Part 1 Genderuwo Penghuni Rumah

9.7K 114 0
                                    

"ini rumah nya bu, keren kan." Kata Hendrik kepada istrinya, "Wuah besar sekali ayah." Kata Suci, istri Hendrik itu menjawab dengan dengan ceria.

"Ayo kita lihat-lihat dulu," Ajak Hendrik dan mereka pun berjalan menuju ke dalam rumah. 'Rumah mewah ini sangat cocok untuk wanita secantik Suci,' itulah yang dipikir Hendrik ketika melihat rumah itu untuk pertama kalinya.

Dengan perawatan yang sangat mahal, di usia Suci yang sudah 43 tahun, wajah Suci tampak seperti mahasiswi. hanya saja jika iya bicara maka ketahuan bahwa umur dia sudah tua. Sedangkan Hendrik, dengan perut buncit, pendek lagi berkumis, dia tak terlihat muda. Umurnya sudah 45 tahun, dan penampakan nya seperti orang berusia 65 tahun. Orang-orang jika melihat mereka jalan bersama, mereka nampak seperti Om-om menggandeng mahasiswi dengan sangat mesra.

Terkagumlah Suci melihat rumah itu, rumah dengan ukuran yang besar, tanahnya saja sekitar enam ratus meter, dan bangunan nya dua lantai. sudah ada carport, ada garasi juga. Luasnya garasi dalam rumah bisa masuk dua truk kecil. dan carpot nya bisa muat satu mobil.

Di dalam rumah itu sudah berdiri Bagas dan Reyna. mereka menyambut dengan sapaan kasual "Selamat sore," dan Hendrik pun menjawab "selamat sore."

Bagas dan Reyna adalah seorang broker property yang ditugaskan oleh pemilik rumah. Rumah ini adalah rumah paling besar, dan paling mewah dibanding kan dengan semua rumah yang ada di sekelilingnya.

Hendrik dan Suci melihat dengan antusias ditemani Bagas dan Reyna. "kemana penghuni lamanya pak. Bagas menjawab, "Dia sedang di Bali, tapi kalo bapak minat dan siap transaksi dia akan langsung pergi kesini." Hendrik menganggukkan kepalanha.

Reyna menyambungkan pembicaraan "rumah ini sangat cocok buat pasangan yang baru menikah seperti bapak dan ibu."

Suci menimpali, "wah, anak kami sudah empat loh mba. Yang paling tua saja sudah kuliah semester akhir." Lalu Reyna langsung menjawab "wah, ibu terlihat sangat muda."

"hahahaha kamu orang ke seribu yang mengatakan itu," Senang nya Suci dipuji demikian.

Namun Hendrik tak merespon pembicaraan mereka, dia faham itu hanya pujian seorang sales kepada calon pelanggan nya. Hanya untuk memuat senang saja.

Lalu mereka melihat setiap sudut rumah. Mulai dari lantai satu dan berakhir di lantai dua. Rumah itu ditawarkan dengan sangat murah, hanya 700 juta. Padahal mungkin orang masih tertarik jika harganya lebih dari satu milyar pun.

"kamar nya ada empat ya pa?" tanya Hendrik, "ada lima pak, cuma yang satu kamar mandinya ada diluar. Selain kamar itu, semua kamar punya kamar mandi dan WC sendiri-sendiri pak" jawab bagas.

"apa mungkin tadinya ini kos-kosan ya pa?" Kata Hendrik.

Bagas menjawab "betul pak, sebelum nya ini memang kos-kosan."

"tadinya saya kira itu gudang loh pak, soalnya sempit banget" kata Suci.

"Kalo gudang ada di lantai dua bu, berjejeran sama kamar, lebih kecil lagi dibandingkan sama yang itu" jawab Bagas

"Ya kan saya kira gudang nya dua," kata Suci.

Bagas mulai mengerem bicaranya, dia fikir mungkin dia banyak bicara.

"ini bisa kita pakai jadi kamar pembantu bu, soalnya bersebelahan dengan dapur dan kamar mandi." Kata Raka.

"Seriusan mau punya pembantu? dari dulu minta ada pembantu ga dikasih, akhirnya...."

"Yah, kan rumahnya segede ini, apa sanggup ibu beresin rumah sendirian?'

Sebetulnya maksud Hendrik selama ini tidak memberi pembantu adalah karena istrinya tidak bekerja dan statusnya ibu rumah tangga. Pikir Hendrik, enak betul kalo ada ga ada kerjaan. Tinggal makan hasil kerja keras suami. Tapi kali ini dia berfikir lain, karena rumah itu sangat amat besar, pasti kewalahan jika beresin rumah sendirian.

Lalu Hendrik merangkul istrinya dengan mesra "Bagaimana bu? ibu suka?"

Suci mengangguk, "Aku suka, sepertinya anak-anak juga akan suka."

Genderuwo Penghuni RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang