusnya ia tidak meninggalkan gadis itu. Seharusnya ia menuyuruh Monica untuk menunggunya di dekat toliet agar ia dapat mencium bau Monica sehingga jika gadis itu beranjak, ia bisa segera mencegah gadis itu pergi.

" Monica " ujar Xavier lirih. Ia memerosotkan tubuhnya di antara tiang-tiang yang berada di parkiran itu. Menyesali perbuatannya meninggalkan Monica sendirian. Sekelebat pikiran negatif muncul di otaknya. Bagaimana jika Monica diculik oleh orang lain? Bagaimana jika gadis itu tersasar di tempat yang ia tidak ketahui sama sekali letaknya? Bagaimana dengan keadaan gadis itu saat ini? pikirnya.

" Tolong! "

Xavier terkejut ketika mendengar suara teriakan minta tolong berasal dari lantai atas. Bodohnya ia tidak mencari Monica di lantai atas. Mall itu memiliki 4 tempat parkir, dan yang menjadi tempat Xavier berdiri sekarang adalah lantai 3 sedangkan suara berasal dari lantai 4. Tanpa menunggu waktu lama, Xavier segera berlari menuju lantai atas. Berusaha menemukan gadis yang meminta tolong barusan. Ia kenal dengan suara tersebut. Suara melengking khas gadisnya, Monica.

Monica menjerit kesakitan saat lagi dan lagi Dulce menyayat kulitnya dengan kuku tajamnya. Kemudian menghisap darah yang keluar dari kulit mulus seorang Monica. Monica menangis dalam diam. Percuma dirinya berteriak meminta tolong, toh tak akan ada yang menolongnya. Jangankan menolong, mendengar saja tidak. Sudah habis tenaganya ia keluarkan hanya untuk berusaha melepaskan diri dari kedua vampir tersebut. Dirinya tak peduli lagi denga apa yang akan terjadi. Melihat kondisinya saat ini yang sangat mengenaskan, mustahil baginya untuk dapat menikmati indahnya alam ciptaan tuhan, pikirnya.

BRUK

Tiba-tiba saja Delia, ibunda Dulce jatuh tersungkur ke belakang saat sebuah pukulan mendarat di pipinya. Samar-samar Monica melihat kejadian itu. Ia terkejut saat mendapati Delia sudah berada di sampingnya dengan pipi yang membiru. Dulce segera menghampiri ibunya. Ia menangis ketika melihat ibunya menjerit kesakitan.

" Monica! " Xavier segera menghampiri tempat Monica berbaring. Ia terkejut ketika melihat darah berlumuran di tubuhnya. Ditambah melihat gadis itu dengan kondisi setengah sadar. Membuatnya naik pitam.

" Sialan kalian! " rahang Xavier mengeras. Matanya terus tertuju pada kedua vampir yang berada di samping Monica. Anak dan ibu itu saling memeluk satu sama lain. Mereka menyadari seorang Xavier Lachance bukanlah manusia biasa mengingat pukulan keras yang didaratkan olehnya pada Delia. Tidak mungkin manusia biasa dapat memukul dirinya yang sebeku es.

Mata Xavier berubah menjadi merah. Ia menatap tajam sepasang anak dan ibu tersebut. Walau tidak terlihat jelas, Monica dapat mengenali sosok pemuda yang beridiri di depannya. Ia tersenyum saat menyadari bahwa pemuda itu adalah Xavier. Ia tersenyum lega disertai air mata yang mengalir dari kedua matanya. Setelah itu, ia tak sadarkan diri.

Xavier menarik dengan paksa Delia denga Dulce. Kedua vampir itu meronta-ronta dibawah kuasa Xavier. Namun apa daya, kekuatan Xavier lebih besar dari mereka sehingga mau tak mau mereka mengikuti kemana pemuda itu membawa mereka.

Mr Vampir, Help Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang